Sabtu, 26 Januari 2013

Jika


                Laptop itu menyimpan semua tulisan tentang kakak,tentang perjalanan hidupnya,tentang rekam medisnya. Dan semua hal yang berkaitan dengan isi blognya.
“Blog?” aku jadi teringat dengan blog kakak itu, apa kabarnya sekarang? Mungkin sudah tak terurus lagi. Kubuka blog kakakku itu, aku pun terkejut respon orang terhadap hasil tulisan kakak luar biasa. Folowers kakak hampir mencapai 5.000 di blognya. Mereka sungguh mengagumi sosok kakak, puisi-puisinya luar biasa mengundang kekaguman orang. Lantas aku kembali terpikirkan dengan pesan terakhir kakak yang di tulis dalam sebuah kertas itu. “Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Apa ini ide gilaku saja dengan orang yang jelas-jelas takkan kembali?”
                Dalam lamunan wajah kakak mengampiriku, memegang pipi kananku lalu dia seolah tersenyum lantas pergi begitu saja. Tak akan ada yang salah demi kakakku sendiri,kubangunkan semangatmu wahai Kak Vivi.
Berjalannya waktu,,,
               
                “Wahai cinta kau sambut hatiku oleh syairmu..
                 Wahai penguasa syahdu aku terkagum-kagum atas langkahmu..
                 Wahai adinda, aku akan menjemputmu dalam kebahagiaan” email itu di kirim 2 hari yang lalu oleh seorang pria ke akun pribadi kakak ini.
Aku kembali bingung, aku hanya berfikir mungkin ini hanya salah satu bukti kekaguman orang terhadap karya kakak yang biasa ia tulis dalam lembar memo kerja nya hingga kemudian ku publikasikan di blog nya ini.
Kembali kujalankan skenario ini,seolah dia ada dalam dunia maya, ku balas email pria asing ini yang tak kucoba cari tahu asal usulnya. Semua berjalan dengan mengalir begitu saja, semua komentar, masukan bahkan cacian pun ada dalam komentar yang di tulis oleh mereka dalam blog kakak ini. Aku hanya tersenyum ketika ada salah satu akun yang menghina tulisan kakak paling terakhir. Aku berfikir ternyata mereka menyadari bahwa tulisan ini tak seindah tulisan yang dibuat kakak,tulisan ini hanya tulisan bodohku. Coba  kalau ini karya kakak sebenarnya mungkin tak akan ada yang berkomentar buruk.
                Sejauh ini ibu juga belum menyadari apa yang aku lakukan, seolah tak terjadi apa-apa. Walau sempat pertanyaan ibu cukup mengejutkanku,”Kenapa kamu bolak balik kamar kakakmu itu Dan?? Bahkan kadang kamu malah menghabiskan waktumu di kamar kakakmu itu!?” sontak pertanyaan itu membuat aku bingung jawaban apa yang harus aku lontarkan pada ibu. Aku hanya diam saja.
Iya, aku hanya bisa jawab itu saja. Jawaban yang memang tidak sinkron dengan pertanyaan ibu. Tapi itulah adanya.
                1 tahun sudah dari kepergian kakak, satu tahun inilah aku menjadi dirinya yang bagiku asing dalam pikiran. Ini berkembang jadi salah satu blog yang paling di bicarakan di dunia maya, mereka memuji karya ini,karya kakak. Semakin berjalannya waktu ini pun aku semakin terlatih menulis bukan karena aku tapi karenanya. Ibu dan ayah masih belum menyadarinya.
                “Laki-laki ini lagi..”
                Dia kembali mengirim email ke akun kakak,  semakin mengagumi kakakku. Aku penasaran dengan orang ini. Aku cari tahu dia, di akun blog pribadinya,facebooknya,twitternya bahkan akun google+ nya. Namanya Ferdi,pria asal Pekanbaru.
                “Pekanbaru?? Jangan-jangan??” aku semakin penasaran dengan orang ini, apakah orang ini yang dulu pernah menyakiti kakakku? Tanpa membalas email itu, kumatikan laptop kakak. Ku buka lemari buku kakak yang sengaja tak di pindahkan dari kamar kakak oleh ibu. Aku berusaha mencari kotak pink yang biasa barang-barang paling berarti untuk kakak dia simpan disana.
                “Akhirnya... kutemukan juga!!” memang sudah agak usang dan berdebu karena tak pernah ku bersihkan juga. Foto itu ternyata masih ada, foto kakak dan pria itu, tapi...
                “Zid..Zidan.. ada telepon nih.. katanya dari penerbit!! Lekas turun dulu Nak?!” Panggil ibu.
                “I..i ya.. bu ,,sebentar! Penerbit?? Penerbit apa???” aku semakin bingung aku juga belum pernah mengirim tulisan ke penerbit manapun. Entahlah mungkin hanya salah sambung saja.
Aku pun lekas turun dan mengunci pintu kamar kakak rapat-rapat. Aku takut kalau ada orang tahu apa yang aku lakukan.
                “Siapa bu??” tanyaku.
                “Angkat saja cepat,ibu juga tak tahu cuma katanya dari penerbit buku.”
                “Hallo??” jawabku sesaat ku angkat telepon itu.
                “Apa ini dengan sodara Vivi?”
                “Mampus!!!!!” gumamku.
                Untung saja ibu  langsung pergi meninggalkanku ketika aku menjawab telepon itu.
                “Oh..maaf aku adiknya, kak Vivi...ehmmm dia sedang di kantor,,yah di kantor Pak!!” aku menjawanya dengan terbata-bata.
Kebohonganku ini semakin ku terapkan dalam dunia nyata. Maafkan aku Tuhan..
                “Oh, begini saya bagian humas dari penerbit Cipta, karya kakak anda ini cukup membuat saya kagum,dan saya berusaha untuk mengapresiasinya. Di dunia maya Karyanya cukup di bicarakan dan saya ingin supaya kita bisa menjalin kerjasama untuk pembuatan novel. Bagaimana ??” tanya bagian humas itu di telepon
                “Ehm...begini saja biar nanti saya kabari kembali,karena saya juga tidak mungkin membuat keputusan sendiri. Sa..sa..ya juga mesti bicara dengang Kakak saya.” Jawabku bingung.
                “Oh baiklah..saya sangat menunggu sekali,saya tunggu 2x24 jam.” Balasnya.
                “Baiklah..” seketika ku tutup telepon itu.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Input dari kawan-kawan terbaikku