Jalanan seperti
biasa macet total. Padahal ini masih terlalu pagi jika di bayangkan,kendaraan
pun padat merayap tak bisa bergerak se meter pun maju ke arah depan,ke pinggir
untuk menyalip kendaraan lain. Kulihat kembali jam di lengan kiri ku, kudapati pukul
06.03 saat itu. Sesekali ku tengok kembali jam ku,bermenit menit tak ada
perubahan berarti.
Sampai yang
terakhir kalinya,kudapati jam ku bergerak kearah seperempatnya.Ternyata 15
menit ini aku terpenjara diantara gerombolan pengendara sepeda motor,mobil,truk,bus
dan kendaraan berat sejenisnya. Kadang aku membayangkan diriku sendiri ini
seperti kurcaci yang di kepung monster raksasa yang siap di injak oleh
kaki-kaki bau mereka.
Aku yang seorang diri menggunakan
sepeda fiksi berwarna orange bergerak cepat seketika kemacetan itu mereda.
Kukayuh terus menerus seolah berada
dalam kompetisi olimpiade London yang berperan sebagai atlet bersepeda.
Menganggap para pengendara yang ada di sebelahku sebagai kompetitorku.
Terkadang aku bermimpi sepeda ku adalah juaranya,mereka yang memanfaatkan pedal
gas dan kopling kalah oleh kayuhan kakiku.
Itu seperti
kisah untuk anak kecil yang di permainkan cerita khayalan ketika mereka mau
tidur.
Dan seperti biasa,aku terlambat
datang ke kantor, pertanyaan yang setiap hari aku dengar dari rekan sepekerjaan
aku hanyalah “Kapan kamu mau beli motor?”
Mereka
seperti melontarkan sindiran halus untukku, dan aku hanya bisa tersenyum
mendengar ocehan mereka.
“Bay..seperti biasa..loe absen di ruang Personalia!!” ujar Supervisor aku ketika mendapati aku lagi-lagi terlambat.
Aku yang sudah tahu jalan skenario
yang di buat oleh kecerobohanku sendiri setiap pagi, selalu ku anggap sebagai
sarapan dan ceramah rutin di kala pekerjaan belum di mulai.
Ku simpan
tas ransel berwarna hitam tepat di meja kerjaku, plus helm khusus sepeda ku
taruh bersebelahan dengan ranselku. Aku pun bergegas masuk ke ruangan
Personalia yang letaknya tidak jauh dari ruangan direksi, yaitu terhalang 1
pintu ruangan arsip.
“Tok..tok..tok!!!” Kuketuk pintu itu
pelan.
“Masuk!!”
Ibu Personalia itu melihat aku dari
atas sampai bawah,memperhatikan setiap hembusan nafasku yang terengah-engah
karena kecapean mengayuh sepeda.
“Saya baru sepekan ini menjadi Personalia di Perusahaan ini,tapi kenapa
selalu kamu yang saya dapati masuk ke ruangan saya??” ujar Ibu Evelin sedikit
bernada keras.
“Ya udah..saya kasih kesempatan orang lain aja deh untuk masuk ke ruangan
ibu!” sambil bergerak perlahan kearah pintu.
“Eit..ets.. tunggu!! Kamu pikir saya bercanda??? Apa kamu tidak punya
perasaan jera sama sekali apabila saya menasehatimu tiap pagi?”
“Maaf bu,,saya kan naik sepeda...” dengan nada memelas.
“Itu pula yang saya dengar tiap pagi,Bayu..!!!! maksud saya apa kamu tidak
punya kemauan untuk berangkat dari rumah lebih awal?!”
“Nggak..Oups.. !!! kututup mulutku seketika.
Mulutku refleks seperti tak ada rem yang mampu menahanku untuk berbohong.
Sontak membuat Ibu Evelin marah dan seperti tak ada remisi buat ulahku.
“Apa??? Ka..kamu tuh keterlaluan Bayu!! Saya sudah cukup sabar ya.. untuk
tidak membuat kamu merasa sadar.. mungkin dengan ini kamu bisa bertanggung
jawab terhadap karirmu sendiri!!!”
Tiba-tiba Ibu Evelin mengeluarkan kertas dari laci meja kerjanya.
Perasaanku mulai tidak enak,kembali dia melihatku dengan bengis,menatapku
seperti tak berkedip,raut mukanya memerah dan terlihat mengerutkan kening seperti
memendam amarah yang siap meledak saat itu juga.
Dugaanku
ternyata benar,dia memang mengeluarkan form surat pernyataan,entah apa isinya. Jantungku seketika berdegup kencang
dan memikirkan dengan nasibku ini.
“Bay,,kamu tanda tangan disini!”
sambil memberikan ballpoin ke arah tanganku.
“What???? SP3 Bu..????” Artinya saya
mesti resign gitu ?!”
“Saya sudah cukup mentolerir kamu selama ini ya..tapi ini sudah kesekian
kalinya selama saya hadir di Perusahaan ini kamu datang terlambat,dan untuk
yang ini saya sudah tau persis dengan watak kamu,apalagi ketika kamu bilang
kalau kamu emang tak punya niat baik untuk datang lebih pagi.” Tegas Ibu
Evelin.
“Ta..tapi bu..selama jabatan Personalia masih di pegang Pak Anwar saya
tidak pernah di perlakukan seperti ini kok.” Kembali dengan pembelaaanku.
“Tuh kan emang ulah kamu yang seperti ini dari dulu,tidak punya loyalitas
terhadap karirmu sendiri! Maaf Bayu kamu saya pecat!!! Dan soal uang tunjangan
kamu selama ini biar di transfer oleh bagian admin kantor ke rekening kamu!!”
nada tegas itu kemudian melemah seketika dia memecat aku.
Harapanku seolah hancur,kadang aku
berpikir sepertinya kemarin malam aku tidak bermimpi aneh tapi kok sekarang
seperti di hantam petir. Kecerobohanku yang selama ini menjadi rutinitas malah
jadi boomerang buat hidupku ketika manajemen perusahaan berubah dan di tempati
oleh orang asing. Aku bingung dengan pikiranku saat ini,di bilang mau
marah,marah ke siapa? Toh ini ulah kebodohanku sendiri lagipula marah ke Ibu
Evelin juga ga mungkin,wajahnya yang cantik sepertinya tak tega kalau aku balik
marah atau balas dendam di kemudian hari. Nasib..nasib..
Mukaku lusuh
ketika keluar dari ruangan Personalia,rekan rekanku yang juga menunggu aku
selama lebih 1 jam heran dengan raut wajahku.
“Bay..loe kenapa? Lama banget di
apain aja loe di dalam..?” celoteh Hasan.
“Berisik loe!!! Gua di pecat tauu!!!”
“Apa???? Serius loe? Ampe segitunya? Makanya gue kan udah bilang mending
loe pake motor loe dari pake sepeda,kan waktunya lebih efisien.!”
“Tau ah..motor tu ga sehat bro! Ya dah gue cabut deh!”
“Mau kemana loe??”
“Lah kan gue udah di pecat dari sini,ngapain juga gue masih diem disini
coba?!”
“Eh..iye gue lupa bro,sorry ya,,gue ikut prihatin deh..”
Hasan pun memegang pundakku,dan seolah berusaha menguatkan hatiku. Akhirnya
kulangkahkan kakiku keluar dari perusahaan percetakan yang sudah ku sambangi
tiap hari selama hampir 2 setengah tahun ini.
***
Hari baru semangat baru,walaupun
kini jadi pengangguran. Namun semangat buat nyari uang masih terus ada. Sisa
tabungan yang mulai menipis seolah mengsugesti aku untuk membuat surat lamaran
lagi untuk di kirim ke perusahaan lain yang lebih bonafit. Ternyata memang yang
namanya pendidikan untuk saat ini tidak jadi jaminan buat orang untuk nyari
uang. Aku juga yang punya gelar SE pun setelah di pecat dari perusahaan yang
dulu masih aja menganggur. Sepertinya jalanan ibukota lengah,sambil berpikir
mau kemana aku melamar pekerjaan kukayuh sepeda ku di jalan beraspal ini.
Meliuk-liuk mengayunkan pedal sepedaku ke sisi kanan dan kiri seolah tak ada
beban. Padahal hatiku ini berkecamuk untuk bekerja kembali.
Tiba-tiba dari arah belakang
terdengar suara memanggil namaku.
“Bay..Bay..Bayuuuuu!! suara itu
terdengar begitu keras di telingaku.
Alhasil sepeda ku rem mendadak dan
menepi di sisi trotoar,ku menoleh ke belakang dan terlihat pula sepeda fiksi
berwarna putih menghampiriku.
Ternyata yang memanggil aku kencang tadi teman lamaku sendiri
sewaktu aku di SMA, Rizky namanya.
“Bay..pa kabar loe??? Gue
panggil-panggil loe kayak ga denger gtu!!!”
Refleks aku pun memeluknya erat,karena memang sudah hampir 6 tahun terakhir
kami tidak bertemu.
“Gue,,baik banget!!! Loe sendiri
gimana,kapan loe married!!??”
“Justru itu sob..gue belom punya
pacar neh!! Cariin lah buat gue!! Sepupu loe aja lah yang dulu pernah tinggal
ma keluarga loe di Bandung???”
“Loe masih inget si Mita,hah??” kaget ku.
“ Ya gitu deh..hehe..dari awal gue emang suka ama dia, Btw loe sendiri
gimana? Sekarang loe kerja dimana??” pertanyaan itu pun keluar dari mulutnya.
“Gue pun belom married Riz.. pekerjaan pun gue ga punya!! Gue di pecat
kemarin-kemarin ini.” Lirihku.
“Kasihan banget sih nasib loe Bay.. gimana kalo loe ikut gue bisnis aja??”
“Bisnis apaan??”
“Loe suka banget fiksi kan,nah gue juga lagi merintis karir di bidang
penjualan sepeda + spare part fiksi. Kebetulan order lagi banyak banget nih !!!
Gimana?” rayu Rizky.
“Boleh..boleh..kebetulan banget gue kan doyan ama sepeda...!”
“Tapi..ada syaratnya..loe jodohin gue ama Mita ya? Gimana?”
“Argh..kampret loe.. tetep aja perhitungan ama kawan sendiri!!! Ya udah
ntar gue usahain tu juga kalo Mita nya mau ama loe!!”
“iye..iye.. gue paham deh..”
***
Ternyata pekerjaan berdasarkan hobi
jauh lebih membuat hati menjadi terpanggil untuk kerja lebih semangat.
Kecerobohan dan kemalasan aku selama ini berubah 180 derajat ketika nurani
bersatu dengan kecintaan akan suatu hal.
Sudah hampir
setengah tahun ini aku menekuni bisnis ini bersama Rizky,namun tidak dengan
perjalanan cinta Rizky ke sepupuku sendiri. Seperti kurang beruntung nasibnya
dalam hal percintaan,usaha ku menjodohkan nya dengan Mita pupuslah sudah.
Karena aku dan Mita sudah lama tak bertemu, aku sendiri tak tahu kalo Mita juga
ternyata sudah memiliki kekasih dan siap menikah tahun depan. Hal itu ku
ketahui sendiri dari Rizky setelah hampir sepekan mereka telpon-telponan antara
Bandung dan Jakarta.
“Riz..sorry gue ga tau kalo Mita
udah punya tunangan..”
“Ga papa kok,yang penting loe udah
usahain gue,toh juga yang ngejalani pendekatan gue sendiri! Kalo akhirnya sad
ending gue terima kok” lirih Rizky.
“Mas..PESENAN SEPEDA FIKSI PINK AKU
MANA??!!” Suara lantang itu terdengar dari luar outlet kami berdua.
Sejenak Rizky pun bergegas keluar
dan pergi menuju halaman parkir. Aku pun mengikuti langkah Rizky. Seorang
wanita pun turun dari mobil sedan berwarna hitam. Betisnya mulus,ramping dan
begitu putih membuat bayangan dalam pikiranku tak karuan.
“Iya..iya..ada Lin,,udah Mas siapin
di gudang! Baru aja di anterin kurir tadi pagi!!!”
Kacamata coklat pun di lepas dia
perlahan,rambutnya terurai panjang sebahu,di sapu perlahan oleh angin tenang
Aku pun kaget ketika orang yang ku
gambarkan dalam pikiranku tadi adalah orang yang sudah memecatku dulu. Perasaan
marah,sungkan,malu pun berkecamuk di dalam dadaku.
“Bay..kenalin ni ade gue yang lama
tinggal di Surabaya itu lho! Yang manja nya setengah mati” ujar Rizky
“Kamu??” heran Evelin sambil
menunjuk kearah muka ku.
“Lho kalian sudah saling kenal???
Evelin,Bayu jawab???” heran Rizky.
“Iya Riz..ini ibu Evelin terhormat
yang dulu mecat gue!!!’ tegasku.
“Apa iya Lin??”
“Tapi kan Mas,Bayu ini tidak
profesional waktu bekerja nya dulu!!!”
“Iya,tapi kamu ga boleh seenaknya
aja donk ngbuntuin rezekinya orang lain,apalagi Bayu ini sahabat Mas sendiri.
“Tapi mas???”
“Cukup Evelin!! Nanti malam sehabis
pulang dari sini Mas mo ngomong sama kamu !!”
“Udah..udah..kalian ini apa-apaan
sih!!! Pake ributin aku segala,lagian aku juga udah maafin kamu kok Evelin..eh
maksudku Ibu Evelin!” ujarku.
“Iya..iya..aku minta maaf deh
Bayu,,atas perlakuanku dulu sama kamu!!!”
“Ok..ok sebagai permintaan maaf kamu
terhadap Bayu,,Bayu harus makan malam di rumah kita nanti dan yang terpenting
yang masak nya itu kamu,ga boleh mamah ataupun si mbak,ngerti?!” celoteh Rizky
dengan nada keras.
“Ya..ya Mas..kan aku,,a..aku..!!!”
“Ga ada tapi tapian..pokoknya lakuin
perintah Mas,,ya udah pulang sana biar Mas dan Bayu yang bawa sepeda kamu
nanti. Sekarang tugas kam pulang dan masak yang enak enak!!!”
Dengan sikap kesal yang di tunjukan
Evelin terhadap ulah kakaknya sendiri membuat aku semakin kagum dan tertarik
dengan dia. Dia pun kembali melaju dengan sedan hitamnya meninggalkan kami
berdua.
“Woi..kamu kenapa!! Seneng ya liat
ade gue??” ujar Rizky sambil mengagetka aku dengan tepukan tangannya persis di
depan mukaku.
“Apaan sih loe..!!!” mukaku memerah
malu.
“Sorry ya atas perlakuan ade gue
sama loe dulu,,jujur gue ga tau!!”
“Ga papa,,gue juga udah lupa kok..
lagian kok loe ga pernah cerita kalo ade loe Evelin?”
“Lah loe sendiri kan yang ga pernah
mau tau ama ade gue,kalo gue lagi mo bicarain dia!!!”
“Hehe..iya sih..!!”
“Gue percayaain Evelin ama loe,,kalo loe suka nyatain
aja,,jangan kayak cinta gue ke sepupu loe,yang akhirnya gue nyesel karena ga
dari awal gue nyatain cinta ama Mita..”
“Maksud loe?? Lo setuju kalo gue nyatain cinta ke
Evelin??”
“Go on boy.. eits itu juga dengan catatan kalo dia juga
suka juga ama loe ya.??”
“iye..iye... gue ngerti deh.. thank’s ya Riz..
Aura bahagia pun menyelimuti hatiku,entah karena cinta
yang awalnya tidak di pahami oleh logika atau karena perasaan yang tak kusadari
sejak dulu. Kecantikannya melemahkan perasaanku. Orang yang awalnya aku tak
suka malah justru aku idam-idamkn kini.
Kemeja panjang bersematkan jas hitam plus celana bahan
formal bersandingkan sepatu kulit hitam,melapisi tubuhku sehingga membuat aku
percaya diri.
***
Malam itu begitu
indah di dampingi bintang bintang yang bersinar berkelap kelip seolah pertanda
senyum bahagia bagiku. Tak lupa fiksi pesanan Evelin tadi siang pun ku kendarai
dengan kakiku sendiri.
Sesampainya di rumah Rizky dan Evelin, Rizky sahabatku
sendiri yang menyambutku di depan halaman rumah.
“Weyy..mo kemana loe?? Loe mo
ngelamar ade gue,,pake pakaian rapi gitu!!”
Aku pun Cuma tersenyum mendengar
celotehan Rizky terhadap aku, Rizky pun langsung mempersilahkan aku untuk masuk
ke rumahnya dan menyuruhku mencicipi hidangan buatan Evelin. Tak di sangka
setelah beberapa jamuan makan malam yang di hidangkan pada malam itu,memang
masakan Evelin tak kalah hebat dengan masakan di hotel berkelas. Pujian itu pun
aku lontarkan jelas ke Evelin dan semua orang yang ada di meja makan,terlihat
Evelin pun tersenyum malu mndengar pujian ku. Ayah,ibunya bahkan Rizky pun tak
bosan menggoda aku dan Evelin.
Jamuan makan malam pun
selesai,tiba-tiba semua orang meninggalkan kami berdua,seolah olah Om,Tante
bahkan Rizky pun mendadak punya kesibukan lain di luar meja makan. Atau mungkin
ini akal-akalan mereka saja yang memerikan kesempatan buat aku untuk lebih
dekat dengan Evelin.
“Lho,mamah,papah ama mas Rizky
kemana? Kok ninggalin kita berdua disini sih???”
“Bu Evelin,maaf kalo saya
lancang,maafin kesalahan saya dulu ya...saya ceroboh!!!”
“Bay..kamu ga usah panggil aku
dengan sebutan ibu,,panggil Evelin aja!! Mas Rizky juga udah cerita banyak soal
kamu tadi sebelum kamu datang kesini kok.. aku juga minta maaf ya,,,??? Ujar
Evelin.
“i..i..iya Bu eh.. Evelin..aku juga
udah maafin kamu kok.. ternyata sifat keras,arogan dan penuh wibawa yang aku
lihat dulu selama aku kerja di bersama kamu malah berbanding terbalik dengan
keseharianmu ini. Kamu sungguh istimewa,baik bahkan kamu manja juga ya
orangnya???”
“ih..apaan sih kamu,malah ngeledekin
aku gini..”Evelin tertawa-tawa sambil mencubit lenganku.
“adu..duh...sakit tau!!!”
“Kamu orangnya asyik juga ya...??”
rayu Evelin dengan senyum manis membuat lkedua lesung pipinya terlihat jelas.
“tuh kan apa mas bilang,,Bayu tidak
seburuk yang kamu pikirkan kan?! Seolah merekam semua perbincangan antara aku
dan Evelin di meja makan.
Kami berdua pun tersenyum..keakraban
kami berdua tak bisa di gambarkan oleh apapun di dunia ini. Perasaan yang
muncul berbaur karena ketidakcocokan yang kami milikki awalnya.