Sabtu, 13 Oktober 2012

Dia vs Him


Suara adzan kembali bergema. Menyampaikan pesan ilahi untuk segera menunaikan kewajiban sebagai umatnya, kami pun menyegerakan berwudhu di akhir senja ini. Lingkungan Pesantren ini membuat rutinitas lama ku berubah total,hari-hari ku yang awalnya suram menjadi bermakna ketika tinggal di sini. Bandung yang lama kutinggalkan selama bertahun tahun lamanya kini seperti tak ada kerinduan akan gemerlapnya hiruk pikuk Paris van Java di kala malam.
Adalah tempat tinggal ku kini Pesantren Rabbaniyah,kawasan desa religius di kec.Tasik Malaya,lokasi yang juga tidak terlalu jauh dari rumah ku di Bandung memungkinkan aku untuk kabur semau aku dulu. Tapi tidak untuk saat ini,pemikiran kolot ayahku dulu justru membuka mata aku tentang modal dasar kehidupan yaitu pendidikan di Pesantren ini.
            Malah  justru kini aku bangga dengan sikap ayahku  dengan memasukan aku ke Pesantren luar biasa ini. Pandangan aku yang dulu menganggap Pesantren itu kuno,tidak berkembang atau menjadi sarang bagi teroris itu ternyata salah. Aku adalah makhluk yang berharga saat ini,yang hidup lebih terkonsep menjadi manusia bermartabat. Cita-cita ku dulu untuk melanjutkan sekolah di Belanda pun musnah seketika,setelah aku melanjutkan pendidikan seusai SMP di Bandung.
            “Assalamualaikum..Naima?” terdengar suara itu begitu merdu di luar halaman mesjid.
            Aku pun bergegas keluar seusai melaksanakan sholat magrib.
            “Waalaikumsalam,,ustadzah!” jawabku
“Jika kamu tidak keberatan,besok Panitia penngajian rutin akan mengadakan acara goes to Formal school di SMAN Tasikmalaya,dan kami ingin mengajak antum ikut bersama rombongan ,,gimana?
            “Sukron Ustadzah..saya bersedia ikut!!!” aku yang tersenyum bahagia mendengar ajakan ustadzah Lilis.
            Puji syukur ku ucapkan kehadirat Ilahi Robbi atas berkah yang di berikan,walau ini hanya sekedar ajakan biasa namun sangat manfaat buat aku,kesempatan langka yang jarang di dapatkan oleh santriwati di sini termasuk sahabat sekamarku,Arni.
Karena kebetulan malam ini tidak ada kegiatan religi di mesjid,seusai sholat isya pun aku kembali ke asrama bersama Arni. Tujuanku agar esok hari aku bisa semangat mengikuti kegiatan di luar Pesantren sekaligus kesempatan unjuk gigi terhadap latihan-latihan muhadorodhku selama KBM berlangsung di Pesantren.
            Tak lupa shalawat aku panjatkan kepada Rassullulah SAW. Sebelum aku menutup mata,surat-surat pendek plus doa sebelum tidur ku ucapkan bersama segenap perasaanku terhadap Ilahi atas hari ini.

***
            Tepat pukul 04.00 aku bersama santriwati lain bergegas pergi ke mesjid yang lokasinya berhadapan langsung dengan kamarku. Hijab pun tak lupa ku pakai sebelum keluar asrama. Sholat shubuh,mengaji dan mendengarkan Kultum di pagi hari adalah kegiatan rutin santriwati di sini. Ceramah pun di berikan oleh ustad dan ustadzah bergantian tiap harinya.
            “Subhanalloh,,ustad Burhan itu....................”
            “Huss..nyebut kamu Arni,,kamu fikir apaan??”
      Arni adalah pengagum berat ustad Burhan,ustad yang memberikan ceramah pagi ini,dia memang cukup berkarisma,tampan dan juga masih muda. Salah satu anak Kia’i Haji Marzuki,pemilik Pesantren ini.
Dia juga yang akan ikut bersama rombongan keluar Pesantren hari ini.
Seusai ceramah,aku cepat-cepat berlari keluar mesjid dan sesegera mungkin menuju kamar ku meninggalkan santriwati lain termasuk Arni. Aku bermaksud mengganti rok panjangku dengan busana yang lebih baik sebagai persiapan  menuju tempatPengajian rutin. Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil aku keras.
            “Naima......!!!”
            Sontak aku pun berbalik badan dan berusaha menjawab panggilan itu.
            “iya..??” jawabku.
            Ternyata orang yang memanggilku tadi adalah Ustad Burhan,lalu kemudian sang Ustad pun menghampiriku
            “Assalamualaikum Nai.. kamu ikut juga hari ini kan?! Ehm..”
            “Waalaikumsalam Ustad,,iya insyaalloh.. maaf ustad barusan bicara apa?!”
“Oh..lupakan Nai..saya pergi duluan ya..a..ass..salamuailakum” ustad Burhan dengan muka memerah meninggalkan aku seketika.
            “Waalaikumsalam...” jawabku dengan muka heran melihat ustad yang salah tingkah itu.
            Tiba-tiba Arni pun menghampiriku.
            “Nai..sepertinya Ustad Burhan menyukaimu...?!”
            “Ah..mana mungkin..sudahlah jangan berpikir yang aneh aneh !!!”
            “Tapi kalo seandainya iya,gimana? Atau seandainya dia langsung melamarmu  gimana?!”
            “I..itu mah lain lagi ceritanya mungkin,,arrghh sudahlah!!!” aku pun segera meninggalkan Arni.
            Mata ku terbelalak melihat sesuatu yang luar biasa hari, antusias mereka terhadap materi yang dibawakan oleh ustad dan ustadzah bagi para peserta pengajian sangat membuka nurani kita bahwa ternyata mereka cukup terbuka dan tidak memandang sebelah mata terhadap Pesantren kami. Itu pun semakin menyadarkan aku tentang makna hidup di bawah naungan Pesantren ini.
Pukul 11.30 pun acara SMAN Tasikmalaya selesai...
            Kami pun pulang kembali ke Pondok bersama rekan-rekan menggunakan mobil sekolah yang biasa mengantar kami ke acara temu debat pengajian seperti ini.
Aku ingat dulu ketika cita-cita terbesarku adalah sekolah ke Belanda bukan untuk mencari ilmu semata namun juga atas permintaan teman kopi daratku di sana. He..he.. emosi masa remajaku dulu yang kadang membuat aku ketawa geli jika mengingatnya. Namun itu dulu, sekarang inilah kehidupanku.. masa mengkaji ilmu dan serius dengan masa depanku nanti.
“Darrrrrr....!!!!! Ngelamun yah???”
“Astagfirloh Arni!!!! Kamu tuh ya???!!” kagetku sambil mengusap dada.
“Abisnya tengah hari gini bukannya ke mesjid malah ngurung diri di kamar!!”
“Aku juga mo keluar kok!! Mang ada apa gitu kok kamu ga ke mesjid duluan?”
“Justru aku kesini mo ngasih kabar ke kamu,,tadi ibumu telpon ke kantor staf admin..katanya di laptop kamu banyak email yang masuk dan dia nyuruh kamu buat cek dulu takutnya kalo email itu tuh penting buat kamu. Jadi...”
“Stop!!! Aku ngerti maksud nya kok...ya dah biar nanti aku cek deh di Perpustakan kalo sempet!” Pikirku heran karena sepertinya aku juga belum pernah tulis-tulis email lagi setelah aku tinggal di sini.
“Kok di perpus sih???”
“Kamu tuh ya...kan di perpus juga ada sarana komputer plus wifi juga kali??!”
“Hehe.. iya ya.. aku lupa Nai..” 
Karena penasarannya aku dengan kabar ibuku seperti itu setelah jam KBM selesai pun aku menyempatkan untuk pergi ke Perpustakaan di sebelah timur Pesantren dekat kantin. Ku buka emailku cepat walau kata sandinya pun hampir ga aku ingat,untungnya saja di Perpus jaringannya cepat dan pengunjung Perpus hanya dua orang termasuk aku. Jadi aku tak perlu sungkan untuk sekedar browsing di dunia maya.
“ Hah....!!! Gab...Gabriel... dia kan..!!! dia masih inget aku juga..teman kopi daratku dulu”
Aku pun terkejut atas semua email yang ditunjukan untuk aku,dia masih inget aku,dia masih menanyakan kabar aku bahkan dia juga ingin datang ke Indonesia hanya untuk bertemu dengan aku. Sontak membuatku bingung dan heran karena setelah sekian lama tak ada lagi kabar dari nya baru kali ini lagi dia datang di kehidupanku. Karena takut dia menunggu,aku pun membalas email darinya. Menyambut ucapan salam darinya,memberi kabar terbaru untuknya. Bahkan mempersilahkan dia untuk datang ke Indonesia khusunya ke Bandung,rumahku.
Aku sendiri heran dengan hatiku saat ini,aku seperti punya raga kembali. Hati ku seperti berbunga-bunga mendengar kabarnya. Walau sebetulnya aku juga tidak tinggal di Bandung melainkan di Pondok Pesantren ini, dan juga mungkin ku anggap sebagai pertemuan  pertama aku dengannya yang cukup membuat aku excited mendengarnya.
***
Seminggu sudah aku pun tak mendapat kabar kembali dari Gabriel, seseorang yang tinggal di kota Rotterdam Belanda seperti hilang seketika. Namun dugaanku ini salah, ternyata dia bukan hanya tak memberi kabar melainkan membuat great surprise buatku,dia datang dan malah langsung angkat koper ke Bandung.
Aku yang saat itu juga sudah memasuki masa liburan sekolah cepat-cepat ku sempatkan pulang hanya untuk semngu di Bandung. Itu juga karena ibu yang memaksa aku untuk pulang karena kedatangan pria bule ke rumahku langsung yang di antar oleh travel + tour guide yang di sewa selama Gabriel di Bandung.
            Sesampainya di rumah, ibuku bukan menyambut aku dengan bahagia malah menarik aku kedalam rumah dengan cepat sambil menunjukkan seseorang yang duduk di sofa ruang tamu.Dengan kerutan kening dan wajah kebingungan ibuku dia seolah-olah menanyakan kedatangan seorang pria bule itu di rumah.
“Nai,jelasin ke ibu sekarang!! Berarti kamu selama di Pesantren bukan belajar yah??? Atau malah kabur?!” ibu dengan nada marah padaku.
            “Ya,engga lah bu,,aku belajar kok!!”                                                                                  
            “Trus bule ini????”
            “Ehmm..ga tahu..”
            “Kamu fikir dia nyasar datang ke sini,hah? Jelas-jelas tour guide nya nyariin kamu!!”
            Tiba-tiba Gabriel pun memotong pembicaraan aku dan ibu.
            “Ehm sorry,,what are you talking about?? Come on hug me.. did you missing me?? It is surprise for you”
            “Ngomong apa dia??!!” tanya ibu padaku.
            “Bu denger aku, aku bisa jelasin ke ibu semuanya tapi nanti ya,,aku mohon biarin aku bicara dulu dengan dia!”
            “Tap..tapi..”
            “Aku mohon bu..” dengan nada memelas.
            Akhirnya ibu pun meninggalkan kami bertiga karena kebetulan tour guidenya juga ada di rumahku.
“I miss you so much Naima!!! You’re so beautiful” Gabriel langsung memelukku erat bahkan sampai-sampai aku merasakan sesak akibat pelukannya yang begitu erat.
            “Uh..huukk.uhhukk..please..please i can’t take a breathe!!” sambil berusaha melepaskan pelukannya.
            Aku pun bahkan sampai tak menyadari kalau saat ini aku adalah seorang muslim yang taat dan tau baik dan buruknya hidup setelah ilmu yang ku dapat di Pesantren. Aku yang juga saat itu memakai hijab seperti kehilangan akal setelah melihat wajah Gabriel yang ada di depanku ini. Dia jauh lebih tampan dari yang ku lihat dulu di dunia maya. “Astagfirulloh lupakan!”
            “You’re wear a turban now? Anyway you still beautiful..”
            “Oh..ya.. thanks..”
            “Ya.. i give you suprise for you today,right?”
            “Ya..hheh..”
Pembicaraan kami pun kemudian mencair begitu saja, itu pun berkat bantuan tour guide sekaligus translaternya.
            “O ya i have something for you...”
            Tanpa ku duga ternyata dia memberikanku cincin putih, cincin yang ada di balik tas ransel yang di bawa nya sebelum bergegas ke hotel. Seketika dia menyematkan cincin itu di jariku sambil berkata,” will you be my girl??”
Sontak membuatku kaget setengah mati,ternyata dia memang tidak main-main dengan ucapannya dulu,dia ingin datang langsung ke rumah dan ingin menyatakan cinta ke padaku. Dulu dia memang pernah bilang kalo dia sudah tertarik semenjak obrolan yang sering kami lakukan di skype yang membuat dia merasa hidup kembali setelah pacar lamanya berselingkuh.
“You’re different Naima... i’m really really love you at first sight in skype..Please answer..WILL YOU BE MY GIRL??”
            “I dont know.. i’m confused..”
“Ok,,never mind .. i’ll be waiting you.. i have to go.. n tomorrow i’ll back to you!” Gabriel pun beranjak dan kembali ke hotel dimana dia menginap.
Jujur aku sendiri bingung dan ga bisa bilang apa-apa,karena yang pasti ibu dan ayah pasti akan menolak dia  mentah-mentah. Tapi bagaimana dengan perjuangannya datang ke Indonesia hanya untuk ketemu aku?!
Setelah beberapa jam kemudian Gabriel pergi,aku yang saat itu juga masih duduk termenung di rung tamu,tiba-tiba ayah dan ibu menghampiriku.
            “Nai..ibu dan ayah mau bicara sama kamu..”
            “Soal apa? Soal bule tadi ya bu?!”
“Bukan..bukan..ini lebih penting dari pada itu,,Tadi ayahmu dapat telpon dari Kiai haji Marzuki di Pesantren,dia mau melamarmu jadi menantunya..!!”
            “Apaaaaaa????” aku kaget bukan kepalang.
“Dan karena kebetulan kamu juga masih libur,besok Kiai Haji dan keluarga mau kesini untuk melakukan acara Khitbah,Nai..”
            “Tapi emangnya siapa yang di jadikan calon suamiku bu,,? Aku juga kan masih pelajar,lagian kan ak..akuu...!!!”
            “Ustad Burhan yang ingin melamarmu,dia akhlaknya baik,ganteng lagi,dia calon menantu iidaman,sayang..”
            “Tapi bu,,ini kan bukan jaman Siti Nurbaya,lagian aku bisa nentuin jalan hidup aku kok..!!”
            Tiba-tiba ayah memotong pembicaraan..
“Naima,taaruf saja dulu, ustad Burhan sangat jelas asal usulnya,dia bisa membimbing kamu nantinya,lagian bukannya kalian sering ada kegiatan pesantren bareng kan?!”
            “Ayah.. kegiatan apa coba? Pengajian bersama juga cuma sekali doank..!”
“Daripada dengan pria Bule tadi,pria yang tidak jelas asal usulnya,belum lagi dia berbeda keyakinan dengan kamu,dia tidak bisa jadi imam buat kamu nantinya Nai,, percayalah ayah dan ibu ingin yang terbaik buat kamu.”
            Jujur pikiranku semakin tak karuan,sangat dilema di satu sisi Ustad Burhan yang pemalu itu ternyata juga punya perasaan lebih terhadapku,di sisi lain Gabriel pria asing yang baru ku kenal itu juga ternyata punya perasaan lebih tehadapku. Mereka berdua sangat istimewa buat aku. Tapi siapa yang harus kupilih?
Seketika itu pula aku pergi meninggalkan ayah dan ibu di ruang tamu,dan bergegas masuk ke kamar.
Aku kembali merenung,besok adalah pilihan untukku,aku tidak mungkin mengecewakan ayah dan ibu tapi juga ga mungkin membuat Gabriel patah hati lagi karena di tinggalkan untuk kesekian kalinya.
            Siang berganti sore dan sore berganti malam,malam pun berganti pagi...
Pagi sekali ayah dan ibu bangun bersiap menyambut tamu-tamu yang akan datang ke rumah,semua di rapihkan. Bau masakan dari dapur pun begitu tercium pagi itu,mereka seperti mau menyambut tamu agung hari ini.
            “Nai..kamu udah sholat shubuh? Ayo lekas.. bantu ibu beres-beres...”
            “Udah bu..barusan..tapi bu aku masih ngantuk nih,,aku mau bobo lagi ah...!!”
            “Eh Nai...kamu itu ya.. kebiasaan kalo di rumah males-malesan ah.”
            “Udahlah bu biarin aja..!” tambah ayah.
            Tepat pukul 10.15 pagi tamu-tamu dari Tasikmalaya pun datang termasuk Ustad Burhan yang berada di barisan paling depan rombongan,lengkap dengan seserahan yang biasa di bawa bagi masyarakat sunda.
Terlihat wajah Ustad Burhan yang malu-malu itu terus mencuri pandanganku ketika aku lengah dari penglihatannya. Sesekali ku lihat dia salahtingkah ketika pandangannya aku balas dengan senyuman. Mungkin karena penampilanku hari ini berbeda. Busana muslim berwarna merah muda lengkap dengan hijab mengurai menutupi  semua lekukan tubuhku.
Kejadian itu seperti dalam skenario sinetron, Gabriel yang sehari sebelumnya juga sudah berjanji akan datang kerumah ku lagi ternyata dia memang datang. Ketika dia mulai masuk ke rumah, saat itu pula dia langsung memanggil-manggil namaku keras,sontak para tamu yang ada di ruang tengah pun berbalik arah dan mata mereka seperti tertuju pada Gabriel. Terdengar pula olehku ada yang bilang,”ada bule..ada bule!!”
            Karena terlihat wajah Gabriel yang kebingungan melihat keramaian di rumahku,akhirnya aku pun bergegas menghampiri Gabriel dan menjelaskan semua yang terjadi saat itu di rumahku.
Gabriel pun kaget dan mengira aku telah berbuat jahat padanya,bahkan dia juga mengatakan bahwa aku tidak lebih baik dan sama saja dengn mantan terdahulunya di Belanda.
            “Are you want to leave me again like eks girlfriend,hah???” Gabriel bertanya dengan nada marah dan kecewa.
“Listen,we are different,different culture,religion,country,,i can’t keep long distance relationship Gab! Please you understanding that” aku pun sedikit mengeluarkan air mata melihat raut muka nya yang sedih dan mulai berkaca-kaca.
“I dont care!!! I’ll try..try for you..stay here,learning your culture till your religion..please dont leave me..” sambil bersujud dan memelas kepadaku.
Aku pun tak tega melihatnya bersujud dan memelas seperti itu di hadapan puluhan orang yang ada di rumah saaat itu. Aku pun membangkitkannya kembali,memegang tangannya lalu kemudian memeluknya. Aku sadar tindakan ini malah justru memalukan diriku sendiri bahkan orangtuaku. Ibu dan Ayah juga kelihatannya sangat marah melihat sikapku. Tapi ternyata aku pun tak bisa membohongi perasaanku sendiri.
            “i’ll promise, i will follow your religion..to be muslim like you,Nai.. Trust me ...! if you dont believe me, i’ll bring all my family come to Indonesia for married you now”
Kesungguhan hatinya membuat aku luluh bahkan Ustad Burhan yang juga cuma dia satu-satunya yang mengerti pembicaraan kami saat itu juga meng amini maksud dari Gabriel yang sungguh-sungguh rela berkorban demi Naima.
            Tiba-tiba Ustad Burhan menghampiri kami berdua,terlihat semua orang pun mulai berkaca-kaca melihat kesungguhan Gabriel yang menginginkan aku.
            “If you loved her very much,please keep her,n be honest and faithfull person..!!!”
            “Sure..i will..!!” dengan penuh sungguh-sungguh Gabriel menjawab pertanyaan Ustad Burhan dengan lantang.
            “So.. how about your faith? Your religion?”
“For Naima,,i want to learn more for islam and to be muslim...” pernyataan itu pun di jawabnya dengan lantang oleh Gabriel.
            Aku pun semakin terharu dengan statement Gabriel dan keikhlasan Ustad Burhan yang rela melepaskan aku demi orang asing seperti Gabriel.
Kiai Muji yang saat itu juga hadir dan melihat semua yang terjadi bahkan merelakan aku untuk bersanding dengan orang lain yang bukan anaknya. Bahkan dia sendiri bersedia menjadi saksi dan guru bagi Gabriel yang sungguh-sungguh ingin jadi muallaf.
            Akhirnya tanpa menunggu lama Gabriel pun bersedia mengucapkan kalimat Syahadat yang di contohkan Kiai Marzuki kepada Gabriel sebagai ke hallalan dan syah nya Gabriel memeluk agama Islam.
            “Follow me..” ucap Kiai Marzuki.
            “ok..Sir..” sambil mereka berjabat tangan sambil memegang al-Quran sebagai janji bahwa Gabriel berani bersumpah dan mengikuti segala kewajiban sebagai seorang muslim.
kalimat syahaat pun di ucapkan perlahan  oleh Gabriel...
Semua orang pun berucap “ALHAMDULILAH” pertanda kalo Gabriel sudah syah menjadi seorang Mualaf.
            Ibu dan Ayah yang awalnya tidak menyukai Gabriel seketika merangkul dan memeluk Gabriel dengan bahagia...
Ustad Burhan yang juga masih terlihat sedih awalnya perlahan bisa menerima kenyataan bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Ternyata hati dan perasaanku aku juga lebih kuat daripada nalar yang awalnya akan ku jalani bersama seorang Ustad Burhan.
I love you more Gab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Input dari kawan-kawan terbaikku