Minggu, 16 September 2012

Jilbab oh Hijab


Judgement for jilbab to agreement for hijab
Ketika terik matahari ini menyapa ubun-ubunku, membuat aku merasakan gatal di sekitar kepalaku. Mungkin karena hampir 4 hari ini aku belum keramas atau karena kerudung yang aku pakai akhir-akhir ini sehingga membuat kepalaku kepanasan dan berminyak akhirnya menyebabkan ketombe bersarang di balik rambutku.
Aku juga masih bingung dengan pilihanku ini, membuat aku semakin tak mengerti dengan jalan hidup yang aku jalani saat ini. Tidak sedikit teman-temanku yang mengejek dan menertawakan aku karena di anggap cupu memakai jilbab. Aku yang saat ini duduk di kelas 11 dan bersekolah di Sekolah Internasional yang kebanyakan di antara mereka adalah non muslim dan merupakan siswa pindahan dari luar negeri. Kadang aku merasa perbuatanku membingungkan dan berada pada level krisis percaya diri,tapi untungnya sekolahku juga sekolah yang demokratis dan tidak mempermasalahkan jilbab bagi siswinya.
               Tidak sedikit pula yang menganggap aku ini labil karena kadang sewaktu-waktu aku menggunakan jilbab ke sekolah tapi kadang aku memakai t-shirt dan jeans ketika jalan ke mall dengan teman-temanku.
Itu karena teman-temanku merasa risih dengan jilbabku,merasa canggung jika mereka ajak aku ke tempat-tempat hiburan malam. Orang tuaku juga seperti nya tidak begitu setuju dengan style ku saat ini karena kebetulan juga ibuku adalah seorang wanita karir yang fasionable dan mode on pula jadi menganggap aku  belum saatnya berjilbab.
Saat ini aku masih belajar untuk berjilbab,dengan segala resikonya,dengan segala pandangan buruk orang orang yang menjudge jilbab sebagai topeng bagi para penjahat atau kedok bagi para pelajar yang melakukan free seks. Sungguh ironis jika teman-temanku mengucapkan hal seperti itu, tidak sedikit pula di antara mereka yang berfikir “jilbabi dulu hatinya baru setelah itu tubuhnya”. Padahal kan tergantung niat nya,toh juga perbuatan baik pun bisa mengikuti.
Hampir 1 bulan belakangan ini aku memutuskan untuk berjilbab,meskipun aku memakai jilbab belum sempurna,kadang aku pakai tapi kadang aku buka. Sholatku juga masih bolong-bolong belum 100% full 5 waktu. Sebetulnya keputusan ini sudah ada dalam benakku setahun yang lalu,itu ketika ibuku kecelakaan parah dan aku bernazar untuk berjilbab. Dan alhamdulilah doa ku di dengar oleh Tuhan hingga akhirnya ibuku bisa sembuh sampai saat ini.
Pertanyaan pun sering aku lontarkan pada pamanku yang juga dia seorang ustad sekaligus pengajar di Pesantren di daerah Jawa timur. Kami sering kirim email,telpon,sms hanya untuk sharing tentang Islam, sharing tentang hijab bahkan tentang segala hal yang sifatnya kompleks dalam kehidupan sehari hari. Dan di antara semua orang terdekat aku cuma dia yang menyambut baik tindakan aku,mensupport aku habis-habisan. Meyakini aku tentang bernazar dan meyakini pula aku untuk berada di jalur ini. Bahkan ungkap nya,”Nazar adalah kewajiban dan kewajiban harus di penuhi,Cha!! Karena kamu adalah remaja labil tetep di jalanmu saat ini,ingat ya!”
                Aku sadar seharusnya aku mulai menata hidupku sejak dini,berusaha berfikir secara ilmiah dan hidup secara religius. Aku sudah bukan anak kecil lagi,sudah saatnya memantafkan hati untuk berjilbab.
                “Kring..kring..kring!!!”
                Tiba-tiba telponku berdering, ku  angkat cepat telponku.
                “Ocha..loe dimana?? Gw jemput ya.. ada yang mo kenalan ma loe,,anak kuliahan lho!!!”
                “Hah??? Guu..guuaa di rumah!! Temen loe? Kok bisa?!
”Ah..ntar lah gw jelasin,,pokoknya gw kesana.. O ya jangan pake jilbab ya?!” tegas Carrol.
                “Tap..tapii..!!” Tiba tiba terdengar “tut..tut..tutt!!”
                Handphone pun seketika di matikan oleh Carrol.
              Aku pun bingung,satu sisi aku merasa perlu bergaul dengan mereka tapi satu sisi mereka mengklaim gaya berbusanaku hingga aku tak bisa membuat keputusan berjilbab total.
Satu jam kemudian Carrol pun datang menjemput ke rumahku.
                “Tok..tok..tok!!” suara ketukan pintu itu terdengar keras dari kamarku.
Ku buka perlahan pintu rumahku dan sontak membuat Carrol terkejut.
“Loe mo kemana???? Loe kira kita mo ke pengajian,hah? Kan gw udah bilang ga usah pake jilbab” tegas Carrol.
“Ya udah kalo loe ga mau ajak gw,ga usah aja..!” Kututup kembali pintu perlahan.
             “Eit...eits..eitss..ok..ok.. kita pergi Cha!!!”
             Akhirnya aku pun pergi dengan Carrol,mengendarai mobil Lamborgini berwarna hitam terbaru milik Carrol. Sepanjang perjalanan Carrol bukannya mengendarai dengan benar mobilnya,ini malah terus memperhatikan pakaianku dari atas sampai bawah. Rok berwarna pink dengan kaos panjang berwarna kuning plus kerudung segi empat berwarna abu ku sematkan di kepalaku tanpa accesoris apa-apa hanya peniti sebagai simpul pengikat kerudungku.
“Loe kok jadi gini,Cha?! Norak tau!!! Ocha yang dulu gw kenal tuh fasionable,pinter nge match-in pakaian loe!!” tanya Carrol.
“He..he.. iya sih gw belum pinter nih soal nge mitch and match jilbab gw,maklum masih belajar!! Lagian belom punya stock baju muslim sih”
“Loe pikir gw bercanda?! Maksud gw,kenapa loe ga pakai dress yang minggu lalu kita beli,hah??”
“Lho.. kok loe jadi nyolot sih?”
“Gw bukan nyolot,Cha.. loe tau kan kita bakal kemana dan ketemu siapa?? Cwo yang gw mo kenalin ke loe ntu,,Mahasiswa terbaik se Asia Tenggara sekaligus ketua Senat di kampusnya.!!”
“Ya terserah lah.. loe mo ambil pun ga masalah buat gw,,!!!”
Obrolan pun malah semakin panas antara kami berdua,cek cok seperti ini hampir jarang terjadi antara kita,Carrol yang juga merupakan sahabat ku dari SMP ini pun seolah bukan Carrol yang aku kenal dan emang benar dia benci banget dengan gaya berbusanaku.
Kami pun tiba di tempat hang out favorit kami dan terlihat banyak banget teman-teman se sekolahku yang juga ada`di sana. Seketika ku buka pintu mobil Carrol, bak putri raja yang berada di red karpet semua mata tertuju padaku. Bukan tepuk tangan yang ku dapat ataupun sambutan meriah dari mereka yang ada di sana melainkan senyuman hambar dan seolah mengolok-olok penampilanku saja. Tak sedikit pula diantara mereke yang menertawakan aku.
           “Ocha,kita lagi bukan di acara pesantrenan kali dan kita ga butuh ustadzah buat pengajian ini?” teriak Edo yang juga merupakan sahabatku juga.
Sontak semua orang yang ada di sana menertawakan aku.
                “Diam loe Do!!!!” tegas Carrol  
                “Carr..gw balik aja deh,,kayaknya mereka semua ga suka ngeliat gw!!” jawabku.
                Namun Carrol menahan aku,dan menarik aku ke sebuah meja makan yang hanya ada 2 cowok yang duduk disana. Aku yang juga malu ketika mereka menertawakan aku,seolah tidak peduli lagi dengan apa yang akan Carrol tunjukan padaku. Pipiku memerah,dan mataku seolah ingin menangis tersedu-sedu,namun hanya linangan air mata yang jatuh ke permukaaan.
“Cha,,ini Raka dan ini temennya Faisal!!” Carrol mempersilahkan aku untuk duduk dan ngobrol dengan Raka.
Tapi seperti Raka pun kurang tertarik dengan aku,dia seolah acuh tak acuh denganku,hanya senyuman pada awal pertemuan ketika Carrol mengnalkan ku pada Raka. Pertemuan kami ternyata hanya membuat Raka tidak nyaman terhadapku. Mungkin karena penampilan ku yang membuat dia risih. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Hanya Faisal yang juga merupakan teman semeja kami berdua yang berusaha ngobrol denganku. Dia lebih terbuka dengan aku,membuat obrolan mulai mencair dan justru malah Faisal yang lebih membuat aku interest terhadap nya.
Dia bertanya tentang sekolahku,rumahku bahkan tentang penampilanku.
                “Cha,aku jarang deh liat cewek berjilbab ketempat seperti ini?! Apa orangtuamu ga marah??”
“Kebetulan aku lagi belajar pake jilbab,sebelumnya sih seperti mereka!”  sambil menunjuk kearah Carrol dan teman-teman yang ada di pojok cafe.
“Ouh..! Musik nya asyik kan?!” tanya Faisal.
“Iya,lebih asyik kalo gw gabung ama mereka! Sal.. gw cabut ke sana ya??!” Raka beranjak dari tempat kami bertiga ngobrol barusan.
“Sal.. gw juga kayaknya pulang aja deh..” tegasku.
“Cha,gw anterin deh.. Raka orangnya emang kayak gitu,jadi loe mesti maklumin dia ya..?!”
“Ga usah.. gw balik naek taksi aja..!!” aku pun beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Faisal sendiri.

***

Keesokan hari nya,ketika aku mau berangkat ke sekolah tiba-tiba Carrol menjemputku ke rumah. Dia menanyakan tentang penyebab aku pulang tanpa pamitan dulu ke temen-temen kemarin. Tanpa pamitan pula terhadap Raka yang sebelumnya mau di kenalkan Carrol ke aku.
                “Cha,kok loe balik duluan kemarin?? Gw kan nyariin loe kemarin.. ??”
                “Ya,udahlah Raka juga ga suka ma gw!!!” pasrahku.
                “Tapi Faisal nanyain loe!!”
                “Apa... Faisal???”
“Iya!!! Ya gini aja deh.. Cha lebih baik loe kembali ke Ocha yang dulu. Ocha yang cantik,yang fasionable dan ga cupu kayak gini deh.. biar Raka mau lagi ama loe!!” Rayu Carrol.
“Loe ngomong kayak gini itu karena loe ga tau,kenapa gw seperti ini,dan gw udah bener-bener ga bakal ngelepas jilbab gw ini lagi. Gw ga bakal dateng ke tempat hang out lagi,gw juga ga bakal mainin cowok lagi,dan gw juga mau jadi orang yang bener...!!!”
                “Cha..Cha.. sory kalo omongan gw barusan malah bikin loe marah!”
                “Ga..loe ga salah Carr..gw emang bener-bener mo berubah!!!”
                Carrol memang belum mengetahui penyebab awal aku berhijab,akhirnya aku jelasin mulai dari awal sampai akhir tentang nazar yang udah aku buat sendiri setahun yang lalu. Yang baru terealisasikan saat ini. Dan bukan karena soal itu saja tapi juga karena semalam setelah pulang dari cafe itu,aku melakukan sholat istikharah dan minta petunjuk pada sang Maha Kuasa, hingga ternyata pilihanku ini adalah benar. Aku seperi di beri cahaya luar biasa dari Tuhan dan jauh lebih memahami makna hidup dengan menutup aurat ini,jiwaku tenang dan damai,tak ada lagi yang menggodaku di jalan seperti dulu ketika aku memakai rok mini,atau jeans ketat.
                Penjelasanku juga ternyata membuka mata Carrol,membuat dia sadar dengan rayuannya selama ini. Bahkan matanya pun berkaca-kaca setelah sepenggal kisah tentang perjuangan nazarku untuk ibuku sendiri.
Seketika Carrol memelukku erat,dan meminta maaf atas kesalahannya selama ini karena telah menjudge ku habis-habisan. Tanpa di sadari aku pun meneteskan air mata,air mata kami berdua pun tumpah dan larut dalam keharuan. Dan dia pun memahami betul dengan sikap aku sekarang,tak akan ada lagi acara ke hiburan malam. Tak akan ada lagi kata kata perjodohan untuk di jadikan pacar untukku.
Hingga jika saatnya tiba,perjodohan itu terjadi ketika aku akan bersiap untuk menikah.
                “Cha..shopping yuk??” ajak Carrol
                “Kemana?”
                “Ke Hijab butik!!! Gw dukung loe 100% kemaren-kemaren gw juga browsing di internet tentang jilbab dan hijab. Kenapa loe ga berhijab aja..”
                “berhijab....? tapi kan?”
                “Ocha,gw udah mungutin semua informasi tentang hijab dan jilbab buat loe,,dan sama aja,keduanya menutupi aurat loe..! Bedanya hijab itu lebih fashonable dan ga kaku seperti ini..come on!! Loe masih muda jadi cewe muslim modern kan lebiih ok?! Kreasi nya banyak banget lho”
                “Ya udah..yuk liat liat..”
                Hampir sepuluh pasang busana muslim terbaru lengkap dengan kerudung beraneka motif dan bentuk mulai dari kerudung segi empat sampai  kerudung pashmiri na beraneka warna pun kami beli plus dengan segala accesoris di beli,mulai dari bros sampai kalung pelengkap busana muslim,untungnya di butik itu kami di kasih bonus CD Tutorial berhijab modern bagi pemula. Dan membuat aku semakin semangat untuk berhijab yang sebetulnya hampir sama maksudnya dengan berjilbab.
                Semakin hari aku menjadi semakin pintar dan terlihat modis dengan busana muslim,tanpa melepaskan kaidah islami dalam hatiku,auratku juga masih terjaga, teman-temanku juga kagum dengan penampilan ku saat ini bahkan ibuku yang awalnya tidak begitu setuju,kini mendukung aku seratus persen.
Sampa suatu ketika,pada saat aku jalan bareng dengan Carrol ke sebuan Mall,terlihat Raka juga berada di Mall yang sama bahkan tak lama berselang dia menghampiriku,”Kamu terlihat anggun,Cha!!” sambil memegang tanganku.
                Aku hanya tersenyum dan langsung melepaskan genggaman tangannya dari tanganku sambil beranjak dari hadapannya.
                “Apa kabar Raka yang dulu nyuekin aku,hah????”
                Carrol yang juga berada tepat di sampingku,sontak menertawakan tingkah Raka yang gigit jari setelah aku meninggalkannya.
                 

6 komentar:

  1. ih...makasih lho..bwad input nya.. =)

    BalasHapus
  2. sungguh cerita yg sangat berbobot n membuat hati terenyah membacanya,,,perjuangan menuju yg lebih baik, semoga semakin matang, Amin

    BalasHapus
  3. kerenn ceritanya..
    inspiratif banget lahh ..
    terharuuu ..
    hhaha

    BalasHapus
  4. eh si Gigi..wellcome to my jungle.. nuhun pisan..

    BalasHapus
  5. Klo nggak liat kategorinya, saya kira ini kisah nyata kamu, Ocha... ~eeh.. :D
    Ocha ganbatte, pake jilbabnya terus yaa. Biarlah orang berkata apa. Salam kenal mba Aas.. :)

    http://www.delyanet.com/

    BalasHapus

Input dari kawan-kawan terbaikku