Suara adzan kembali bergema. Menyampaikan
pesan ilahi untuk segera menunaikan kewajiban sebagai umatnya, kami pun
menyegerakan berwudhu di akhir senja ini. Lingkungan Pesantren ini membuat
rutinitas lama ku berubah total,hari-hari ku yang awalnya suram menjadi
bermakna ketika tinggal di sini. Bandung yang lama kutinggalkan selama bertahun
tahun lamanya kini seperti tak ada kerinduan akan gemerlapnya hiruk pikuk Paris
van Java di kala malam.
Adalah tempat tinggal ku kini Pesantren Rabbaniyah,kawasan
desa religius di kec.Tasik Malaya,lokasi yang juga tidak terlalu jauh dari
rumah ku di Bandung memungkinkan aku untuk kabur semau aku dulu. Tapi tidak
untuk saat ini,pemikiran kolot ayahku dulu justru membuka mata aku tentang
modal dasar kehidupan yaitu pendidikan di Pesantren ini.
Malah justru kini aku bangga dengan sikap
ayahku dengan memasukan aku ke Pesantren
luar biasa ini. Pandangan aku yang dulu menganggap Pesantren itu kuno,tidak
berkembang atau menjadi sarang bagi teroris itu ternyata salah. Aku adalah
makhluk yang berharga saat ini,yang hidup lebih terkonsep menjadi manusia
bermartabat. Cita-cita ku dulu untuk melanjutkan sekolah di Belanda pun musnah
seketika,setelah aku melanjutkan pendidikan seusai SMP di Bandung.
“Assalamualaikum..Naima?”
terdengar suara itu begitu merdu di luar halaman mesjid.
Aku pun
bergegas keluar seusai melaksanakan sholat magrib.
“Waalaikumsalam,,ustadzah!”
jawabku
“Jika kamu tidak
keberatan,besok Panitia penngajian rutin akan mengadakan acara goes to Formal
school di SMAN Tasikmalaya,dan kami ingin mengajak antum ikut bersama rombongan
,,gimana?
“Sukron
Ustadzah..saya bersedia ikut!!!” aku yang tersenyum bahagia mendengar ajakan
ustadzah Lilis.
Puji
syukur ku ucapkan kehadirat Ilahi Robbi atas berkah yang di berikan,walau ini
hanya sekedar ajakan biasa namun sangat manfaat buat aku,kesempatan langka yang
jarang di dapatkan oleh santriwati di sini termasuk sahabat sekamarku,Arni.
Karena kebetulan malam ini tidak ada kegiatan religi di
mesjid,seusai sholat isya pun aku kembali ke asrama bersama Arni. Tujuanku agar
esok hari aku bisa semangat mengikuti kegiatan di luar Pesantren sekaligus
kesempatan unjuk gigi terhadap latihan-latihan muhadorodhku selama KBM
berlangsung di Pesantren.
Tak lupa
shalawat aku panjatkan kepada Rassullulah SAW. Sebelum aku menutup
mata,surat-surat pendek plus doa sebelum tidur ku ucapkan bersama segenap
perasaanku terhadap Ilahi atas hari ini.
***
Tepat
pukul 04.00 aku bersama santriwati lain bergegas pergi ke mesjid yang lokasinya
berhadapan langsung dengan kamarku. Hijab pun tak lupa ku pakai sebelum keluar
asrama. Sholat shubuh,mengaji dan mendengarkan Kultum di pagi hari adalah
kegiatan rutin santriwati di sini. Ceramah pun di berikan oleh ustad dan
ustadzah bergantian tiap harinya.
“Subhanalloh,,ustad
Burhan itu....................”
“Huss..nyebut
kamu Arni,,kamu fikir apaan??”
Arni
adalah pengagum berat ustad Burhan,ustad yang memberikan ceramah pagi ini,dia
memang cukup berkarisma,tampan dan juga masih muda. Salah satu anak Kia’i Haji Marzuki,pemilik Pesantren ini.
Dia juga yang akan ikut bersama rombongan keluar
Pesantren hari ini.
Seusai ceramah,aku cepat-cepat berlari keluar mesjid dan
sesegera mungkin menuju kamar ku meninggalkan santriwati lain termasuk Arni.
Aku bermaksud mengganti rok panjangku dengan busana yang lebih baik sebagai
persiapan menuju tempatPengajian rutin. Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil
aku keras.
“Naima......!!!”
Sontak
aku pun berbalik badan dan berusaha menjawab panggilan itu.
“iya..??”
jawabku.
Ternyata
orang yang memanggilku tadi adalah Ustad Burhan,lalu kemudian sang Ustad pun
menghampiriku
“Assalamualaikum
Nai.. kamu ikut juga hari ini kan?! Ehm..”
“Waalaikumsalam
Ustad,,iya insyaalloh.. maaf ustad barusan bicara apa?!”
“Oh..lupakan Nai..saya pergi
duluan ya..a..ass..salamuailakum” ustad Burhan dengan muka memerah meninggalkan
aku seketika.
“Waalaikumsalam...”
jawabku dengan muka heran melihat ustad yang salah tingkah itu.
Tiba-tiba
Arni pun menghampiriku.
“Nai..sepertinya
Ustad Burhan menyukaimu...?!”
“Ah..mana
mungkin..sudahlah jangan berpikir yang aneh aneh !!!”
“Tapi
kalo seandainya iya,gimana? Atau seandainya dia langsung melamarmu gimana?!”
“I..itu
mah lain lagi ceritanya mungkin,,arrghh sudahlah!!!” aku pun segera meninggalkan
Arni.
Mata ku
terbelalak melihat sesuatu yang luar biasa hari, antusias mereka terhadap
materi yang dibawakan oleh ustad dan ustadzah bagi para peserta pengajian
sangat membuka nurani kita bahwa ternyata mereka cukup terbuka dan tidak
memandang sebelah mata terhadap Pesantren kami. Itu pun semakin menyadarkan aku
tentang makna hidup di bawah naungan Pesantren ini.
Pukul 11.30 pun acara SMAN Tasikmalaya selesai...
Kami pun
pulang kembali ke Pondok bersama rekan-rekan menggunakan mobil sekolah yang
biasa mengantar kami ke acara temu debat pengajian seperti ini.
Aku ingat dulu ketika
cita-cita terbesarku adalah sekolah ke Belanda bukan untuk mencari ilmu semata
namun juga atas permintaan teman kopi daratku di sana. He..he.. emosi masa
remajaku dulu yang kadang membuat aku ketawa geli jika mengingatnya. Namun itu
dulu, sekarang inilah kehidupanku.. masa mengkaji ilmu dan serius dengan masa
depanku nanti.
“Darrrrrr....!!!!! Ngelamun
yah???”
“Astagfirloh Arni!!!! Kamu
tuh ya???!!” kagetku sambil mengusap dada.
“Abisnya tengah hari gini
bukannya ke mesjid malah ngurung diri di kamar!!”
“Aku juga mo keluar kok!!
Mang ada apa gitu kok kamu ga ke mesjid duluan?”
“Justru aku kesini mo ngasih
kabar ke kamu,,tadi ibumu telpon ke kantor staf admin..katanya di laptop kamu
banyak email yang masuk dan dia nyuruh kamu buat cek dulu takutnya kalo email
itu tuh penting buat kamu. Jadi...”
“Stop!!! Aku ngerti maksud
nya kok...ya dah biar nanti aku cek deh di Perpustakan kalo sempet!” Pikirku
heran karena sepertinya aku juga belum pernah tulis-tulis email lagi setelah
aku tinggal di sini.
“Kok di perpus sih???”
“Kamu tuh ya...kan di perpus
juga ada sarana komputer plus wifi juga kali??!”
“Hehe.. iya ya.. aku lupa
Nai..”
Karena penasarannya aku
dengan kabar ibuku seperti itu setelah jam KBM selesai pun aku menyempatkan
untuk pergi ke Perpustakaan di sebelah timur Pesantren dekat kantin. Ku buka
emailku cepat walau kata sandinya pun hampir ga aku ingat,untungnya saja di
Perpus jaringannya cepat dan pengunjung Perpus hanya dua orang termasuk aku.
Jadi aku tak perlu sungkan untuk sekedar browsing di dunia maya.
“ Hah....!!! Gab...Gabriel...
dia kan..!!! dia masih inget aku juga..teman kopi daratku dulu”
Aku pun terkejut atas semua
email yang ditunjukan untuk aku,dia masih inget aku,dia masih menanyakan kabar
aku bahkan dia juga ingin datang ke Indonesia hanya untuk bertemu dengan aku.
Sontak membuatku bingung dan heran karena setelah sekian lama tak ada lagi
kabar dari nya baru kali ini lagi dia datang di kehidupanku. Karena takut dia
menunggu,aku pun membalas email darinya. Menyambut ucapan salam darinya,memberi
kabar terbaru untuknya. Bahkan mempersilahkan dia untuk datang ke Indonesia
khusunya ke Bandung,rumahku.
Aku sendiri heran dengan
hatiku saat ini,aku seperti punya raga kembali. Hati ku seperti berbunga-bunga
mendengar kabarnya. Walau sebetulnya aku juga tidak tinggal di Bandung
melainkan di Pondok Pesantren ini, dan juga mungkin ku anggap sebagai pertemuan pertama aku dengannya yang cukup membuat aku
excited mendengarnya.
***
Seminggu sudah aku pun tak
mendapat kabar kembali dari Gabriel, seseorang yang tinggal di kota Rotterdam
Belanda seperti hilang seketika. Namun dugaanku ini salah, ternyata dia bukan
hanya tak memberi kabar melainkan membuat great surprise buatku,dia datang dan
malah langsung angkat koper ke Bandung.
Aku yang saat itu juga sudah memasuki masa liburan
sekolah cepat-cepat ku sempatkan pulang hanya untuk semngu di Bandung. Itu juga
karena ibu yang memaksa aku untuk pulang karena kedatangan pria bule ke rumahku
langsung yang di antar oleh travel + tour guide yang di sewa selama Gabriel di
Bandung.
Sesampainya
di rumah, ibuku bukan menyambut aku dengan bahagia malah menarik aku kedalam
rumah dengan cepat sambil menunjukkan seseorang yang duduk di sofa ruang
tamu.Dengan kerutan kening dan wajah kebingungan ibuku dia seolah-olah
menanyakan kedatangan seorang pria bule itu di rumah.
“Nai,jelasin ke ibu
sekarang!! Berarti kamu selama di Pesantren bukan belajar yah??? Atau malah
kabur?!” ibu dengan nada marah padaku.
“Ya,engga lah bu,,aku belajar kok!!”
“Trus bule
ini????”
“Ehmm..ga
tahu..”
“Kamu
fikir dia nyasar datang ke sini,hah? Jelas-jelas tour guide nya nyariin kamu!!”
Tiba-tiba
Gabriel pun memotong pembicaraan aku dan ibu.
“Ehm
sorry,,what are you talking about?? Come on hug me.. did you missing me?? It is
surprise for you”
“Ngomong
apa dia??!!” tanya ibu padaku.
“Bu
denger aku, aku bisa jelasin ke ibu semuanya tapi nanti ya,,aku mohon biarin
aku bicara dulu dengan dia!”
“Tap..tapi..”
“Aku
mohon bu..” dengan nada memelas.
Akhirnya
ibu pun meninggalkan kami bertiga karena kebetulan tour guidenya juga ada di
rumahku.
“I miss you so much Naima!!!
You’re so beautiful” Gabriel langsung memelukku erat bahkan sampai-sampai aku
merasakan sesak akibat pelukannya yang begitu erat.
“Uh..huukk.uhhukk..please..please
i can’t take a breathe!!” sambil berusaha melepaskan pelukannya.
Aku pun
bahkan sampai tak menyadari kalau saat ini aku adalah seorang muslim yang taat
dan tau baik dan buruknya hidup setelah ilmu yang ku dapat di Pesantren. Aku
yang juga saat itu memakai hijab seperti kehilangan akal setelah melihat wajah
Gabriel yang ada di depanku ini. Dia jauh lebih tampan dari yang ku lihat dulu
di dunia maya. “Astagfirulloh lupakan!”
“You’re
wear a turban now? Anyway you still beautiful..”
“Oh..ya..
thanks..”
“Ya.. i
give you suprise for you today,right?”
“Ya..hheh..”
Pembicaraan kami pun kemudian mencair begitu saja, itu
pun berkat bantuan tour guide sekaligus translaternya.
“O ya i
have something for you...”
Tanpa ku
duga ternyata dia memberikanku cincin putih, cincin yang ada di balik tas
ransel yang di bawa nya sebelum bergegas ke hotel. Seketika dia menyematkan
cincin itu di jariku sambil berkata,” will you be my girl??”
Sontak membuatku kaget setengah mati,ternyata dia memang
tidak main-main dengan ucapannya dulu,dia ingin datang langsung ke rumah dan
ingin menyatakan cinta ke padaku. Dulu dia memang pernah bilang kalo dia sudah
tertarik semenjak obrolan yang sering kami lakukan di skype yang membuat dia
merasa hidup kembali setelah pacar lamanya berselingkuh.
“You’re different Naima...
i’m really really love you at first sight in skype..Please answer..WILL YOU BE
MY GIRL??”
“I dont
know.. i’m confused..”
“Ok,,never mind .. i’ll be
waiting you.. i have to go.. n tomorrow i’ll back to you!” Gabriel pun beranjak
dan kembali ke hotel dimana dia menginap.
Jujur aku sendiri bingung dan ga bisa bilang
apa-apa,karena yang pasti ibu dan ayah pasti akan menolak dia mentah-mentah. Tapi bagaimana dengan
perjuangannya datang ke Indonesia hanya untuk ketemu aku?!
Setelah beberapa jam kemudian Gabriel pergi,aku yang saat
itu juga masih duduk termenung di rung tamu,tiba-tiba ayah dan ibu
menghampiriku.
“Nai..ibu
dan ayah mau bicara sama kamu..”
“Soal
apa? Soal bule tadi ya bu?!”
“Bukan..bukan..ini lebih
penting dari pada itu,,Tadi ayahmu dapat telpon dari Kiai haji Marzuki di
Pesantren,dia mau melamarmu jadi menantunya..!!”
“Apaaaaaa????”
aku kaget bukan kepalang.
“Dan karena kebetulan kamu
juga masih libur,besok Kiai Haji dan keluarga mau kesini untuk melakukan acara
Khitbah,Nai..”
“Tapi
emangnya siapa yang di jadikan calon suamiku bu,,? Aku juga kan masih
pelajar,lagian kan ak..akuu...!!!”
“Ustad
Burhan yang ingin melamarmu,dia akhlaknya baik,ganteng lagi,dia calon menantu
iidaman,sayang..”
“Tapi
bu,,ini kan bukan jaman Siti Nurbaya,lagian aku bisa nentuin jalan hidup aku
kok..!!”
Tiba-tiba
ayah memotong pembicaraan..
“Naima,taaruf saja dulu,
ustad Burhan sangat jelas asal usulnya,dia bisa membimbing kamu nantinya,lagian
bukannya kalian sering ada kegiatan pesantren bareng kan?!”
“Ayah..
kegiatan apa coba? Pengajian bersama juga cuma sekali doank..!”
“Daripada dengan pria Bule
tadi,pria yang tidak jelas asal usulnya,belum lagi dia berbeda keyakinan dengan
kamu,dia tidak bisa jadi imam buat kamu nantinya Nai,, percayalah ayah dan ibu
ingin yang terbaik buat kamu.”
Jujur
pikiranku semakin tak karuan,sangat dilema di satu sisi Ustad Burhan yang
pemalu itu ternyata juga punya perasaan lebih terhadapku,di sisi lain Gabriel
pria asing yang baru ku kenal itu juga ternyata punya perasaan lebih tehadapku.
Mereka berdua sangat istimewa buat aku. Tapi siapa yang harus kupilih?
Seketika itu pula aku pergi
meninggalkan ayah dan ibu di ruang tamu,dan bergegas masuk ke kamar.
Aku kembali merenung,besok adalah pilihan untukku,aku
tidak mungkin mengecewakan ayah dan ibu tapi juga ga mungkin membuat Gabriel
patah hati lagi karena di tinggalkan untuk kesekian kalinya.
Siang
berganti sore dan sore berganti malam,malam pun berganti pagi...
Pagi sekali ayah dan ibu bangun bersiap menyambut
tamu-tamu yang akan datang ke rumah,semua di rapihkan. Bau masakan dari dapur
pun begitu tercium pagi itu,mereka seperti mau menyambut tamu agung hari ini.
“Nai..kamu
udah sholat shubuh? Ayo lekas.. bantu ibu beres-beres...”
“Udah
bu..barusan..tapi bu aku masih ngantuk nih,,aku mau bobo lagi ah...!!”
“Eh
Nai...kamu itu ya.. kebiasaan kalo di rumah males-malesan ah.”
“Udahlah
bu biarin aja..!” tambah ayah.
Tepat
pukul 10.15 pagi tamu-tamu dari Tasikmalaya pun datang termasuk Ustad Burhan
yang berada di barisan paling depan rombongan,lengkap dengan seserahan yang
biasa di bawa bagi masyarakat sunda.
Terlihat wajah Ustad Burhan yang malu-malu itu terus
mencuri pandanganku ketika aku lengah dari penglihatannya. Sesekali ku lihat
dia salahtingkah ketika pandangannya aku balas dengan senyuman. Mungkin karena
penampilanku hari ini berbeda. Busana muslim berwarna merah muda lengkap dengan
hijab mengurai menutupi semua lekukan
tubuhku.
Kejadian itu seperti dalam skenario sinetron, Gabriel
yang sehari sebelumnya juga sudah berjanji akan datang kerumah ku lagi ternyata
dia memang datang. Ketika dia mulai masuk ke rumah, saat itu pula dia langsung
memanggil-manggil namaku keras,sontak para tamu yang ada di ruang tengah pun
berbalik arah dan mata mereka seperti tertuju pada Gabriel. Terdengar pula
olehku ada yang bilang,”ada bule..ada bule!!”
Karena
terlihat wajah Gabriel yang kebingungan melihat keramaian di rumahku,akhirnya
aku pun bergegas menghampiri Gabriel dan menjelaskan semua yang terjadi saat
itu di rumahku.
Gabriel pun kaget dan mengira aku telah berbuat jahat
padanya,bahkan dia juga mengatakan bahwa aku tidak lebih baik dan sama saja
dengn mantan terdahulunya di Belanda.
“Are you
want to leave me again like eks girlfriend,hah???” Gabriel bertanya dengan nada
marah dan kecewa.
“Listen,we are
different,different culture,religion,country,,i can’t keep long distance
relationship Gab! Please you understanding that” aku pun sedikit mengeluarkan
air mata melihat raut muka nya yang sedih dan mulai berkaca-kaca.
“I dont care!!! I’ll try..try
for you..stay here,learning your culture till your religion..please dont leave
me..” sambil bersujud dan memelas kepadaku.
Aku pun tak tega melihatnya bersujud dan memelas seperti
itu di hadapan puluhan orang yang ada di rumah saaat itu. Aku pun
membangkitkannya kembali,memegang tangannya lalu kemudian memeluknya. Aku sadar
tindakan ini malah justru memalukan diriku sendiri bahkan orangtuaku. Ibu dan
Ayah juga kelihatannya sangat marah melihat sikapku. Tapi ternyata aku pun tak
bisa membohongi perasaanku sendiri.
“i’ll
promise, i will follow your religion..to be muslim like you,Nai.. Trust me ...!
if you dont believe me, i’ll bring all my family come to Indonesia for married
you now”
Kesungguhan hatinya membuat aku luluh bahkan Ustad Burhan
yang juga cuma dia satu-satunya yang mengerti pembicaraan kami saat itu juga
meng amini maksud dari Gabriel yang sungguh-sungguh rela berkorban demi Naima.
Tiba-tiba
Ustad Burhan menghampiri kami berdua,terlihat semua orang pun mulai
berkaca-kaca melihat kesungguhan Gabriel yang menginginkan aku.
“If you
loved her very much,please keep her,n be honest and faithfull person..!!!”
“Sure..i
will..!!” dengan penuh sungguh-sungguh Gabriel menjawab pertanyaan Ustad Burhan
dengan lantang.
“So..
how about your faith? Your religion?”
“For Naima,,i want to learn
more for islam and to be muslim...” pernyataan itu pun di jawabnya dengan
lantang oleh Gabriel.
Aku pun
semakin terharu dengan statement Gabriel dan keikhlasan Ustad Burhan yang rela
melepaskan aku demi orang asing seperti Gabriel.
Kiai Muji yang saat itu juga hadir dan melihat semua yang
terjadi bahkan merelakan aku untuk bersanding dengan orang lain yang bukan
anaknya. Bahkan dia sendiri bersedia menjadi saksi dan guru bagi Gabriel yang
sungguh-sungguh ingin jadi muallaf.
Akhirnya
tanpa menunggu lama Gabriel pun bersedia mengucapkan kalimat Syahadat yang di
contohkan Kiai Marzuki kepada Gabriel sebagai ke hallalan dan syah nya Gabriel
memeluk agama Islam.
“Follow
me..” ucap Kiai Marzuki.
“ok..Sir..”
sambil mereka berjabat tangan sambil memegang al-Quran sebagai janji bahwa
Gabriel berani bersumpah dan mengikuti segala kewajiban sebagai seorang muslim.
kalimat syahaat pun di ucapkan perlahan oleh Gabriel...
Semua orang pun berucap “ALHAMDULILAH” pertanda kalo
Gabriel sudah syah menjadi seorang Mualaf.
Ibu dan
Ayah yang awalnya tidak menyukai Gabriel seketika merangkul dan memeluk Gabriel
dengan bahagia...
Ustad Burhan yang juga masih terlihat sedih awalnya
perlahan bisa menerima kenyataan bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan.
Ternyata hati dan perasaanku aku juga lebih kuat daripada nalar yang awalnya
akan ku jalani bersama seorang Ustad Burhan.
I love you more Gab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Input dari kawan-kawan terbaikku