Kamis, 25 Oktober 2012

It was happened


KEHILANGAN SOSOK YANG DI CINTAI

Awan mendung menyelimuti semesta ini ...
Seolah memahami perasaan kalut ini ...
Engkau laksana penerang bagi makhluk yang di cintai ...
Engkau pula pelipur lara bagi raga yang kalut ...
            Tak ayal tangisan pun tumpah ruah dalam bahana hati ...
            Pertanda engkau di cintai hingga ujung hayat ...
            Kami adalah bagianmu wahai sosok ...
            Kami pula adalah orang  yang selalu bersandar di pundakmu ...
Jikalah Tuhan meminta mu, kami ikhlas ...
Jikalah Tuhan berharap atasmu, kami terima ...
Engkau akan selalu kami puji sampai nafas ini hilang ...
Engkau akan selalu kami kenang dalam lubuk hati yang paling dalam ...

Di tujukan kepada Nenek tercinta yang telah tiada di tanah suci, Mekah..
Aas Nursaadah

KOMA




Berjalan dalam langkah yang tak berujung..
Lalu menepi di setiap tikungan tajam..
Bak akhir kisah seorang pembalap ulung namun kembali menancapkan koplingnya..
Seperti itulah langkah kita..
                Meraba setiap benda yang terlihat..
                Lalu menggenggam semau yang kita bisa..
                Yang tak terhitung jumlahnya..
                Seperti itulah tangan kita..
                                Seperti yang di ketahui makhluk lain bahwa kita bagian dari yang tak pernah berhenti..
                                Tangan dan kaki kita melangkah sampai satu titik namun kembali mencari..
                                Melangkah tanpa batas, menemukan yang tak di ketahui..
                                Bagian perjalanan manusia..
                Tumpuan kita bukan pada titik aman namun pada koma yang tak berhenti sampai pada rasa puas..

                               

Rabu, 24 Oktober 2012

1/2 kg kambing untuk kurban


                Sungguh badanku terasa remuk tak karuan setelah seharian ini melakukan aktifitas lain sebagai buruh cuci piring di salah satu warteg dekat rumah yang biasa meminta bantuan aku apabila salah satu karyawannya tidak masuk kerja. Pikirku lumayanlah buat tambah uang jajan plus dapat makanan gratis dari bu Joko. Sebetulnya aku sendiri juga masih bekerja sebagai buruh pabrik di salahsatu pabrik sepatu  namun aku bersyukur karena jadwal pekerjaanku hanya berlangsung  dalam  5 hari kerja jadi punya waktu luang selama 2 hari. Umurku juga masih terlalu muda untuk bekerja yakni 19 tahun,malah tak sedikit yang menganggap aku masih anak-anak karena fostur tubuhku yang kecil. Kedua orang tuaku sudah lama bercerai,mereka pun kini sudah punya kehidupan masing-masing dengan pasangannya yang baru. Aku sendiri setelah lulus dri bangku sekolah memutuskan untuk hidup sendiri tanpa embel-embel dari kedua orangtuaku yang apabila mereka bertemu pasti bertengkar. Aku memutuskan mengontrak rumah dekat lokasi pabrik saat aku di terima sebagai  buruh pabrik 7 bulan silam. Namun herannya kedua adik aku malah memilih tinggal bersamaku di kontrakan di bandingkan tinggal dengan salah satu orangtua kami.
                “Kak,dari mana kok baru pulang jam segini???” tanya adik aku yang paling kecil, Adi namanya.
                “Kan kakak di tempat bu Joko ! Cape tau..kakak mo mandi dulu ya..”
“Asyik..pasti kakak Lani bawa makanan”  sambil membuka kantung plastik yang sudah aku taruh di atas meja.
“Iya..iya.. bagi-bagi ya..jangan di abisin semua ya..di situ ada rendang ,telur dadar sama paha ayam goreng! jawabku.
“Mikum...” terdengar suara itu begitu keras dari arah pintu.
“Waalaikumsalam..Man! Kenapa baru pulang jam segini Man,dari sekolah emangnya??”
“Ga kok,abis dari rumah bapa,minta uang hehe..”
“Ya udah makan dulu sana tadi bu Joko ngasih banyak lauk pauk hari ini..”
Aku pun meninggalkan kedua adikku untuk sekedar makan malam dari hasil pemberian Bu Joko tadi siang plus uang saku sebesar 20 ribu,cukup untuk membeli beras dan lauk pauk seadanya untuk hari esok.  Selesai mandi pun aku bergegas ke meja makan untuk menyantap sisa makanan yang aku bawa. Sayang,hanya tinggal telur dadar saja yang ada di meja makan. Rendang dan paha ayam habis di lahap kedua adik tercintaku. Karena kebetulan Arman memang suka banget dengan paha ayam,sedangkan Adi yang kini baru menginjak umur 5 tahun sangat suka dengan rendang sapi yang rasanya pedas itu. Untungnya dia sudah kebal dengan rasa pedas jadi ketika makanan itu sudah di cerna olehnya tak akan ada rasa sakit perut di tubuhnya.
“O ya Kak..minggu depan kan kak Lani libur tiga hari..Gimana kalo kita ke rumah ibu???”  tanya  Arman.
“Libur..libur apaan..ga deh kayaknya cuma hari biasa,sabtu minggu doank!!
                “Kak Lani mang ga liat kalender ya? Kan Jumat besok Idul Adha tau”
“O iya..masyaaalloh Kakak lupa Man.. iya iya liat ntar aja ya..”
“Kurban apaan sih?” tanya Adi sambil memotong pembicaraan kami berdua.
Celotehan dan pertanyaannya membuat aku harus berfikir keras untuk menjelaskan detail tentang Idul kurban ke Adi,sejarah tentang Nabi Ibrahim dan putranya secara sederhana,memang usia dia menuntut aku untuk harus selalu menjawab pertanyaan pertanyaannya. Namun setelah selesai menjawab pertanyaannya,kembali dia bertanya hal lain,yang cukup menggelitik telingaku.
“Kakak kalo gitu besok kita pergi kepasar yuk!!”
“Ngapain????” jawabku heran.
“Ya kita beli kambing di pasar buat di kurbanin?” tambah Adi.
“Hah?????” sontak membuat aku bahkan Arman pun kaget.
Aku pun memberikan pengertian pada Adi bahwa yang namanya berkurban itu harus yang mampu dan mempunyai uang lebih. Sedangkan aku hanya sebagai buruh pabrik dengan penghasilan 1 juta/bulan dengan pengeluaran untuk membayar kontrakan,kebutuhan sehari-hari bahkan tak jarang Arman pun meminta biaya untuk sekolah dari aku. Jadi kalau di itung-itung pengeluaranku bisa mencapai 800 ribu perbulan,memang sih masih ada sisa kurang lebih 200 ribuan tapi itu semua aku simpan sebagai bekal untuk aku nantinya di masa yang akan datang.
Kesalnya,adik tertuaku Arman malah mengompor-ngompori Adi,untuk terus membujuk aku supaya berkurban.
“Udahlah kak,kabulin aja kakak kan selama 7 bulan lalu Kak Lani udah nabung..!!” jawab Arman sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ngarang kamu Man,uang sekitar 1.400.000 hasil tabungannku juga kayaknya ga bakal cukup kali,lagian gimana kalo akhirnya aku mau ngelanjutin kuliah coba?!”
Pernyataan aku barusan ternyata cukup di mengerti oleh Adi,malah Adi sepertinya marah dengan sikapku. Dia justru masuk ke kamar tanpa pamitan terlebih dahulu seperti biasanya.
Aku pun membiarkannya sendirian supaya dia merasa tenang,dan berharap pembahasan kita malam ini bisa di lupakan Adi.
                Ternyata dugaanku salah,keesokan harinya pagi sekali Adi malah pergi sendiri  ke tempat penjualan hewan kurban yang letaknya lumayan jauh dari kontrakan kami,perlu menempuh perjalanan setengah jam ke tempat jagal hewan kurban itu. Info itu aku dapatkan dari tetangga sebelah kontrakan aku. Dia bilang pagi sekali Adi pergi,dan saat tetanggaku menanyakan kemana dia akan pergi. Adi cuma bilang mau ke pasar. Dalam pikiranku sudah tergambar kalau dia pasti akan ke tempat penjualan hewan Kurban, dengan terburu-buru aku pun langsung berusaha menyusul adikku padahal hari itu hari senin,hari dimana aku memulai kerja kembali dengan kondisi jalan pasti akan sangat macet. Tanpa pikir panjang aku langsung memberhentikan salah satu angkot,agar aku bisa tiba di tempat itu dengan cepat dan juga karena aku khawatir akan Adi,khawatir terjadi sesuatu yang tidak aku harapkan darinya.
                Ternyata benar,jalanan pagi itu sangat macet,perasaanku semakin tak karuan. Ku buka jendela angkot, kulihat sekitar trotoar jalanan sebelah kanan dan kiri berharap Adi masih belum terlalu jauh,namun tetap tak kutemukan.
Setibanya di tempat penjualan hewan kurban,tempatnya begitu ramai,penuh sesak. Kembali aku kesulitan mencari Adi.
“Misi..misi..Pak.. maaf..maaf!!!” aku berusaha menarik orang-orang yang menghalangi langkahku.
                “Aduh neng,,kenapa grasak grusuk sendiri sih..neng nyari apa?! Mo beli kambing atau sapi
                gitu??” tanya salahsatu penjual kambing disana.
“Ga Pak..maaf..maaf saya nyari ade saya!!! Dia sendirian,umurnya 5 tahun. Kira-kira tingginya hampir sesikut bapak..”
“Aduh neng,susah atuh nyari anak di tempat rame gini..laki apa perempuan??”
“Cowok Pak..eh maksud saya laki-laki!!”
“Aduh yang mana ya..” jawab Bapak tadi sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Eh neng..neng itu bukan..” tambah si Bapak sambil menunjuk ke arah pojok kanan stan kambing.
“O...iya..iya..itu Pak!!!!! Makasih banget Pak!!!!” sambil menarik tangan Bapak penjual kambing itu untuk sekedar bersalaman dan mengucapkan terimakasih.
Aku pun berlari kecil menuju arah yang di tunjuk bapak tadi. Sesampainya disana kutarik tangan Adi dan berusaha memegang tangannya tanpa berusaha ku lepaskan dia kembali.
“Adi,kamu dari mana saja!! Kakak khawatir sayang.. jangan ngelakuin hal itu lagi ya... kakak mohon!!” harapku sambil memeluk Adi erat.
“Aku pengen beli kambing itu Kak,,biar bisa di bawa kerumah terus aku ajak jalan-jalan terus abis itu di potong!! Kak yang gede itu yah beli nya” pinta Adi sambil menunjuk kearah Kambing hitam dengan ukuran besar.
“Ehmmmmm....yah nanti ya sayang,,kakaknya lagi ga punya uang!!! Nanti Kak Lani sama Kak Arman balik lagi kesini,terus beliin kambing itu buat kamu ya..sekarang kita pulang”
“Ga ah...ga mau,, Adi mau disini aja..liat kambing gede ini!!!” marah Adi.
Aku pun kembali bingung,dan ga tahu mesti ngelakuin apa untuk membujuk Adi pulang. Aku pun iseng menanyakan harga kambing yang di tunjuk oleh Adi tadi.
“Ehmm..Pak harga kambing itu berapa??”
“Oh..neng beda-beda tergantung ukurannya,ada yang Golongan A harganya berkisar Rp. 2.500.000, golongan B Rp. 1.800.000, dan golongan C itu Rp. 1.500.000. Mau pilih yang mana neng???” tanya nya.
Dalam pikiranku terbesit  ternyata harga-harga cukup mahal juga,sedangkan kalaupun aku beli tetap aja kurang seratus ribu untuk membeli yang paling murah.
“Oh..gitu ya Pak..kalo yang kambing hitam itu masuknya golongan apa???”
“Yang itu mah golongan A.. 2.200.000 lah buat neng mah!!!”
“Wah tetep aja mahal donk segitu mah...ehmmm ya udah Pak..mungkin nanti saya kesini lagi. Nanya-nanya dulu aja..makasih Pak!!” sambil menarik tangan Adi dan beranjak pergi dari tempat penjualan hewan kurban itu.
Sepanjang perjalanan pulang,Adi terus merengek-rengek minta kambing itu di bawa pulang ke rumah. Namun aku tak memperdulikan rengekan Adi. Aku terus memegang Adi,menahannya agar tidak kembali kesana. Aku menyuruh Adi duduk di pangkuanku sepanjang perjalanan pulang ketika berada di angkot. Setibanya di rumah Adi bukannya melupakan hal tadi,dia malah menangis kencang hingga membuat kepalaku pusing mendengarkannya. Untungnya Arman hari itu sekolahnya libur,dia yang berusaha menenangkan Adi yang masih terus menangis. Kebetulan pula aku hampir terlambat masuk kerja walau meskipun dari kontrakan ke pabrik hanya memakan waktu 10 menit.
***
Untung saja, gerbang pabrik belum tertutup,,padahal nyaris saja aku kena SP lagi karena terlambat. Pekerjaan pun seperti biasa aku lakukan,dengan sungguh-sungguh walau masih tetap saja kepikiran adik terkecilku tadi. Tiba-tiba supervisor datang sambil membawa selebaran,entah selebaran tentang apa itu. Dia pun menghampiriku,
“Lan,mau ikutan patungan ga?? Ini selebaran tentang patungan kurban biayanya cuma 10 ribu,kalo mau nanti aku tulis di daftar ini..”
“O ya? Boleh..boleh aku mau!!” sambil mengeluarkan uang dari kantongku.
“O..ya kalo kamu mau..ntar juga pas pemotongan hewan kurban hari jumatnya,kamu bisa datang,nanti aku kasih kupon kalo mau ..trus ntar dari panitia nya di kasih sekantong plastik..ya emang sih ga tau..berapa kilo nya mah!!”
“Ya .. insyaalloh aku datang..”
Setelah beberapa hari kemudian.. pengumuman tentang berlangsungnya kurban di pabrik ternyata memuaskan. Semua uang yang terkumpul dari semua karyawan menghasilkan terbelinya 7 ekor kambing dan 1 ekor sapi.
Kabar itu aku sambut dengan suka cita karena ternyata semua karyawan cukup antusias dengan Idul Adha,walau hanya bermodal 10ribu saja. Aku kembali teringat dengan adik kecilku,seperti dia juga masih marah dengan sikapku yan tidak mengabulkan permintaannya. Sepertinya aku pun punya ide untuknya. Sepulangnya dari pabrik dimana aku bekerja,aku langsung bergegas pulang dan berusaha memberikan kabar pada Adi,walau aku sendiri tak tahu apa dia akan senang atau tidak.
“Adi..Adi kakak pulang sayang..”
Sepertinya panggilan aku itu tak membuat Adi sumringah seperti biasa ketika aku sampai ke kontrakan. Selama berhari-hari ini dia memang mencuekan aku,dia masih marah,dia seperti dingin terhadap aku.
Aku pun berusaha memberi pengertian pada dia,meyakini dia tentang makna Idul Adha secara sederhana sebagaimana konteks dia sebagai anak kecil. Jawabannya justru cukup mengejutkan.
“Adi denger kakak,,kakak bukannya ga mau beli kambing yang waktu itu buat kamu,tapi suatu saat pasti kakak beliin buat kamu. Uang kakak pun ga cukup untuk beli itu sayang!” memberi pengertian pada Adi yang polos sambil memegang pundaknya dengan halus.
“Tapi Kak,,kata Pak Ustad,dulu nabi Ibrahim katanya mau motong anaknya ,eh terus sama Alloh nabi Ismail itu di ganti sama hewan yang gueeede banget!! Jadi kakak gituin aku aja,biar nanti akunya di sulap jadi kambing buat kurban.” Jawab Adi polos.
“Astagfirloh Adi,,ga baik bilang gitu..Sayang Nabi Ibrahim itu orang pilihan Alloh nak..” memberi pengertian pada Adi.
                Adi memang sering mengikuti kegiatan mengaji di sekitaran mesjid dekat rumah. Mungkin guru ngajinya memberi pelajaran tentang berkurban yang di salah artikan oleh anak seusia Adi ini.
Aku pun terharu mendengar niatan Adi yang sangat kuat hanya untuk bisa berkurban,aku pun tak bisa menahan air mata ku ini mendengar ucapan Adi tadi. Seketika Adi pun ternyata sangat menyayangi aku,dia mengusap air mataku.
“Kakak ga boleh nangis,aku jadi sedih.... maafin aku kak!!” Adi pun mata-matanya seperti berkaca-kaca.
“Ga kok sayang kakak ga pernah marah sama kamu,kakak sayang sama kamu,,tapi kamu ga boleh ngomong gitu lagi. Kakak ga mau kehilangan kamu sayang..!!! Kakak janji kakak bakal kerja keras buat kamu,kakak bakal wujudin semua kemauan kamu asal kamu bahagia tapi ga sekarang nak”
“Bener Kak??? Ceiiuss demi apa??? Aku pengen beli kambing guede banget,trus beli rumah buat kita,terus beli mobil-mobilan banyak deh...”
“Iya amin..doain aja ya.. o ya gimana kalo hari Jumat nanti setelah solat Id kita pergi ke pabrik kakak!!”
“Buat apa??”
“Kita liat pemotongan kambing gede itu Di..gimana?”
“Mau..mau..”
“Eits..tapi kamu ga marah lagi kan sama kakak???”
“GAAAA... aku sayang banget ma kak Lani!!!!” sambil memelukku erat.
Ternyata pengertian aku barusan cukup di pahami Adi, Adi memang cukup pintar,bahkan aku sendiri bisa bilang dia sangat jenius karena di usia yang baru menginjak umur 5 tahun ini dia sudah sangat tanggap dengan hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Itu membuat aku semakin bangga dengannya,membuat aku menyadari bahwa dia jauh lebih mencintai agamanya sendiri di bandingkan aku.
Hari itu pun tiba,gema takbir berkumandang,tepat di hari Jumat tahun 2012 Idul adha membahana bagi semua umat muslim di dunia. Hatiku terasa tenang mendengar takbir yang seolah tak henti bercerita.
“Kak..yuk!!” Adi mengajak aku keluar..
“Yuk kemana??? Kita sholat id dulu Di.. lekas sana ma kak Arman perginya biar nanti kakak tunggu di parkiran seusai solat ya..”
“Oh gitu ya.. iya iya..”
Seusai sholat pun,rencana kami tetap berlangsung,Arman langsung berangkat ke sekolah karena kebetulan Arman juga jadi panitia kurban di sekolahnya dan aku sesuai dengan janji yang sudah di buat bersama Adi beberapa hari yang lalu,bergegas menuju pabrik tempat aku bekerja sekaligus melihat pemotongan hewan kurban disana.
“Kak,,Kambing ama sapi nya gede-gede yah?!” tanya Adi antusias.
“Iya Di..”
Saking antusianya Adi menarik tangan aku menuju bagian paling depan hanya sekedar untuk melihat pemotongan hewan kurbannya secara dekat. Aku pun menuruti keinginannya,aku dan Adi melihat langsung prosesi, walau aku sendiri merasa ngilu melihat satu persatu kambing dan sapi itu di potong,darahnya keluar deras dari lehernya.
Akhirnya selesai juga pemotongannya,selesai di kuliti pula daging-dagingnya,terlihat panitia sedang menimbang-nimbang daging kurban yang akan di bagikan ke masyarakat sekitar kawasan pabrik. Aku pun berusaha membantu para panitia untuk sekedar memasukan daging-daging yang sudah di timbang ke kantung plastik. Hampir 3 jam aku bersama rekan-rekan panitia menyiapkan daging yang akan di bagikan. Namun untuk membagikan ke rumah-rumah warga aku ga ikut serta,karena kasihan Adi di tinggal sendiri di lokasi pemotongan hewan kurban. Hingga akhirnya Saepul salahsatu panitia memberi 1 kantung plastik yang berbeda dengan yang di persiapkan aku bersama panitia lain untuk warga. Saepul sendiri yang memberikan daging kambing itu pada Adi,adikku.
                “Nak,ini buat kamu,,nanti di masak di rumah ya sama kak Lani nya?!”
                “Wah berat kak?” polos Adi sambil menunjukkan kantung plastik yang ada di tangannya padaku.
                “Hehe..iya..”
                “Pul kok beda beratnya sama yang tadi??” tanyaku pada Saepul heran.
                “Ya..karena kamu juga ikut bantu bantu tadi jadi dapet bagian lebih,,ini juga atas persetujuan panitia lain kok!!”
                “Oh begitu...kalo gitu makasih banyak ya Pul..”
                Namun tiba-tiba Adi mengeluarkan pernyataan mengejutkan lagi.
                “Kak Lani,aku mau berkurban!!”
                “HAH...Tapi kan kakak pernah bilang,kalo kakak ga punya uang banyak..”
“Iya,de.. nanti kakakmu kalo sudah punya uang banyak pasti berkurban..” jawab Saepul mencoba memberi pengertian.
                “Ga..ga..maksud aku ..daging yang aku ini mau aku kurbanin lagi buat orang lain..ga papa kan??
                “HAHHHHH...!!!” jawab aku dan Saepul terkejut.
“Ga papa kan?! Aku ga papa kok kalo ga di masakin rendang sama Kak Lani hari ini,ini kan berat juga,,jadi boleh di kurbanin kan?!” jawab Adi polos.
                Saepul pun terkesima mendngar pernyataan adikku ini,,membuat aku semakin terharu mendengarnya,niatan dia untuk berkurban masih ada sampai hari ini. Sungguh tak bisa di gambarkan lewat kata-kata,hatinya sungguh sangat mulia sekali. Antara aku dan Saepul pun hanya bisa bertatapan dengan wajah bingung mendengar celotehanya Adi.
Akhirnya aku pun mengabulkan permintaannya,daging seberat ½ kg ini akhirnya resmi di berikan Adi untuk di berikan lagi kepada orang-orang yang jauh lebih membutuhkan di bandingkan kami.
                Seketika aku pun langsung memeluk Adi penuh bangga,dengan keharuan melimpa ruah,kembali aku belajar makna hidup bukan dari seorang guru bermodal pendidikan tinggi,namun melainkan dari seorang anak kecil berumur 5 tahun. Yaitu adikku sendiri.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Self title " Galau? Buat siapa sih?

Kadang saya suka heran deh dengan para manusia jaman sekarang yang suka bikin status di jejaring sosial dengan kata "Galau" atau "Move on"
Mereka tuh kadang ga nyadar,kalo sebenernya kata Galau itu totally di peruntukan bagi remaja 17 tahunan. Nah tapi kok ga hanya anak muda aja,orang sudah tua pun biasa bilang,"Hari ini aku lagi galau!!!" Apa-apaan coba?!
Ok deh biar semua orang ga jadi manusia galau 2012..saya mau ngasih tips "menghalau galau ala Aas" ^_^
Sebenernya kalo boleh jujur saya sendiri sich suka ngerasain galau..hahaha tapi sebenernya galau itu sendiri bisa di redam kok dengan :
* Kalo kalian suka musik,coba deh biasain denger di playlist tuh lagu-lagu semangat,power pop,atau hardcore sekalian... jadi ketika kita lagi sedih jangan dengerin lagu melow. Kalian tuh coba denger lagu-lagu milik One direction yang Up all Night,,Rihanna yang We found Love,,Katy Perri yang Firework,Last friday night,,Lagu-lagu Party milik Dev,Flo Rida,LM FAO, pokonya buanyyakk deh..
Balikin posisi ketika kita lagi bahagia dengan dengerin lagu-lagu melow jadi balance gtu,,hehe
* Coba terapin di otak kita, kalo kita "Optimis,Kuat n Survive" karena sebenernya kerja kita itu sendiri di control oleh otak kita kan?? Jangan berusaha menjadi orang yang payah ketika kita di judge ama orang..usahain hidup kita di handle oleh kita sendiri bukan oleh orang lain.
* Dan tentunya pola hidup sehat dengan melakukan aktifitas olahraga,nonton serial comedy,dan hang out bareng sahabat tercinta. Lupakan kepenatan dengan melakukan aktifitas di atas.
Hahaha ^_^ itu sih ala saya,kalo ada yang kurang mohon di tambahin aja kawan.. selamat bersenang-senang dengan hidup tanpa Galau..

Mimpi Andra dalam Doa


        Untuk kesekian kalinya Andra menangis dalam kesendirian. Termenung meratapi kesedihannya,mungkin karena di usia yang kini menginjak umur 29 tahun ini dia masih melajang. Sebetulnya usia tersebut masih bisa di katakan belum terlalu tua tapi tidak untuk keluarga besarnya. Tidak sedikit keluarganya menanyakan,”kapan kamu nikah?!”
Tak ada yang mengetahui perasaan terdalam Andra,orang terdekatnya hanya bisa menghakimi semua isi tolakan dia terhadap semua pria yang pernah dekat dengannya. Hanya kepada sang khaliklah dia mencurahkan semua kepenatan hidupnya.
                Semua itu berawal ketika Andra genap berusia 20 tahun, dulu dia pernah menjalin hubungan dengan kakak kelasnya yang dikenal sejak SMA kelas 2, hubungan mereka cukup lama sampai akhirnya Edo pria yang telah mengisi hari-harinya selama hampir 3 tahun itu mengajak Andra menikah di usia muda. Namun naas bagi Edo,ajakan Edo tersebut ditolaknya. Dia percaya akan keyakinannya terhadap doa yang selalu ia panjatkan di setiap sholat istikharahnya.
“Andra,aku mencintaimu...sekian lama kita menjalani hubungan ini,apakah kamu tak bisa percaya atas kesungguhanku???”
“Aku sadar..aku Cuma tak ingin gagal.. Jika Tuhan berkehendak maka akan aku jalani! Maafkan aku Edo...” Andra sambil menangis tersedu-sedu.
Pada saat Edo meminta Andra untuk menikah dengannya, Andra memang tidak langsung menolak semua ajakannya Edo. Sehari sebelum dia datang ke rumah Andra pun, Andra masih dalam posisi dilema akan masa depannya nanti. Akhirnya dia putuskan untuk mengambil wudhu dan bergegas melaksanakan sholat istikharah dengan harapan Tuhan bisa melancarkan semua maksud dan tujuan hidupnya nanti. Harapnya jika Tuhan berkehendak Edo adalah pria yang menemaninya sampai akhir hayat maka berikan petunjuk itu padanya.
Kemudian sajadah itu ia gelarkan menuju arah kiblat,di kamar yang berukuran 3 x 4 m itu. Dengan khusyuk dalam hatinya dia menyebut asma Alloh, keningnya kemudian bersandar dalam sujud penuh harap. Sampai air mata nya jatuh tak tertahankan dalam sajadah panjang itu.
“Tuhan beri aku naungan cinta hakiki dari mu..
Tuhan kau tau maksud pinta pinangannya..
Beri aku petunjuk dalam setiap hasratku..”
Malam itu begitu sunyi, seusai shalat itu pun dia kembali menyelimuti tubuhnya dalam dinginnya udara malam itu. Dia bergegas untuk tidur dan berharap Tuhan memberi petunjuk dalam mimpinya. Dia tenggelam dalam mimpi yang begitu dalam,begitu abstrak. Tak ada tersirat wajah Edo dalam mimpinya. Tak lama dia kembali terbangun,
“Astagfirulloh.. !!! Siapa laki-laki itu??? Mana Edo? Mana bayangannya Tuhan!!??” keringatnya bercucuran.
Di situlah dia menyadari kalau bukan Edo jodohnya. Keyakinan Andra begitu kuat atas semua petunjuk Tuhan melalui mimpinya. Edo pun kemudian meninggalkannya, namun bagi Andra kesedihan yang sesaat itu akan berganti menjadi kebahagiaan kelak.
***
                Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Andra dengan halus, “ Andra ga baik melamun tengah hari gini,kakak punya kabar baik buat kamu..”
                “Eh.. Kak,,kabar apa?” seketika dia tersadar dari lamunannya.
                “Kakak mau ngenalin kamu ke seseorang,kakak berharap sih kamu suka ya..”
                “Siapa? Temennya temen kakak di kantor..dia sekarang ada di luar”
                “Hah..kakak bercanda kan?! Kok ga ngasih tau aku dulu??”
                “Ya..namanya juga kejutan,,masa dikasih tahu dulu sih..!!”
                Akhirnya Andra pun bergegas keluar dan berusaha menuruti keinginan kakaknya. Rambut panjangnya yang terurai kemudian dia ikat dengan ikatan seadanya tanpa berusaha tampil sempurna di hadapan pria misterius itu. Tak ada lipstik bahkan parfum yang dia gunakan terlebih dahulu.
Terlihat pria misterius itu berdiri tegak di luar rumah menggunakan kemeja berwarna biru lengkap dengan bunga yang di pegangnya di tangan kanan. Sesekali pria itu melihat jam yang berada di lengan kirinya.
                “Tantra.... Ini loh yang mau aku kenalin ke kamu,adik kesayanganku..” panggil Kak Echa.
                Pria itu kemudian berbalik badan dan terlihat, wajahnya hitam manis, rambutnya tersisir rapi. Andra pun menyambut baik senyuman pria itu.
                “Hai.. Andra yah? Aku Tantra...senang bertemu denganmu..”
                “Yah.. a..ku juga.. oh ya yuk masuk dulu..!!”
                “Oh..ga usah..ga usah.. tadinya aku mau ngajak kamu jalan,gimana? O ya ni bunga buat kamu..”
                Andra pun menerima bunga itu dan menyambut ajakan Tantra untuk sekedar jalan-jalan di hari Sabtu. Motor matic itu yang ada di halaman rumah itu pun bersiap mengantar Andra dan Tantra pergi jalan-jalan.
                Hari itu juga ternyata jalanan amat sangat macet sesekali motor yang di kemudikan Tantra mendadak berhenti karena antrian kendaraan yang begitu padat.
                “Ah bangsat!!! Pake macet segala lagi!!” marah Tantra.
                “Kamu kenapa??? Kok marah-marah..”
                “Oh..ga kok..agak emosi aja,hehe..Kamu sendiri kenapa kok ngeliatin kearah kiri mulu sih??”
”Ga kok..rumah itu bagus yah..” sambil menunjuk kearah samping kiri, karena kebetulan rumah bak istana itu jelas terlihat menghadap ke arah jalan raya.
“Oh..iya...Kamu mau ya..?”
Andra pun hanya tersenyum malu.
“Jika kita nikah nanti,aku janji bakal ngasih rumah seperti itu buat kamu..”
Andra pun hanya mengaimini niatan Tantra itu.
Restoran ini menjadi tempat yang dituju oleh Andra dan Tantra tadi,sekian lama perjalanan menempuh jalanan yang macet akhirnya mereka berdua sampai lalu duduk di meja paling depan, meja yang dilengkapi lilin kecil di tengah nya plus dengan alunan gitar akustik yang di mainkan pemain band di stage. Tak lupa mereka berdua memesan makanan sederhana dengan jus orange yang di pesan keduanya.
Tiba-tiba Tantra memegang tangan Andra dengan halus,
“Andra,mungkin ini terlalu cepat untuk kamu,,tapi kita sama-sama sudah dewasa..dan mungkin ini awal pertemuan pertama kita berdua. Tapi jujur aku jatuh cinta saat pertama kita bertemu tadi, kamu mau ga jadi pendamping aku nanti??”
Andra pun kaget, pernyataan Tantra ini sungguh sangat mendadak bayangkan saja baru awal bertemu saja Tantra langsung menyatakan cinta.
“Jujur aku bingung Tan.. apalagi saat kamu bilang kamu mau serius dengan aku!!”
“Iya aku sadar,,tapi dengan usia kita yang sama-sama sudah dewasa,aku fikir bukan saatnya kita main-main. Jujur jika kamu mau jarak 6 bulan kedepan kita menikah,gimana???”
“Ehmm....tapi apa ini tidak terburu-buru”
“Ayolah Andra..” paksa Tantra.
“Baiklah..tapi aku juga ingin menjalani hubungan ini secara mengalir dulu..supaya kita bisa saling memahami satu sama lain..”
“Yah.. baiklah..jadi mulai sekarang kita resmi pacaran kan?!”
Andra pun tersenyum penuh bahagia,kesedihan yang dialami Andra sebelumnya seketika sirna.
***

4 bulan sudah hubungan Andra dan Tantra berjalan mulus, mereka saling melengkapi. Kedua belah pihak keluarga pun sudah saling mengetahui. Bahkan pertemuan keluarga kedua belah pihak pun akan di laksanakan dalam waktu dekat. Andra pun seperti nya sudah sangat siap dengan masa depannya dengan Tantra.
Hari itu pun tiba,tak menunggu lama hubungan mereka sampai 6 bulan lamanya,Tantra pun kembali datang kerumah beserta keluarganya untuk melamar sang pujaan hatinya yaitu Andra.
Keluarga Andra pun menyambut baik lamaran Tantra,bahkan mereka berdua pun sudah mempersiapkan hari yang baik untuk pernikahannya nanti. Segala urusan pernikahan mulai dari undangan,gedung pernikahan,cathering di persiapkan keduanya dengan matang. Beruntung segala urusan biaya itu semua di tanggung keluarga Tantra.
Senyum bahagia pun terpancar dari wajah Andra,setelah penantian lama akhirnya dia menyadari bahwa sebentar lagi dia akan memulai bahtera rumah tangga dengan Tantra.
                Seusai acara lamaran itu selesai dan keluarga Tantra pun kembali pulang ke kediaman mereka. Andra pun masuk kembali kekamarnya. Tak berusaha membantu Ibu dan kakaknya membereskan rumah yang cukup berantakan seusai acara lamaran itu selesai.
Duduk di kursi santai yang berada tepat di samping kasur busanya. Kembali berfikir dan merenung, tiba-tiba fikirannya kembali bercampur aduk,dia seperti gelisah tak karuan. Kembali dalam posisi kebingungan.
                Ya Tuhan, apa yang terjadi denganku ini...
                Apa yang berkecamuk dalam hatiku ini sebenarnya..
                Mengapa perasaan ini muncul kembali..
                Mengapa aku kembali ragu Tuhan..

Saat itu adalah waktu sholat isya,dia beranjak dari kursi santainya bergegas mengambil wudhu kembali. Di basuh semua bagian tubuh yang menjadi rukun wudhu,termasuk wajah nya yang begitu putih berseri. Di gelarkan kembali sajadhah panjang berwarna coklat itu dengan tenunan gambar ka’bah bagian paling atas yang langsung mengenai keningnya ketika sujud. Dia kembali meminta petunjuk atas segala kebingungannya. Dalam hatinya terucap asma Alloh yang tak henti ia panjatkan.
                Kembali Tuhan seperti meniupkan bayangan seseorang dalam matanya,namun bukan Tantra,wajahnya samar-samar. Andra kembali merasakan dilema yang berkecamuk, hatinya semakin bercampur aduk.
“Tuhan apa rencanamu? Siapa dia sebenarnya? Apa kejadian 9 tahun lama kembali terjadi?” dalam doanya Andra memelas.
                Seusai solat isya pun kembali dia melaksanakan sholat istikharah untuk memantafkan hatinya,kembali dia memohon petunjuk,lagi dan lagi. Bayangan itu semakin jelas,bukan Tantra.
“Masyaalloh..apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus membatalkan pernikahanku??? Arrghh aku tak punya pilhan lain...”
Tanpa melepas mukena yang masih dia pakai dia langsung keluar kamar dan seolah mengabarkan kabar mengejutkan. Padahal ibu dan kakaknya pun masih sibuk membereskan ruang tamu yang berantakan.
                “Buuuu....!!! Aku ingin pernikahanku di batalkan!!!”
                Ibu dan kakaknya pun sejenak menghentikan pekerjaannya,mereka berdua kaget begitu mendengar pernyataan dari Andra.
                “Apa-apaan kamu???” marah Kak Echa.
                “Maafkan aku Kak,,Bu,, kalian berdua pasti marah mendengar pernyataanku ini.”
“Apa kamu tidak melihat,ruangan ini pun masih berantakan akibat acara lamaran tadi. Nah sekarang kamu kembali membuat pernyataan bodoh!! Jika ayahmu tahu,dia juga pasti akan sangat kecewa Dra!!!” tegas ibu.
Ayah Andra memang telah lama meninggal dunia sejak 7 tahun yang lalu dan memang harapan terbesarnya adalah melihat putri bungsunya ini menikah secepat mungkin.
“Maafkan aku bu...sekali lagi maafkan aku!! Aku harus pergi menemui Tantra sekarang juga.” melepas mukena nya dan bergegas pergi ke rumah Tantra.
Sesampainya di rumah Tantra, Andra langsung menceritakan semua kronologis penyebab Andra membatalkan semua rencana pernikahannya.
“Apa kamu bilang?? Kamu gilaaaaa,hah??” marah Tantra.
Bahkan semua keluarga nya pun yang duduk di ruang tamu ternyata ikut mendengarkan pernyataan Andra.
Semua keluarga Tantra pun terkejut ..
                “Kamu mau mempermalukan keluarga kami???” tanya ibu Tantra dengan nada marah.
                “Ga..bu.. maaf sebelumnya,,tapi sa..sa..ya.....”
                “Cukup Andra, kami akan ke rumah kamu besok dan minta pertanggungjawaban dari keluarga kamu!!!! Lebih baik kamu pulang sekarang” jawab ibu Tantra.
Semua orang yang ada di ruang tamu itu hanya terdiam,dan karena usiran ibu Tantra itu, Andra pun pulang dengan linangan air mata. Tantra pun yang saat itu masih marah dengan sikap sepihak Andra,hanya membiarkan dia pulang sendiri tanpa di antar sama sekali.
                Keesokan hari nya...
                Ternyata ucapan ibu Tantra memang benar,dia bersama suami dan Tantra pun kembali ke rumah Andra. Dengan nada marah dan bengis Tantra yang tanpa basa basi itu pun,mengabulkan permintaan Andra itu,tapi dengan syarat bahwa keluarga Andra mesti membayar ganti rugi biaya pernikahan yang sudah terlanjur di keluarkan oleh keluarga Tantra.
                “Saya sangat kecewa dengan Andra,tapi apa boleh buat jika Andra memang hanya ingin mempermainkan anak saya,lebih baik di batalkan saja! Tapi saya ingin semua biaya yang sudah kami keluarkan demi persiapan pernikahan ini harus di bayar di muka!!!!” jawab ibu Tantra.
Semua keluarga Andra pun terkejut apalagi biaya itu ternyata bukan jumlah yang sedikit,biaya itu hampir mencapai 85 Juta.
                “Tapi kami uang dari mana?” jawab Kak Echa memelas.
“Saya ga peduli itu semua,jujur saya kecewa Cha!! Andra ternyata hanya mempermainkan saya!!” balas Tantra marah.
                “Tapi Tan..aku ga bermaksud!!!!” tegas Andra.
“Baiklah jika itu pinta keluarga ibu,beri kami waktu dua hari untuk membayar itu semua. Dan saya berharap semua masalah ini selesai!” jawab ibu.
“Baiklah..saya beri waktu!! Pah..Tantra ayo kita pulang,makan ati mamah lama-lama disini!!!” Keluarga Andra seketika meninggalkan kediaman Andra.
Seusai kondisi di rumah tenang,ibu Andra hanya menangis di sofa ruang tamu itu.
“Puas kamu sekarang Ndra?? Puas ngeliat ibu nangis kayak gitu!! Dari mana coba kita dapetin uang segitu Ndra????” tanya Kak Echa.
                “Bu..maafin aku bu..aku cuma yakin dengan kata hati aku bu..aku mohon bu maafin aku”
“Sekarang terserah kamu saja,,mungkin deposito peninggalan ayah kamu cukup untuk membayar semuanya,jadi sekarang terserah kamu saja untuk kedepannya.” Ibu pun meninggalkan Andra seketika,di susul Kak Echa yang juga ikut meninggalkan Andra sendirian.
Air mata Andra tumpah mendengar pernyataan ibunya tadi,dia seperti kembali kehilangan raganya,hatinya berkecamuk lirih. Bahkan dia kembali teringat Almarhum ayahnya,apalagi ketika harta satu-satunya peninggalan ayah itu akhirnya di berikan kepada keluarga Tantra.

***

                Berbulan-bulan seperginya Tantra dari kehidupan Andra,masih belum ada pengisi lain yang mewarnai hari-hari Andra.
Tepat saat itu Idul Fitri,hari yang membahagiakan hati semua umat muslim di dunia. Pintu maaf Ibu dan Kak Echa pun kembali terbuka lebar bagi kekeliruan yang di buat Andra. Mereka kembali menyatu dalam ikatan tali keluarga,namun tidak bagi keluarga besarnya. Tante,Om dan sepupu-sepupunya masih dingin terhadap Andra. Bahkan Tantenya sendiri malah membisikan kata yang membuat hati Andra semakin sakit, “Mau sampai kapan jadi perawan tua Dra? Mau nunggu ibu kamu sampai lumutan hah??”
                Miris memang pernyataan salah satu Tante Andra itu,tanpa menunggu keluarga besarnya,dia memutuskan untuk pergi ziarah ke makam ayahnya sendiri. Kebiasaan yang biasa di lakukan keluarga besar Andra ketika hari raya Idul Fitri.
                Sesampainya di makam ayahnya itu,dia kembali menangis dalam kesendiriannya,menumpahkan semua kegetiran dalam hatinya. Air matanya menetes jatuh ke nisan ayahnya.
                “Ayah,,maafkan aku...aku lemah saat ini...aku ga bisa bangkit..
Tuhan engkau Maha pemberi cahaya bagi aku yang kegelapan..beri aku cahaya itu Tuhan..” sambil memeluk nisan ayahnya.
Tiba-tiba dalam langkah menyepi Andra berpapasan dengan pria asing yang juga ada di makam itu. Dia bersama keluarganya,ziarah ke makam nenek tercintanya.
Saat papasan itu pundak Andra bersentuhan dengan pria asing itu,wajah itu terlihat jelas. “Subhanalloh..pria ini” dalam beberapa langkah kemudian pria itu menoleh kembali ke arah Andra. Dalam pikiran Andra,”............mungkin hanya kebetulan saja..”
Di tempat berbeda,Raga nama laki-laki itu ternyata tidak menganggap hal biasa pertemuannya itu. Raga ternyata mencari tahu wanita yang dia lihat di pemakaman umum itu. Salahsatu keluarga Raga ternyata mengetahui wanita itu.
“Siapa yah..perempuan tadi???” pikir Raga.
“Kenapa loe..?”
“Ga kenapa napa kok,tadi gua liat cewe di sini,mukanya tuh kayak di mimpi gua!!”
“Ngarang loe ah..masa iya sih?! Dia tuh kerabatnya Bapak Bonar,bawahan gua di kantor!!” jawab sepupu Raga.
“Kok loe tau sih?”
“Ya lah..dulu katanya dia punya rencana mo nikah tapi gagal soalnya sifatnya kayak loe, dia percaya mimpi!!”
“Sungguh??? Berarti dia jodoh gua!! Gua mesti cari tahu dia” beranjak dari hadapan sepupunya itu.
“Wah,stress loe Ga!!!” sambil berteriak ke Raga yang saat itu langsung meninggalkan sepupunya itu.
Dalam penantiannya pun Raga tak kehilangan akal mencari tahu tentang Andra,semua itu juga di dukung oleh bantuan Viky sepupunya. Raga adalah seorang fotografer handal juga seorang dosen di Universitas Indonesia. Wajahnya tampan bak pangeran di kerajaan dongeng,tubuhnya atletis,kekar dan terlihat berwibawa. Usianya memang sudah cukup matang yakni 37 tahun. Namun pesonanya tetap terlihat muda.
                Hari itu pun tiba,hampir 3 minggu dia mencari keberadaan Andra akhirnya dia mendatangi rumah Andra. Berbekal tekad yang sungguh sungguh dan keyakinan akan setiap hal yang ia yakini, dia menarik nafas panjang dan mengetuk pintu rumah Andra.
“Huuuu..hh..belum ketemu aja kok gua udah gemeteran gini!!!??” sambil mengetuk pintu rumah Andra.
Beruntung bagi Raga,orang yang membukakan pintu itu ternyata Andra sendiri.
“Kamu..??? astagfirulloh lupakan” kembali dalam bayangannya pria yang ada di depan mata Andra.
“Hai..”
“Kamu mau ketemu siapa yah??”
“Kamu Andra kan?! Aku mau ketemu kamu!”
“Hah,saya??? Kamu  salah orang mungkin,saya ga kenal kamu!”
“Tunggu..tunggu..boleh aku masuk dulu dan aku jelasin semuanya.”
Dengan keheranan,Andra pun mempersilahkan Raga masuk.
“Baiklah kamu mau apa dari saya???” tanya Andra.
“Sa...sa..ya...ehmmm...!!!”
“Saya apa???”
“SAYA MAU MELAMAR KAMU ANDRA!!!”


“APA????? Jangan gila kamu,lebih baik kamu pulang saja...” berusaha mengusir Raga dari dalam rumah.
“Denger aku dulu...kamu masih inget kan sama aku???? Kita pernah ketemu dipemakaman umum untuk sama-sama Ziarah???”
“I...i..ya sih aku masih inget..tapi kan?!!”
“Baiklah aku jelasin........”
Akhirnya Raga pun menjelaskan semua hal yang terjadi dengan dia selama ini, mulai permohonan jodohnya kepada Tuhan,mimpi mimpi nya tentang Andra,sampai pertemuannya yang hingga akhirnya membawa langkah kakinya ke rumah Andra.
Andra hanya bisa terdiam mendengar semua yang terjadi pada Raga selama ini,bahkan akhirnya semua rahasia yang ia sembunyikan juga dari keluarga nya pun terbongkar. Ternyata jawaban Andra atas semua doa nya pun ternyata adalah Raga. Wajah yang selama ini membayang-bayangi pikirannya itu adalah Raga.
                “Andra,aku sadar ini sangat amat cepat..tapi kamu mesti percaya kalo aku juga tidak main-main dengan semua hal yang aku perjuangkan selama ini. Aku tak ubahnya seorang manusia biasa yang juga memelas kepada Tuhan. Aku meminta petunjuk itu lewat sholat istkharahku...dan itu kamu Andra!!”
                “saya sendiri masih bingung,,tapi jujur kamu pun jawaban dari semua rencana Tuhan untuk aku. Jika kamu tak keberatan beri aku waktu kembali,untuk memantafkan hatiku.”
Raga pun mempersilahkan Andra untuk berfikir dan memohon petunjuk kepada Ilahi,hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali kerumah Andra dalam waktu 3 hari ke depan.
                Malam itu dia kembali putuskan mengambil wudhu,menggelarkan sajadhahnya,dalam rakaat terakhirnya pun dia bersimpuh,memelas penuh harap.”Tuhan beri aku petunjuk atas semua yang terjadi hari ini....” seketika ia memejamkan matanya beberapa detik,di tarik nafasnya panjang lalu dihembuskan nya kembali.
Rencana Tuhan ternyata memang indah untuk umatnya,termasuk untuk Andra. Doa Andra seperti kilat yang langsung di sambar Tuhan,dalam pikirannya kembali tergambar wajah Raga dengan jelas,bahkan sangat jelas. Hingga akhirnya baru kali ini dia sudah sangat siap menikah,walau dengan laki-laki yang baru dia kenal tadi siang.
                Di hari ketiga pun Raga kembali menepati janjinya bahkan dia datang langsung bersama keluarga besarnya. Ibu dan Kak Echa yang belum mengetahui maksud dan tujuan kedatangan Raga itu sontak terkejut dan bertanya-tanya,”siapa orang asing ini?”
Namun setelah beberapa saat kemudian Andra pun menjelaskan semua nya kepada keluarga besarnya kususnya Ibu dan Kakak tercintanya.

“Andra,aku benar-benar sungguh sungguh dengan kedatanganku kesini,bahkan aku sengaja membawa keluarga ku untuk melamarmu saat ini juga. Lantas bagaimana dengan jawabanmu ? Apa kamu mau menerima lamaranku ini???”
“Iya..aku bersedia!”
“Sungguh??”
“Iya..jawabanku pun ternyata kamu Raga..”
“Alhamdulilah..terimakasih Tuhan...”
Akhirnya Andra pun resmi di pinang Raga seorang Fotografer handal sekaligus juga Dosen di Universitas ternama di Indonesia. Walaupun lamaran ini mendadak,dan bahkan keluarga besar Andra pun tak mengetahui dengan semua ini tapi akhirnya mereka semua bisa memahami dan mengakui keteguhan hati Andra terhadap Doa nya. Dia pun bisa membuktikan kepada semua orang yang telah menyakiti hatinya bahwa dia seorang perempuan yang memiliki cinta yang tulus.
Persiapan pernikahahan pun seperti berjalan dengan baik,semua biaya di tanggung oleh Raga. Bahkan rumah pun sudah di persiapkan untuk menyambut kedatangan calon istrinya nanti. Rumah yang pernah dia cita-citakan dahulu bersama mantan kekasihnya Tantra itu adalah milik Raga yang pada akhirnya di singgahi oleh Andra dan Raga setelah menikah.