Selasa, 12 Maret 2013

Kepada Semesta


Surga itu untuk kita yang memaknai hidup
Tanah yang kita pijak ini untk kita yang menghargai hidup
Semesta ini bersandar pada kita yang maju berjuang untuk hidup
Raga ini pun tercipta untuk mensyukuri hidup
                Bukan, bukan kita yang meminta
                Bukan, bukan juga Tuhan yang memberi pada makhluk yang tak berikhtiar
                Lalu apa yang diinginkan kita kalau bukan mereka
                Bukankah kita mengerti kita diciptakan utuk apa?
Semesta kami mengetahui kau membawa kami pula merangkulmu
Kau tahu berartinya perjuangan untuk hidup lebih baik
Bukan karena kami menginginkan tapi
Kami butuhkan itu untuk kelak

Minggu, 10 Maret 2013

JIKA


                Rasa penasaran ini semakin menggebu-gebu dalam benakku, ingin kulihat langsung apa yang ada dalam kotak pink itu. Lemari kak Vivi ku acak-acak tak karuan kembali setelah pencarian yang terhenti waktu itu karena telepon  dari  penerbit,mungkin akan terdengar gaduh dari luar namun tak apalah. Kalaupun ibu  penasaran akan kujelaskan yang sebenarnya.
                “Ketemu Fotooooooonya!!!!!!” Ku lihat dalam-dalam,kuperhatikan dengan seksama,ku bandingkan dengan foto yang ada di akun pria itu. “Hahhhhhh sama???!!! Sial dia Ferdi itu! Bajingan dia !!!!”
                Karena kemarahanku yang sudah tak terbendung akhirnya aku mengirim email ke akunnya. Seolah menyatakan kekecewaanku sebagai kakakku sendiri. Kutulis layaknya perempuan yang tersakiti dan terkhianati perasaannya akibat mencintai seorang kaum Adam. Tak lama berselang dia pun langsung membalas email yang kutulis ini.
Perasaan bersalah dia utarakan,”Vivi maafkan aku,,aku khilaf,,aku masih cinta!!”
Pernyataan minta maaf pun tak akan pernah mengembalikan kak Vivi di tengah keluarga. Ferdi harus bertanggung jawab atas apa yang sekarang sudah terjadi. Saat itu aku pun belum memberitahukan kalau Kak Vivi sudah meninggal. Aku berfikir bahwa aku harus memberi dia pelajaran kalau aku sampai bisa ketemu dia.
Ku ajak dia bertemu sebagai ungkapan rasa bersalahnya,dia pun bersedia untuk datang ke Jakarta bahkan malam itu pula dia langsung membeli tiket pesawat untuk take of f keesokan harinya.
***

                Entah datang jam berapa,atau tinggal dimanapun selama dia di Jakarta aku sungguh tak memperdulikannya, namun yang saat ini betul-betul ingin kulakukan adalah menghajar semampu yang aku bisa. Supaya dia jera dan tak ada lagi Vivi di luar sana yang bernasib sama seperti kakak.
Aku sempat memberinya nomor teleponku saat kami berdua chatting di dunia maya malam sebelumnya. Dia memang benar-benar datang ke Jakarta tepatnya di Caffe DE’ Rose tempat kami berdua akan bertemu. Dia masih belum menyangka bahwa yang akan bertemu dengannya sore itu bukan Kak Vivi melainkan aku sendiri. Setiap kali dia berusaha menelepon aku setelah kedatangannya di Jakarta, aku tak pernah menjawabnya. Aku hanya membalasnya dengan pesan singkat yang aku tulis melalui sms.
SORE ITU....
                Kulihat mukanya dengan seksama dari kejauhan ternyata pria yang duduk di pojok kanan dekat lukisan kuno romawi itu sama dengan foto yang juga ku bawa sore itu. “Ya..yah itu Ferdi !!!!” aku pun berjalan kearahnya, tampak muka Ferdi yang kebingungan ketika melihatku berdiri di depannya dengan muka bengis dan perasaan tak sabar untuk menghajarnya.
                “Lo Ferdi kan ?!” tanyaku.
                “Maaf anda siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya karena ini pertama kalinya aku datang ke Jakarta!!”
                “Alaaaaa..hh basa basi lo !!!”
                “Tunggu..tunggu sabar dulu bung,,kenapa anda datang-datang seolah ingin menghajar saya?”
                “MEMANG..MEMANG AKU INGIN MENGHAJAR MU!!!!” Tegasku.
                “Sorry saya tidak mau cari ribut,,saya sedang menunggu seseorang di sini!” berusaha menenangkan.
                “Siapa yang lo tunggu..Vivi??!”
                Muka Ferdi yang awalnya menghadap kearah yang bertolak belakang kini seketika membalik ajah dengan muka penasaran dan langsung berdiri dari kursi yan dia tempati sebelumnya.
                “Siaaapa..aaa. kamu?? Vivi ? Dimana Vivi!!! Aku mau ketemu dia !!! Apa Vivi ada diluar?”
Aku pun berusaha menghentikan  langkahnya yang berusaha keluar dari caffe itu. “Mau kemana Lo?” tanyaku.
                “Siapa kamu? Asal kamu tau aja orang yang aku tunggu dari tadi itu Vivi!!!”
                “Gua ade nya Vivi!!!!”
                “Ade nya Vivi?? Kalo begitu mana Vivi? Aku mau minta maaf padanya dan aku mau ngelakuin apapun demi demi sebagai bukti penebusan rasa bersalahku selama ini”
                “KE...EEE..PARATTTT KAU !!!!” GubraKKKKKK!!!
Suara Ferdi yang tersungkur kearah meja lain yang berada satu meter dari tempat dimana kami dalam kondisi panas. Seketika orang-orang yng berada di caffe itu pun memperhatikanku memukul Ferdi disana. Terdengar suara pelayan bahkan pengunjung caffe pun seolah ketakutan dan merasa tak nyaman dengan adegan pemukulan itu. Bahkan sesekali Ferdi berusaha melawan tindakanku itu.
                “Apa-apaan ini?? Gua udah cukup sabar dengan loe dari tadi!! Mau loe apa hah?!!!!!”
                “Loe tau mau gua apa hah?! Gua mau kakak gua kembali!!! Puas Loe!!!!”
                “Maksud loe apa ?? sumpah gua ga ngerti apa yang o omongin, oke kalo gitu ijinin gua ketemu dengan Vivi dan gua bakal nebus kesalahan gua di masa lalu.” Kilah Ferdi.
                “Nebus lo bilang hah?? PLAKKKKKKK!!!!” Kembali ku tampar pipi Feri dengan keras.
                “Kenapa baru sekarang loe muncul??? Kenapa baru sekarang lo ngerasa bersalah hah?!” tanya ku kembali.
                Kulihat mukanya memerah dan tertegun seolah mewakili rasa bersalahnya.
                “Loe tau satu hal..Kak Vivi cinta banget sama loe dan loe tau loe ga bakal bisa nebus kesalahan loe sedikit pun juga!!!”
                “Kenapa? Tanya Ferdi penasaran.
                “Karena kak Vivi sudah meninggal!!!!! Dan lo tau itu akibat siapa ?? akibat Loe Bajingan!!!!”
                “APAAAAAA.....??? Gila lo.. ga..ga mungkin ga mungkin Vivi meninggal!!! Itu ga mungkin kan?!”
                “Berengsek loe!!!! Loe mesti bertanggung jawab!!”
                “Ga mungkin..ga mungkin! Lantas siapa yang selama ini blogging dengan akun Vivi???” penasaran Ferdi.
                “GUUUUUAAAAAA!!!!! Karena itu yang jadi keinginan Kak Vivi terakhir!!! Sekaligus gua mau balas dendam terhadap lo?”
                 Kembali Ferdi tertegun mendengar kabar itu...


Sabtu, 09 Maret 2013

Rasa




Tentang bagaimana aku mencari cinta
Tentang bagaimana aku mendapat hariku
Kadang aku berfikir bahwa aku inginkan itu tapi aku tak berdaya
Aku tak berdaya oleh ambisiku
Aku tak berdaya karena anganku
Aku seperti akan gila karena kekeliruan akan cinta
                Dimana tabir sepi itu, dimana yang akan bangunkanku dari kegelisahan menahun
                Apakah masih ada cahaya suci untukku untuk mendapatkan pangeran itu
                Aku hanya bisa tersenyum oleh pemikiran-pemikiran kuno seperti cerita dongeng
                Seolah aku memahami namun tak mau membayangkan
Sebagaimana seorang putri yang bersedia di sakiti hingga akhirnya bahagia karena datangnya sosok pangeran itu
Cinta kau hadirkan misteri bagi pendapatku akan cinta buta
Cinta kau suguhkan pula sajian unik bagiku tentang dramatisasi kolosal
Kau tahu senyuman itu untuk siapa?
Kau tahu pandangan itu untuk apa?
Untuk rona yang tak pernah ku ketahui keberadaannya bersama..bersatu ..dan abadi..

jika


Keputusan itu pun kupilih sendiri,aku sadar ini adalah sebuah kegilaan yang seharusnya aku hentikan secepat yang aku bisa. Tapi apa dayaku yang hanya lenyap dalam kasihku untuk kakakku sendiri.
“Hallo?? Apa ini dengan Bapak Joko??”
“Iya..ini dengan siapa yah??”
“Ini aku Zidane yang kemarin bapak telepon!”
“Sebentar..sebentar saya masih bingung..”
“Aku adiknya Kak Vivi,,yang kemarin bapak tanyakan soal kerja sama yang akan di bicarakan..”
“Oh.. iya saya ingat sekarang,,,,bagaimana??”
“Iya Pak saya terima tawaran bapak!”
“Baiklah kalo begitu besok kekantor saya saja untuk penandatangan kontrak kerjanya”
Kembali aku bingung, bagaimana bisa ada penandatanganan,kak Vivi pun sudah tak ada bersamaku
“Ehmm..ta..ta..pi?!”
“Tapi apa ?”
“Kakak nya juga tak ada,bagaimana Pak?”
“Wah..gimana yah kita juga perlu sekali Vivi nya, memang kemana Sodari Vivi nya?”
“Ehmm..Kak Vivi nya sedang tugas di luar kota, dan sepertinya dia tak bisa pulang dalam waktu dekat juga Pak” kembali kebohongan itu terjadi.
“Baiklah tak apalah yang penting ada persetujuan surat kuasa di atas materai dari dia lewat kamu,gimana?”
“Iya Pak..pasti..pasti akan saya konfirmasi besok ya Pak.. makasih banyak” pembicaraan kami pun terhenti pula seketika.
Artinya aku pula akan memanipulasi data setelah ini,semakin gila tindakan ini,tapi harus aku lakukan.

***
                Hari-hari pun berselang, semua seolah berjalan lancar, meskipun belum siap edar namun aku cukup bangga dengan semua yang sudah terjadi,itu yang akan membuat Kak Vivi tersenyum di alam sana.
Kembali kubuka blog kak Vivi, materi tulisan terbaru pun kembali ku posting seolah memberi kabar baik pula di blog kakak. Namun seolah ada hal yang kembali membuatku heran, banyak koment- koment dari orang yang sama, dengan akun yang sama pula. Pria ini,sosok yang juga beberapa waktu yang lalu hadir sebagai blog walker.
Siapa pula laki-laki ini? Dia seolah setia dengan kehadirannya setiap saat .. aku semakin penasaran dengan orang ini. Ya benar aku harus melihat kotak pink itu, kotak yang isinya tentang perjalanan kak Vivi bersama pria jahat itu.

                                                                                                                                                                              Bersambung...

Jumat, 08 Maret 2013

damn Abizzzzz


Dear blog walkers...
Kawan,saya mau cerita nih..
                Hari senin ini benar-benar melelahkan. Pekerjaanku hanyalah sebagai buruh pabrik di perusahaan garmen. Tepatnya sebagai operator jahit yang setiap hari berkutat dengan mesin dan kain yang siap di buat celana eksport. Saya bingung apa ini termasuk kesialan atau hanya sugesti karena masalah bertubi-tubi. Hal pertama sepanjang hari tadi mesin yang biasa membantu saya bekerja rusak,belum lagi jarum yang tiba-tiba patah,dan potongan jarum itu harus di cari sampai ketemu kalau tidak ada. Sebagai peraturan yang berlaku karena kalau sampai tak ketemu potongannya akan berakibat patal. Bayangkan saja banyak waktu hilang ketika saya harus mencari potongan jarum yang harusnya aku isi dengan menjahit dan mendapatkan target perjamnya. Untung saja itu tak berlangsug lama,seperempat jam akhirnya ketemu. Piiiuuuhhh Realize =)
                Selesai sudah jam kerja selama 8 jam itu, akhirnya aku pun pulang naik angkot dengan temanku namun naas pula angkot yang biasa sudah standby didepan pabrik tidak ada,di tambah hujan yang begitu deras saat itu. Akhirnya aku putuskan untuk jalan kaki bersama 2 temanku sampai di ujung jalan hingga ku temukan angkot yang biasa mengangkut kami pulang, sedikit basah kuyup sih..huh lumayan dingin juga.
Diantara kami bertiga rumahku adalah destinasi terjauh dibandingkan 2 temanku, hingga tak lama kemudian satu temanku juga berhenti, mungkin hanya 15 ment yang dia tempuh dari pabrik sampai rumahnya. Tersisa hanya kami berdua di angkot, hujan masih deras pula.
                Sampai di lampu merah jalan Kabupaten mobil angkot yang kami tumpangi tiba-tiba berhenti. Memang sih masih belum terlalu malam kami berada di angkot toh juga masih ada 3 penumpang lain di angkot jadi kami berdua tidak terlalu ketakutan. “Huh kok lama yah berhentinya??” tanya penumpang lain yang berada di sebelahku. “Oh maaf bu..sebentar,,sebentar mobilnya mogok!!”jawab supir
“Hahhh ..mogok ?? Sial !!!!” lantangku.
“Sebentar..sebentar” supir itu berusaha menenangkan.
Kalau saja di luar angkot ini tak hujan,sudah dari tadi saya turun,hampir setengah jam aku dan penumpang lainnya turun dari angkot dan mencari angkot yang lain namun sayangnya hujan deras banget.
                Hingga pada akhirnya penantian kami berlalu,mobil ini kembali melaju walau dengan kondisi baju yang sudah terlanjur basah kuyup di tambah perut yang sudah mulai keroncongan ini.
Sampai di pertigaan terminal Soreang pun,aku pun turun. Bedanya temanku hanya tinggal jalan kaki dari terminal, aku masih harus naik satu angkot lagi untuk sampai dirumah. Untungnya hujannya agak reda.
                Naiklah aku ke satu angkot yang untungnya juga sudah penuh, jadi aku juga tidak perlu menunggu lagi. Melajulah angkot itu...
Perjalananku terasa lancar saat itu,pikirku sepertinya aku akan pulang lebih cepat karena angkot yang aku tumpangi juga tidak ngetem plus di tambah kecepatan yang maksimum.
Sampai pada satu titik dimana tinggal setengah kilo lagi aku sampai,angkot terakhir ini pun berhenti.
                “Lho kenapa berhenti bang??” tanyaku pada supir.
                “Saya juga ga tahu non, di depan macet panjang!!” jawab supir.
Akhirnya Supir pun menanyakan pada pengemudi lain dari arah yang berbeda.
                “Pak ada apa yang di depan sana?”
                “Wah Pak mending putar arah saja..didepan banjir sedada pas jembatan sampai 100 meter kedepan” jawab pengemudi sepeda motor itu.
Hingga supir itu pun bertanya kembali pada penumpang yang ada di angkotnya,”Pak,bu bagaimana mau turun disini ato bagaimana? Cara lain mungkin kita akan puter arah ke jalan lain yang nembusnya di terminal banjaran,mungkin akan memakan waktu! Bagaimana??”
                Para penumpang pun sepakat untuk mengikuti petunjuk supir itu,dari pada kami harus berenang menyeberangi jalan yang di penuhi air setinggi dada orang dewasa. Kulihat jam di tangan kiriku sudah menunjukan pukul 18.30 malam. Perutku benar-benar sudah sakit, mungkin akibat magh yang kambuh kembali. Waw perjalananku hampir 2 jam sudah berada di angkot berturut-turut.
Jalan ini sungguh sangat tak kukenali, kulihat sepanjang jalan perkampungan yang kami lewati masih belum ada lampu di sekitarnya. Rumah pun bisa ku hitung di daerah ini karena kondisi malam yang gelap ini, aku pun tak menyadari dimana aku berada bersama para penumpang lain. Dimana kondisi jalanan yang rusak pula membuat badan kami bergoyang-goyang terpental-pental. Sepertinya badanku sudah sangat tak karuan merasakan gajlukan ini, belum lagi perutku yang melilit merasakan magh ku kambuh =((
 Dan pada akhirnya 1 jam sudah perjalanan aku menyusuri jalan ini terhenti sampai pulalah aku di terminal Banjaran,dengan memakan waktu,memakan ongkos pula 2 kali lipat dari biasanya karena banjir tadi.
                Huuuuuuuuhhhhh... tepat pukul 8 malam aku baru sampai di rumah yang seharusnya aku sampai di rumah pukul 17.30
Lengkap pulaaaaaa kesialan di hari senin ini.... Damn abisssssss =((