Sabtu, 26 Januari 2013

curhat untuk ibu


CURHAT UNTUK IBU

Sampai akhirnya aku tertegun ketika aku lemah..
Tapi kau buat aku sadar bahwa kau jauh lebih lemah untukku ibu..

Sampai akhirnya aku menyerah karena kepenatan ini..
Tapi kau buat aku sadar kau tak pernah menyerah untukku ibu..

Kadang aku gusar karena semua hal yang membuat aku jenuh dengan rutinitas pekerjaan..
Namun kau tak pernah lelah bekerja pula sampai detik ini..

Ibu aku menyayangimu sungguh, melebihi aku ini..
Ibu doakan anakmu ini jadi orang yang berguna untukmu..
Ibu  selalu jadi orang yang berada dimanapun aku rapuh..

Terimakasih atas semua hal yang tak bisa kubayar dengan apapun juga..

Mengejar tikus


Tepat pukul 8 malam aku berusaha untuk tidur tidak terlalu malam, karena kondisiku saat itu sangat tidak baik. Badanku menggigil,demam dan bersin-bersin. Udara memang sedang tidak bersahabat akhir-akhir ini, kadang hujan kadang nggak. Terlebih tadi sore sepulang kerja aku benar-benar basah kuyup kehujanan hingga akhirnya kondisiku seperti ini.
                Makan malam sudah,minum obat juga sudah,walau hanya paracetamol biasa. Semoga saja besok kondisiku mendingan. Aku pun berbaring di kasurku tak lupa kaos kaki pun ku kenakan,selimut tebal pun ku selimutkan pada tubuhku ini. Aku pun mulai menutup mata seolah akan memasuki dunia mimpi.
Tiba-tiba...

“Awaaaaaaasssss!!!!!” suara adikku keras sekali sambil membawa sapu menuju kamarku.
Sontak membuatku terkejut bukan kepalang, harapan supaya bisa memulai memasuki dunia mimpi pun sirna seketika. Aku pun benar-benar marah pada adikku ini.
                “Kikiiiiiii!!!!!!!!” kerasku.
                “Sorry..sorry.. aku ga maksud ganggu sumpah! Bener deh..Aku mau nangkep tikus.”                                       
                “HAH..TIKUSSSS..???” Aku heran dibuatnya.
                “Mana mungkin ada tikus di kamar atau bahkan di kasurku ini!!” tegasku.
“Aduh kak,,percaya deh makanya aku bawa sapu kesini,aku mau nangkap dia, gedenya segede pahaku Kak!”
                Segede paha? Serius?” balasku.

Seperti ada sesuatu bergerayam di kakiku,ku buka selimut yang masih menutupi seluruh tubuhku. Dan ternyata..
                “Arghhhhhhhhhh!!!!!! TIKUS GILAAAAAA!!!!!”
                “Mana kak,mana????” tanya adikku dengan muka kelabakan.
                Seketika aku pun turun dari tempat tidurku,melepas selimutku. Terlihat adikku masih memukul mukul tempat tidurku tanpa berusaha menarik selimut tebalku dari tempat tidur itu.
                “Ki..ambil selimut aku,,bukannya asal mukul-mukul gitu!!!”
                “Aku geli juga kak.. takut..hhehe!”
                “WHATTT??? Takut?? Gila kamu masa ama tikus aja takut !!!”
                “Abisnya guedeee banget....”
                Tiba-tiba kakekku yang juga sedang berada di kamarnya keluar,dan menghampiri kamarku.
                “Ada apa ini? Berisik sekali malam-malam begini! Ada apa Ki?”
                “Ini Kek,barusan ada tikus gede banget,masuk ke kamar kakak. Aku mau nangkap dia !” jawab Kiki.
“Tikus? Ya udah Kakek bantu cari,tadi kemana???” sambil mengambil ancang-ancang untuk memukul tikus itu.
Tikus itu ternyata masih punya nyali untuk melarikan diri setelah berada dalam kepungan aku,Kiki dan Kakek.
“Tuh..tuh Kek tikusnya!!!” sambil menunjuk kearah tikus yang keluar dari kamarku.
Kakek dan Kiki pun pergi menyusul tikus yang keluar dari kamarku. Lucunya sudah hampir setengah jam pun tikus itu masih belum di temukan. Yang terpenting adalah kamarku bebas dari tikus itu dan aku bisa kembali melanjutkan tidurku. Tapi bukannya keheningan yang di dapat malah suara gerasak gerusuk yang semakin menganggu.
“ADUHHHHHHH...BERISIKKKK !!!!!! Aku tuh lagi sakit kepala,demam. Bisa ga kalian gak gerasak gerusuk.”
“Sorry Kak,ga bisa tuh tikus lari ke dapur!!!”
Suara panci,wajan yang jatuh kelantai pun malah semakin menjadi-jadi. Bising sekali ini rumahku ini.
Maklum di rumah yang kecil ini hidup 3 keluarga sekaligus,yaitu Kakek dan nenekku,ibu dan bapakku,dan paman dan bibiku. Belum lagi atap-atap yang bocor dimana tikus-tikus liar itu bisa keluar masuk ke rumah ini. Salah satunya tikus hitam yang sedang di kejar kakek dan adikku.
Mereka bukannya simpati dengan sakitku malah ribet mencari-cari tikus itu.
“Tuh Kek..tikusnya masuk ke kamar Paman Hendra!!”
“Mana ???” jawab kakek.
“Itu kek!!!”
‘Oh iya...kejarrrrrrrrrrrrrr” balas kakek.
Pamanku yang juga sudah tidur saat itu, malah jadi terbangun dan ikut-ikutan mengejar tikus gila itu.
Dari mulai kamarku,kedapur lalu balik ke kamar Paman dan malah sudah di kejar oleh 3 orang dewasa pun masih belum tertangkap. Adikku dengan sapunya, kakek dengan membawa jaring penangkap tikus bahkan paman dengan membawa parang pun masih belum mendapatkannya. Sungguh konyol kelakuan mereka itu, terlebih hanya kebisingan di rumah malam itu.
Kulihat jam sudah menunjukan pukul 11 malam, itu artinya sudah hampir 3 jam itu tikus masih belum ketangkap.
                “Udah dapet belum tikusnya?” tanyaku sambil keluar kamar.
                “Belum Kak??” jawab Kiki.
                “Terus kalian ini ngapain,udah ampir 3 jam pun kalian masih aja gerasak gerusuk sambil ketawa ketiwi. Ganggu tau!!!”
                Bukannya istirahat di malam ini dengan tenang malah kegaduhan. Huh jadi nya malah malas tidur lagi. Aku pun akhirnya ikut-ikutan berusaha menangkap tikus.
Tapi ternyata kekuatan kami tidak melumpuhkan tikus besar itu, panjang umur sekali tikus itu. Atap dapur yang bolong itu akhirnya membawa dia selamat dan keluar dari cengkaraman kami.
                “Yah..yah tuh kan..bukannya di pukul ini malah ketakutan kegelian kalian ini!”
                “Yahhhhhhh.....”
                “Dasar pada konyol kamu,kakek dan Paman ini,satu tikus aja ga ketemu!!”
Hingga akhirnya aku pun sengsara karena demamku ini tanpa istirahat cukup bahkan kedamaian saat tidur. Gara-gara mengejar tikus yang justru panjang umur.

Khayalku


Aku tak mengucap cinta untukmu hanya untukku
Aku diam tak menatapmu hanya untuk kebaikanmu
Aku tak menyadari engkau sang pangeran dalam keheningan
Aku inginkanmu berada dalam benakku ini
Aku seperti orang bodoh yang inginkanmu mencium keningku
Sadarku tak akan buramkan mimpi ini
Cinta yang akan mendatangkanmu dalam kedamaianku
Tak apalah waktu itu lama jua
Seperti misteri yang tujukan kau membangun asa
Tak usahaku memelukmu
Aku akan memelukmu sekali lagi
Walau hanya mimpi dalam lamunan

Jika


                Laptop itu menyimpan semua tulisan tentang kakak,tentang perjalanan hidupnya,tentang rekam medisnya. Dan semua hal yang berkaitan dengan isi blognya.
“Blog?” aku jadi teringat dengan blog kakak itu, apa kabarnya sekarang? Mungkin sudah tak terurus lagi. Kubuka blog kakakku itu, aku pun terkejut respon orang terhadap hasil tulisan kakak luar biasa. Folowers kakak hampir mencapai 5.000 di blognya. Mereka sungguh mengagumi sosok kakak, puisi-puisinya luar biasa mengundang kekaguman orang. Lantas aku kembali terpikirkan dengan pesan terakhir kakak yang di tulis dalam sebuah kertas itu. “Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Apa ini ide gilaku saja dengan orang yang jelas-jelas takkan kembali?”
                Dalam lamunan wajah kakak mengampiriku, memegang pipi kananku lalu dia seolah tersenyum lantas pergi begitu saja. Tak akan ada yang salah demi kakakku sendiri,kubangunkan semangatmu wahai Kak Vivi.
Berjalannya waktu,,,
               
                “Wahai cinta kau sambut hatiku oleh syairmu..
                 Wahai penguasa syahdu aku terkagum-kagum atas langkahmu..
                 Wahai adinda, aku akan menjemputmu dalam kebahagiaan” email itu di kirim 2 hari yang lalu oleh seorang pria ke akun pribadi kakak ini.
Aku kembali bingung, aku hanya berfikir mungkin ini hanya salah satu bukti kekaguman orang terhadap karya kakak yang biasa ia tulis dalam lembar memo kerja nya hingga kemudian ku publikasikan di blog nya ini.
Kembali kujalankan skenario ini,seolah dia ada dalam dunia maya, ku balas email pria asing ini yang tak kucoba cari tahu asal usulnya. Semua berjalan dengan mengalir begitu saja, semua komentar, masukan bahkan cacian pun ada dalam komentar yang di tulis oleh mereka dalam blog kakak ini. Aku hanya tersenyum ketika ada salah satu akun yang menghina tulisan kakak paling terakhir. Aku berfikir ternyata mereka menyadari bahwa tulisan ini tak seindah tulisan yang dibuat kakak,tulisan ini hanya tulisan bodohku. Coba  kalau ini karya kakak sebenarnya mungkin tak akan ada yang berkomentar buruk.
                Sejauh ini ibu juga belum menyadari apa yang aku lakukan, seolah tak terjadi apa-apa. Walau sempat pertanyaan ibu cukup mengejutkanku,”Kenapa kamu bolak balik kamar kakakmu itu Dan?? Bahkan kadang kamu malah menghabiskan waktumu di kamar kakakmu itu!?” sontak pertanyaan itu membuat aku bingung jawaban apa yang harus aku lontarkan pada ibu. Aku hanya diam saja.
Iya, aku hanya bisa jawab itu saja. Jawaban yang memang tidak sinkron dengan pertanyaan ibu. Tapi itulah adanya.
                1 tahun sudah dari kepergian kakak, satu tahun inilah aku menjadi dirinya yang bagiku asing dalam pikiran. Ini berkembang jadi salah satu blog yang paling di bicarakan di dunia maya, mereka memuji karya ini,karya kakak. Semakin berjalannya waktu ini pun aku semakin terlatih menulis bukan karena aku tapi karenanya. Ibu dan ayah masih belum menyadarinya.
                “Laki-laki ini lagi..”
                Dia kembali mengirim email ke akun kakak,  semakin mengagumi kakakku. Aku penasaran dengan orang ini. Aku cari tahu dia, di akun blog pribadinya,facebooknya,twitternya bahkan akun google+ nya. Namanya Ferdi,pria asal Pekanbaru.
                “Pekanbaru?? Jangan-jangan??” aku semakin penasaran dengan orang ini, apakah orang ini yang dulu pernah menyakiti kakakku? Tanpa membalas email itu, kumatikan laptop kakak. Ku buka lemari buku kakak yang sengaja tak di pindahkan dari kamar kakak oleh ibu. Aku berusaha mencari kotak pink yang biasa barang-barang paling berarti untuk kakak dia simpan disana.
                “Akhirnya... kutemukan juga!!” memang sudah agak usang dan berdebu karena tak pernah ku bersihkan juga. Foto itu ternyata masih ada, foto kakak dan pria itu, tapi...
                “Zid..Zidan.. ada telepon nih.. katanya dari penerbit!! Lekas turun dulu Nak?!” Panggil ibu.
                “I..i ya.. bu ,,sebentar! Penerbit?? Penerbit apa???” aku semakin bingung aku juga belum pernah mengirim tulisan ke penerbit manapun. Entahlah mungkin hanya salah sambung saja.
Aku pun lekas turun dan mengunci pintu kamar kakak rapat-rapat. Aku takut kalau ada orang tahu apa yang aku lakukan.
                “Siapa bu??” tanyaku.
                “Angkat saja cepat,ibu juga tak tahu cuma katanya dari penerbit buku.”
                “Hallo??” jawabku sesaat ku angkat telepon itu.
                “Apa ini dengan sodara Vivi?”
                “Mampus!!!!!” gumamku.
                Untung saja ibu  langsung pergi meninggalkanku ketika aku menjawab telepon itu.
                “Oh..maaf aku adiknya, kak Vivi...ehmmm dia sedang di kantor,,yah di kantor Pak!!” aku menjawanya dengan terbata-bata.
Kebohonganku ini semakin ku terapkan dalam dunia nyata. Maafkan aku Tuhan..
                “Oh, begini saya bagian humas dari penerbit Cipta, karya kakak anda ini cukup membuat saya kagum,dan saya berusaha untuk mengapresiasinya. Di dunia maya Karyanya cukup di bicarakan dan saya ingin supaya kita bisa menjalin kerjasama untuk pembuatan novel. Bagaimana ??” tanya bagian humas itu di telepon
                “Ehm...begini saja biar nanti saya kabari kembali,karena saya juga tidak mungkin membuat keputusan sendiri. Sa..sa..ya juga mesti bicara dengang Kakak saya.” Jawabku bingung.
                “Oh baiklah..saya sangat menunggu sekali,saya tunggu 2x24 jam.” Balasnya.
                “Baiklah..” seketika ku tutup telepon itu.

bersambung...