Minggu, 18 November 2012

Ayahku dianggap PNS yang jatuh miskin


Ayahku dianggap PNS yang jatuh miskin....


                Kisah ini berawal ketika ayahku jatuh sakit, sebelum-sebelumnya memang ayahku mempunyai tekanan darah tinggi,hingga akhir-akhir ini terdiagnosis mempunyai maag kronis.
Sesekali ayah sering mengalami sakit yang teramat sakit pada bagian perutnya,perih bahkan. Mungkin memang ini akibat maag yang di alaminya.
                Pengobatan pun tak pernah di tinggalkan, mulai dari pengobatan dari mantri langganan keluarga sampai ke pengobatan yang di berikan oleh kabar dari tetangga.
Ternyata sakit itu bukannya membaik malah semakin parah, entah kenapa ?! mungkin karena faktor satu sampai yang lain halnya. Sampai diagnosis terakhir bertambah dengan tifus sehingga semakin membuat kondisi ayahku semakin lemah dan tak berdaya. Pengobatan secara alami pun di jalani seperti pemberian rebusan cacing kalung yang menurut orang yang pernah mengalami tifus cukup memberikan efek fositif. Namuntidak bagi ayahku, hingga akhirnya kondisi nya makin memburuk.
                Dia mengalami sakit pada bagian perut  sampai-sampai untuk berdiri saja dia tak mampu di tambah dengan rasa mual yang menghinggapinya.
Saat itu di rumah tak ada siapa- siapa, ibuku yang usianya sudah tak muda lagi kembali bekerja sebagai buruh pabrik,dan aku sendiri juga adalah buruh pabrik namun kita tidak berada dalam satu perusahaan yang sama. Hanya ada nenekku dirumah yang juga sedang mengurus adikku yang kecil yakni berusia 4 tahun. Sekitar pukul 9 pagi,suara ayahku lantang terdengar dari dalam rumah memanggil manggil nenekku yang saat itu ada di teras sedang mengasuh adikku, Alif.
                Kondisinya mengkhawatirkan,sampai-sampai dia tak bisa berdiri merasakan sakit pada bagian perut tepatnya lambung.
Tanpa menunggu lama,nenekku yang juga sudah tua renta lekas membawa ayahku kerumah sakit terdekat. Dengan bermodal uang 25 ribu di tambah dengan uang yang di pinjam dia dari tetangga 30 ribu cukup sebagai pegangan saat akan pergi kerumah sakit. Ternyata memang uang itu sangat amat pas-pasan saat nenekku membawa ayahku ke rumah sakit. Yakni 30 ribu untuk membayar angkot saat perjalanan dari rumah ke rumah sakit dan 25 ribu untuk membayar biaya pendaftaran. Akhirnya ayahku pun langsung di bawa keruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) lengkap dengan selang infus yang langsung di pasangkan ke lengan kanan ayahku.
                Hingga akhirnya sore hari itu pun tiba, ibuku yang juga belum tahu apa-apa langsung bergegas ke rumah sakit. Mengenai proses pembiayaan kami semua memang sedikit bingung namun setelah mengingat adanya bantuan pemerintah daerah yang berupa kartu jaminan sehat yang pernah di bagikan melalui RT. Setempat. Tanpa menunggua lama akhirnya keesokan harinya pun ibuku beranjak menuju Puskesmas terdekat mengingat bahwa pengajuan pembiayaan rawat inap tersebut harus mendapat surat rujukan dari Puskesmas setempat.
                Naasnya 5 kali sudah ibuku berjalan bolak balik dari rumah ke Puskesmas..
Kami yang juga awam terhadap prosedur yang belum kami pahami menyebabkan kekeliruan,molornya waktu, tenaga pun terkuras akibat jalan kaki di terik matahari itu. Bermula ketika kartu jaminan sehat milik ayahku itu ternyata belum terpasang foto milik ayahku yang memang seharusnya di pasang foto berukuran 2x3 atas nama pemilik kartu tersebut. Akhirnya kembali ibuku pulang ke rumah hanya sekedar memasangkan foto yang ada di rumah, tak memperhatikan pula foto apa yang di pasang.
Namun ketika kembali lagi ke Puskesmas, salah satu pegawai atau sebut saja dia adalah seorang Kasir tempat pendaftaran para pasien. Bapak itu tersenyum sinis dan melihat muka ibuku dengan ketus, di perhatikannya ibuku dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Hah...Ini mah PNS yang jatuh miskin kali yah!!! Masa minta penangguhan biaya lewat Kartu yang seharusnya untuk orang miskin!!!!” Dengan ketusnya Bapak itu melemparkan pertanyaan yang cukup menyinggung kami.
                “Maksud bapak apa yah???” jawab ibuku heran.
                “Bu,,, apa ibu sengaja melakukan hal ini???? Ini sama saja penipuan terhadap negara!!!”
                “Lho..lho.. kenapa jadi bawa bawa negara??” sanggahan ibu.
“Bu, apa ibu tidak melihat ini foto yang barusan ibu bawa dari rumah ini,, pakaiannya pakaian negeri sipil alias PNS... berarti si bapaknya ini PNS kan .. Masa PNS minta penangguhan,,bukannya sudah ada Asuransi nya.!!” Sambil menunjuk-nunjuk foto yang ada di kartu tersebut.
“Oh... maaf-maaf,, Saya buru buru sekali tadi,jadi saya cuma bawa foto itu aja. Soal pakaian yang di pakai suami saya dalam foto itu,sebenernya itu pakaian yang di berikan oleh sekolah tempat suami saya mengajar. Kebetulan suami saya hanya sebagai tenaga honorer dan kebetulan juga mengenai pemberian seragam, semua terbagi rata tanpa melihat mana yang PNS mana yang bukan!” ibuku memberikan pengertian.
“Tetep saja tidak bisa bu!!!!! Ini sama saja penghinaan terhadap negara!! Kecuali kalo ibu mengganti foto ini dengan yang lain, dengan yang tidak memakai seragam apapun. Baru kami bisa bantu proses.”
                Dengan bingung dan perasaan sedikit sakit akibat penghinaan secara tidak langsung itu akhirnya ibuku pulang ke rumah untuk yang ke 3 kali nya. Mencari selembar foto ayahku yang lain, di bongkar semua file-file lama, lemari, bahkan tumpukan buku buku lama dengan harapan semoga masih ada foto lain yang bisa di bawa ibu ke puskesmas tadi.
                “Alhamdulilah ada.. !!!” salah satu foto ayah itu ada di lipatan kamus bahasa sunda yang ketebalannya mencapai 6  cm. Namun ternyata ibuku masih salah membawa foto, foto postcard itu gambar nya adalah ayahku yang sedang memakai seragam Pramuka.
Petugas itu kembali mengembalikan lembaran aplikasi yang sudah di siapkan dari rumah berikut dengan foto ayah, untuk persyaratan pengajuan penangguhan biaya.
Di nilainya masih diangap tak layak karena di anggap belum sesuai dengan apa yang mereka harapkan. “ Bu.. ibu ini pasti bohong kan??? Masa ini foto juga pake seragam pramuka?? Berarti apa coba?!”
“Maaf Pak.. saya mohon ..saya tidk punya lagi foto lain,, kalau soal foto yang kedua itu, memang kebetulan suami saya juga melatih Pramuka namun masih sebagai TENAGA HONORER...”
Dengan sedikit memelas ibuku yang juga sudah kelihatan lelah dan hatinya sakit ketika di tolak karena tidak sesuai dengan mereka harapkan, akhirnya dia menangis sedikit berlutut meminta pertolongan,meminta sedikit iba dari para petugas yang terhormat itu.
                “Pa.. tolong saya... saya benar benar tak tahu lagi mesti ngelakuin apa lagi!!! Hiks..hiks..”
Mungkin karena kasihan melihat ibuku ynag menangis , akhirnya dia pun memenuhi dan mengabulkan permohonan penangguhan biaya tersebut untuk selanjutnya di bawa ke rumah sakit tempat dimana ayah saya dirawat. “Ya sudah tapi ingat jangan lupa nanti fotonya diganti!!! Jangan pake foto itu!!”
                Berjam-jam dengan proses melelahkan itu,akhirnya ibuku kembali ke rumah sakit untuk memberikan aplikasi persyaratan ke bagian administrasi. Dan syukurlah kerja keras ibuku berbuah manis mulai di berikannya surat pernyataan penangguhan biaya itu, semua obat, rawat inap pun di bebaskan.
Aku yang sore itu sepulang kerja langsung ke rumah sakit, dan mendengarkan cerita ibu saat mengurus surat-surat hanya bisa diam tertegun,menangis tersedu-sedu. Sakit merasakan apa yang sudah mereka lontarkan terhadap ibu. Dan hanya berfikir apa gunanya aku ??? Apa daya upaya nya aku??? Kenapa mereka menyakiti hati ibu???
Jika memang ketika menelaah prosedur yang berlaku, itu sudah benar! Dan jujur kami yang salah karena ceroboh pada hal yang justru besar! Tapi mengapa, mengapa mereka itu semua jauh lebih berpendidikan namun perkataan mereka seolah tidak mengenyam bangku sekolah. Walau memang pada kenyataannya ayahku memang bukan seorang PNS, namun apa pantas pernyataan, “ Ini mah PNS YANG JATUH MISKIN KALI YAH????” di lontarkan.

2 komentar:

  1. aas, aku turut prihatin dengan apa yang sudah kamu alami, dngan ibu kamu, kita hanya bisa brsabar menghadapi orang2 seperti itu, klw aku melihat bukan hanya aas yang yang bernasib seperti itu,di luar masih banyak orang2 yang seharusnya bisa menikmati JAMKESMAS, tapi tidak bisa menikmati, dngan brbagai macam alasan banyak pengguna jamkesmas yang di tolak, tapi tidak sedikit pula yang diterima dengan baik. aas harus tabah,sabar dan kuat menghadapi semua ini,apalagi bisa dikatakan aas lah sebgai pngganti stlah bpak sakit, aku do'akan smoga bpak lkas smbuh,dan mndapatkan perawatan yang baik di rumah sakit yang di rujuk...

    BalasHapus
  2. iya.. mksih bgt.. begitulah khidupan.. bnyk hikmahnya ya..

    BalasHapus

Input dari kawan-kawan terbaikku