Minggu, 10 Maret 2013

JIKA


                Rasa penasaran ini semakin menggebu-gebu dalam benakku, ingin kulihat langsung apa yang ada dalam kotak pink itu. Lemari kak Vivi ku acak-acak tak karuan kembali setelah pencarian yang terhenti waktu itu karena telepon  dari  penerbit,mungkin akan terdengar gaduh dari luar namun tak apalah. Kalaupun ibu  penasaran akan kujelaskan yang sebenarnya.
                “Ketemu Fotooooooonya!!!!!!” Ku lihat dalam-dalam,kuperhatikan dengan seksama,ku bandingkan dengan foto yang ada di akun pria itu. “Hahhhhhh sama???!!! Sial dia Ferdi itu! Bajingan dia !!!!”
                Karena kemarahanku yang sudah tak terbendung akhirnya aku mengirim email ke akunnya. Seolah menyatakan kekecewaanku sebagai kakakku sendiri. Kutulis layaknya perempuan yang tersakiti dan terkhianati perasaannya akibat mencintai seorang kaum Adam. Tak lama berselang dia pun langsung membalas email yang kutulis ini.
Perasaan bersalah dia utarakan,”Vivi maafkan aku,,aku khilaf,,aku masih cinta!!”
Pernyataan minta maaf pun tak akan pernah mengembalikan kak Vivi di tengah keluarga. Ferdi harus bertanggung jawab atas apa yang sekarang sudah terjadi. Saat itu aku pun belum memberitahukan kalau Kak Vivi sudah meninggal. Aku berfikir bahwa aku harus memberi dia pelajaran kalau aku sampai bisa ketemu dia.
Ku ajak dia bertemu sebagai ungkapan rasa bersalahnya,dia pun bersedia untuk datang ke Jakarta bahkan malam itu pula dia langsung membeli tiket pesawat untuk take of f keesokan harinya.
***

                Entah datang jam berapa,atau tinggal dimanapun selama dia di Jakarta aku sungguh tak memperdulikannya, namun yang saat ini betul-betul ingin kulakukan adalah menghajar semampu yang aku bisa. Supaya dia jera dan tak ada lagi Vivi di luar sana yang bernasib sama seperti kakak.
Aku sempat memberinya nomor teleponku saat kami berdua chatting di dunia maya malam sebelumnya. Dia memang benar-benar datang ke Jakarta tepatnya di Caffe DE’ Rose tempat kami berdua akan bertemu. Dia masih belum menyangka bahwa yang akan bertemu dengannya sore itu bukan Kak Vivi melainkan aku sendiri. Setiap kali dia berusaha menelepon aku setelah kedatangannya di Jakarta, aku tak pernah menjawabnya. Aku hanya membalasnya dengan pesan singkat yang aku tulis melalui sms.
SORE ITU....
                Kulihat mukanya dengan seksama dari kejauhan ternyata pria yang duduk di pojok kanan dekat lukisan kuno romawi itu sama dengan foto yang juga ku bawa sore itu. “Ya..yah itu Ferdi !!!!” aku pun berjalan kearahnya, tampak muka Ferdi yang kebingungan ketika melihatku berdiri di depannya dengan muka bengis dan perasaan tak sabar untuk menghajarnya.
                “Lo Ferdi kan ?!” tanyaku.
                “Maaf anda siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya karena ini pertama kalinya aku datang ke Jakarta!!”
                “Alaaaaa..hh basa basi lo !!!”
                “Tunggu..tunggu sabar dulu bung,,kenapa anda datang-datang seolah ingin menghajar saya?”
                “MEMANG..MEMANG AKU INGIN MENGHAJAR MU!!!!” Tegasku.
                “Sorry saya tidak mau cari ribut,,saya sedang menunggu seseorang di sini!” berusaha menenangkan.
                “Siapa yang lo tunggu..Vivi??!”
                Muka Ferdi yang awalnya menghadap kearah yang bertolak belakang kini seketika membalik ajah dengan muka penasaran dan langsung berdiri dari kursi yan dia tempati sebelumnya.
                “Siaaapa..aaa. kamu?? Vivi ? Dimana Vivi!!! Aku mau ketemu dia !!! Apa Vivi ada diluar?”
Aku pun berusaha menghentikan  langkahnya yang berusaha keluar dari caffe itu. “Mau kemana Lo?” tanyaku.
                “Siapa kamu? Asal kamu tau aja orang yang aku tunggu dari tadi itu Vivi!!!”
                “Gua ade nya Vivi!!!!”
                “Ade nya Vivi?? Kalo begitu mana Vivi? Aku mau minta maaf padanya dan aku mau ngelakuin apapun demi demi sebagai bukti penebusan rasa bersalahku selama ini”
                “KE...EEE..PARATTTT KAU !!!!” GubraKKKKKK!!!
Suara Ferdi yang tersungkur kearah meja lain yang berada satu meter dari tempat dimana kami dalam kondisi panas. Seketika orang-orang yng berada di caffe itu pun memperhatikanku memukul Ferdi disana. Terdengar suara pelayan bahkan pengunjung caffe pun seolah ketakutan dan merasa tak nyaman dengan adegan pemukulan itu. Bahkan sesekali Ferdi berusaha melawan tindakanku itu.
                “Apa-apaan ini?? Gua udah cukup sabar dengan loe dari tadi!! Mau loe apa hah?!!!!!”
                “Loe tau mau gua apa hah?! Gua mau kakak gua kembali!!! Puas Loe!!!!”
                “Maksud loe apa ?? sumpah gua ga ngerti apa yang o omongin, oke kalo gitu ijinin gua ketemu dengan Vivi dan gua bakal nebus kesalahan gua di masa lalu.” Kilah Ferdi.
                “Nebus lo bilang hah?? PLAKKKKKKK!!!!” Kembali ku tampar pipi Feri dengan keras.
                “Kenapa baru sekarang loe muncul??? Kenapa baru sekarang lo ngerasa bersalah hah?!” tanya ku kembali.
                Kulihat mukanya memerah dan tertegun seolah mewakili rasa bersalahnya.
                “Loe tau satu hal..Kak Vivi cinta banget sama loe dan loe tau loe ga bakal bisa nebus kesalahan loe sedikit pun juga!!!”
                “Kenapa? Tanya Ferdi penasaran.
                “Karena kak Vivi sudah meninggal!!!!! Dan lo tau itu akibat siapa ?? akibat Loe Bajingan!!!!”
                “APAAAAAA.....??? Gila lo.. ga..ga mungkin ga mungkin Vivi meninggal!!! Itu ga mungkin kan?!”
                “Berengsek loe!!!! Loe mesti bertanggung jawab!!”
                “Ga mungkin..ga mungkin! Lantas siapa yang selama ini blogging dengan akun Vivi???” penasaran Ferdi.
                “GUUUUUAAAAAA!!!!! Karena itu yang jadi keinginan Kak Vivi terakhir!!! Sekaligus gua mau balas dendam terhadap lo?”
                 Kembali Ferdi tertegun mendengar kabar itu...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Input dari kawan-kawan terbaikku