Rasa penasaran
ini semakin menggebu-gebu dalam benakku, ingin kulihat langsung apa yang ada
dalam kotak pink itu. Lemari kak Vivi ku acak-acak tak karuan kembali setelah
pencarian yang terhenti waktu itu karena telepon dari penerbit,mungkin
akan terdengar gaduh dari luar namun tak apalah. Kalaupun ibu penasaran akan kujelaskan yang sebenarnya.
“Ketemu
Fotooooooonya!!!!!!” Ku lihat dalam-dalam,kuperhatikan dengan seksama,ku
bandingkan dengan foto yang ada di akun pria itu. “Hahhhhhh sama???!!! Sial dia
Ferdi itu! Bajingan dia !!!!”
Karena
kemarahanku yang sudah tak terbendung akhirnya aku mengirim email ke akunnya.
Seolah menyatakan kekecewaanku sebagai kakakku sendiri. Kutulis layaknya
perempuan yang tersakiti dan terkhianati perasaannya akibat mencintai seorang
kaum Adam. Tak lama berselang dia pun langsung membalas email yang kutulis ini.
Perasaan bersalah dia utarakan,”Vivi maafkan aku,,aku
khilaf,,aku masih cinta!!”
Pernyataan minta maaf pun tak akan pernah mengembalikan
kak Vivi di tengah keluarga. Ferdi harus bertanggung jawab atas apa yang
sekarang sudah terjadi. Saat itu aku pun belum memberitahukan kalau Kak Vivi
sudah meninggal. Aku berfikir bahwa aku harus memberi dia pelajaran kalau aku
sampai bisa ketemu dia.
Ku ajak dia bertemu sebagai ungkapan rasa bersalahnya,dia
pun bersedia untuk datang ke Jakarta bahkan malam itu pula dia langsung membeli
tiket pesawat untuk take of f keesokan harinya.
***
Entah
datang jam berapa,atau tinggal dimanapun selama dia di Jakarta aku sungguh tak
memperdulikannya, namun yang saat ini betul-betul ingin kulakukan adalah
menghajar semampu yang aku bisa. Supaya dia jera dan tak ada lagi Vivi di luar
sana yang bernasib sama seperti kakak.
Aku sempat memberinya nomor teleponku saat kami berdua
chatting di dunia maya malam sebelumnya. Dia memang benar-benar datang ke
Jakarta tepatnya di Caffe DE’ Rose tempat kami berdua akan bertemu. Dia masih
belum menyangka bahwa yang akan bertemu dengannya sore itu bukan Kak Vivi
melainkan aku sendiri. Setiap kali dia berusaha menelepon aku setelah kedatangannya
di Jakarta, aku tak pernah menjawabnya. Aku hanya membalasnya dengan pesan
singkat yang aku tulis melalui sms.
SORE ITU....
Kulihat
mukanya dengan seksama dari kejauhan ternyata pria yang duduk di pojok kanan
dekat lukisan kuno romawi itu sama dengan foto yang juga ku bawa sore itu.
“Ya..yah itu Ferdi !!!!” aku pun berjalan kearahnya, tampak muka Ferdi yang
kebingungan ketika melihatku berdiri di depannya dengan muka bengis dan
perasaan tak sabar untuk menghajarnya.
“Lo
Ferdi kan ?!” tanyaku.
“Maaf
anda siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya karena ini pertama kalinya aku
datang ke Jakarta!!”
“Alaaaaa..hh
basa basi lo !!!”
“Tunggu..tunggu
sabar dulu bung,,kenapa anda datang-datang seolah ingin menghajar saya?”
“MEMANG..MEMANG
AKU INGIN MENGHAJAR MU!!!!” Tegasku.
“Sorry
saya tidak mau cari ribut,,saya sedang menunggu seseorang di sini!” berusaha
menenangkan.
“Siapa
yang lo tunggu..Vivi??!”
Muka
Ferdi yang awalnya menghadap kearah yang bertolak belakang kini seketika
membalik ajah dengan muka penasaran dan langsung berdiri dari kursi yan dia
tempati sebelumnya.
“Siaaapa..aaa.
kamu?? Vivi ? Dimana Vivi!!! Aku mau ketemu dia !!! Apa Vivi ada diluar?”
Aku pun berusaha menghentikan langkahnya yang berusaha keluar dari caffe
itu. “Mau kemana Lo?” tanyaku.
“Siapa
kamu? Asal kamu tau aja orang yang aku tunggu dari tadi itu Vivi!!!”
“Gua
ade nya Vivi!!!!”
“Ade
nya Vivi?? Kalo begitu mana Vivi? Aku mau minta maaf padanya dan aku mau
ngelakuin apapun demi demi sebagai bukti penebusan rasa bersalahku selama ini”
“KE...EEE..PARATTTT
KAU !!!!” GubraKKKKKK!!!
Suara Ferdi yang tersungkur kearah meja lain yang berada
satu meter dari tempat dimana kami dalam kondisi panas. Seketika orang-orang
yng berada di caffe itu pun memperhatikanku memukul Ferdi disana. Terdengar
suara pelayan bahkan pengunjung caffe pun seolah ketakutan dan merasa tak
nyaman dengan adegan pemukulan itu. Bahkan sesekali Ferdi berusaha melawan
tindakanku itu.
“Apa-apaan
ini?? Gua udah cukup sabar dengan loe dari tadi!! Mau loe apa hah?!!!!!”
“Loe
tau mau gua apa hah?! Gua mau kakak gua kembali!!! Puas Loe!!!!”
“Maksud
loe apa ?? sumpah gua ga ngerti apa yang o omongin, oke kalo gitu ijinin gua
ketemu dengan Vivi dan gua bakal nebus kesalahan gua di masa lalu.” Kilah
Ferdi.
“Nebus
lo bilang hah?? PLAKKKKKKK!!!!” Kembali ku tampar pipi Feri dengan keras.
“Kenapa
baru sekarang loe muncul??? Kenapa baru sekarang lo ngerasa bersalah hah?!”
tanya ku kembali.
Kulihat
mukanya memerah dan tertegun seolah mewakili rasa bersalahnya.
“Loe
tau satu hal..Kak Vivi cinta banget sama loe dan loe tau loe ga bakal bisa
nebus kesalahan loe sedikit pun juga!!!”
“Kenapa?
Tanya Ferdi penasaran.
“Karena
kak Vivi sudah meninggal!!!!! Dan lo tau itu akibat siapa ?? akibat Loe
Bajingan!!!!”
“APAAAAAA.....???
Gila lo.. ga..ga mungkin ga mungkin Vivi meninggal!!! Itu ga mungkin kan?!”
“Berengsek
loe!!!! Loe mesti bertanggung jawab!!”
“Ga
mungkin..ga mungkin! Lantas siapa yang selama ini blogging dengan akun Vivi???”
penasaran Ferdi.
“GUUUUUAAAAAA!!!!!
Karena itu yang jadi keinginan Kak Vivi terakhir!!! Sekaligus gua mau balas
dendam terhadap lo?”
Kembali Ferdi tertegun mendengar kabar itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Input dari kawan-kawan terbaikku