Jumat, 28 September 2012

Labilnya insan terhadap isi semesta



Cahaya mentari seolah menyiratkan cerita lama..
Bersama langit Lazuardi mengguratkan sejuta kiasan
Terbang pula diantara mereka rama-rama mengepakkan sayap tipisnya
Begitu tenang seolah terdengar rinai yang syahdu
          Terlihat di antara panorama lazuardi seorang anak kecil
          Terdampar di antara rerumputan hijau
          Menatap langit yang tersenyum menyampaikan kehangatan
          Puja puji makhluk ciptaan Maha Mulia
Seperti risalah yang di kirimkan dari langit tertinggi bagi hati seorang anak kecil
Sehingga dia menggambarkan kegusaran yang lama terpendam
Lalu dijelaskan lah tanda kiasan itu
Alangkah murni cipta bahagia setelah makna lahiriah di tunjukan sang Maha Mulia 

Sepeda Fiksi


            Jalanan seperti biasa macet total. Padahal ini masih terlalu pagi jika di bayangkan,kendaraan pun padat merayap tak bisa bergerak se meter pun maju ke arah depan,ke pinggir untuk menyalip kendaraan lain. Kulihat kembali jam di lengan kiri ku, kudapati pukul 06.03 saat itu. Sesekali ku tengok kembali jam ku,bermenit menit tak ada perubahan berarti.
Sampai yang terakhir kalinya,kudapati jam ku bergerak kearah seperempatnya.Ternyata 15 menit ini aku terpenjara diantara gerombolan pengendara sepeda motor,mobil,truk,bus dan kendaraan berat sejenisnya. Kadang aku membayangkan diriku sendiri ini seperti kurcaci yang di kepung monster raksasa yang siap di injak oleh kaki-kaki bau mereka.
            Aku yang seorang diri menggunakan sepeda fiksi berwarna orange bergerak cepat seketika kemacetan itu mereda. Kukayuh terus menerus   seolah berada dalam kompetisi olimpiade London yang berperan sebagai atlet bersepeda. Menganggap para pengendara yang ada di sebelahku sebagai kompetitorku. Terkadang aku bermimpi sepeda ku adalah juaranya,mereka yang memanfaatkan pedal gas dan kopling kalah oleh kayuhan kakiku.
Itu seperti kisah untuk anak kecil yang di permainkan cerita khayalan ketika mereka mau tidur.
            Dan seperti biasa,aku terlambat datang ke kantor, pertanyaan yang setiap hari aku dengar dari rekan sepekerjaan aku hanyalah “Kapan kamu mau beli motor?”
Mereka seperti melontarkan sindiran halus untukku, dan aku hanya bisa tersenyum mendengar ocehan mereka.
“Bay..seperti biasa..loe absen di ruang Personalia!!” ujar Supervisor  aku ketika mendapati aku lagi-lagi terlambat.
            Aku yang sudah tahu jalan skenario yang di buat oleh kecerobohanku sendiri setiap pagi, selalu ku anggap sebagai sarapan dan ceramah rutin di kala pekerjaan belum di mulai.
Ku simpan tas ransel berwarna hitam tepat di meja kerjaku, plus helm khusus sepeda ku taruh bersebelahan dengan ranselku. Aku pun bergegas masuk ke ruangan Personalia yang letaknya tidak jauh dari ruangan direksi, yaitu terhalang 1 pintu ruangan arsip.
            “Tok..tok..tok!!!” Kuketuk pintu itu pelan.
            “Masuk!!”
            Ibu Personalia itu melihat aku dari atas sampai bawah,memperhatikan setiap hembusan nafasku yang terengah-engah karena kecapean mengayuh sepeda.
“Saya baru sepekan ini menjadi Personalia di Perusahaan ini,tapi kenapa selalu kamu yang saya dapati masuk ke ruangan saya??” ujar Ibu Evelin sedikit bernada keras.
“Ya udah..saya kasih kesempatan orang lain aja deh untuk masuk ke ruangan ibu!” sambil bergerak perlahan kearah pintu.
“Eit..ets.. tunggu!! Kamu pikir saya bercanda??? Apa kamu tidak punya perasaan jera sama sekali apabila saya menasehatimu tiap pagi?”
“Maaf bu,,saya kan naik sepeda...” dengan nada memelas.
“Itu pula yang saya dengar tiap pagi,Bayu..!!!! maksud saya apa kamu tidak punya kemauan untuk berangkat dari rumah lebih awal?!”
“Nggak..Oups.. !!! kututup mulutku seketika.
Mulutku refleks seperti tak ada rem yang mampu menahanku untuk berbohong. Sontak membuat Ibu Evelin marah dan seperti tak ada remisi buat ulahku.
“Apa??? Ka..kamu tuh keterlaluan Bayu!! Saya sudah cukup sabar ya.. untuk tidak membuat kamu merasa sadar.. mungkin dengan ini kamu bisa bertanggung jawab terhadap karirmu sendiri!!!”
Tiba-tiba Ibu Evelin mengeluarkan kertas dari laci meja kerjanya. Perasaanku mulai tidak enak,kembali dia melihatku dengan bengis,menatapku seperti tak berkedip,raut mukanya memerah dan terlihat mengerutkan kening seperti memendam amarah yang siap meledak saat itu juga.
Dugaanku ternyata benar,dia memang mengeluarkan form surat pernyataan,entah apa  isinya. Jantungku seketika berdegup kencang dan memikirkan dengan nasibku ini.
            “Bay,,kamu tanda tangan disini!” sambil memberikan ballpoin ke arah tanganku.
            “What???? SP3 Bu..????” Artinya saya mesti resign gitu ?!”
“Saya sudah cukup mentolerir kamu selama ini ya..tapi ini sudah kesekian kalinya selama saya hadir di Perusahaan ini kamu datang terlambat,dan untuk yang ini saya sudah tau persis dengan watak kamu,apalagi ketika kamu bilang kalau kamu emang tak punya niat baik untuk datang lebih pagi.” Tegas Ibu Evelin.
“Ta..tapi bu..selama jabatan Personalia masih di pegang Pak Anwar saya tidak pernah di perlakukan seperti ini kok.” Kembali dengan pembelaaanku.
“Tuh kan emang ulah kamu yang seperti ini dari dulu,tidak punya loyalitas terhadap karirmu sendiri! Maaf Bayu kamu saya pecat!!! Dan soal uang tunjangan kamu selama ini biar di transfer oleh bagian admin kantor ke rekening kamu!!” nada tegas itu kemudian melemah seketika dia memecat aku.
            Harapanku seolah hancur,kadang aku berpikir sepertinya kemarin malam aku tidak bermimpi aneh tapi kok sekarang seperti di hantam petir. Kecerobohanku yang selama ini menjadi rutinitas malah jadi boomerang buat hidupku ketika manajemen perusahaan berubah dan di tempati oleh orang asing. Aku bingung dengan pikiranku saat ini,di bilang mau marah,marah ke siapa? Toh ini ulah kebodohanku sendiri lagipula marah ke Ibu Evelin juga ga mungkin,wajahnya yang cantik sepertinya tak tega kalau aku balik marah atau balas dendam di kemudian hari. Nasib..nasib..
Mukaku lusuh ketika keluar dari ruangan Personalia,rekan rekanku yang juga menunggu aku selama lebih 1 jam heran dengan raut wajahku.
            “Bay..loe kenapa? Lama banget di apain aja loe di dalam..?” celoteh Hasan.
            “Berisik loe!!! Gua di pecat tauu!!!”
“Apa???? Serius loe? Ampe segitunya? Makanya gue kan udah bilang mending loe pake motor loe dari pake sepeda,kan waktunya lebih efisien.!”
“Tau ah..motor tu ga sehat bro! Ya dah gue cabut deh!”
“Mau kemana loe??”
“Lah kan gue udah di pecat dari sini,ngapain juga gue masih diem disini coba?!”
“Eh..iye gue lupa bro,sorry ya,,gue ikut prihatin deh..”
Hasan pun memegang pundakku,dan seolah berusaha menguatkan hatiku. Akhirnya kulangkahkan kakiku keluar dari perusahaan percetakan yang sudah ku sambangi tiap hari selama hampir 2 setengah tahun ini.
***

            Hari baru semangat baru,walaupun kini jadi pengangguran. Namun semangat buat nyari uang masih terus ada. Sisa tabungan yang mulai menipis seolah mengsugesti aku untuk membuat surat lamaran lagi untuk di kirim ke perusahaan lain yang lebih bonafit. Ternyata memang yang namanya pendidikan untuk saat ini tidak jadi jaminan buat orang untuk nyari uang. Aku juga yang punya gelar SE pun setelah di pecat dari perusahaan yang dulu masih aja menganggur. Sepertinya jalanan ibukota lengah,sambil berpikir mau kemana aku melamar pekerjaan kukayuh sepeda ku di jalan beraspal ini. Meliuk-liuk mengayunkan pedal sepedaku ke sisi kanan dan kiri seolah tak ada beban. Padahal hatiku ini berkecamuk untuk bekerja kembali.
            Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara memanggil namaku.
            “Bay..Bay..Bayuuuuu!! suara itu terdengar begitu keras di telingaku.
            Alhasil sepeda ku rem mendadak dan menepi di sisi trotoar,ku menoleh ke belakang dan terlihat pula sepeda fiksi berwarna putih menghampiriku.
Ternyata yang memanggil aku kencang tadi teman lamaku sendiri sewaktu aku di SMA, Rizky namanya.
            “Bay..pa kabar loe??? Gue panggil-panggil loe kayak ga denger gtu!!!”
Refleks aku pun memeluknya erat,karena memang sudah hampir 6 tahun terakhir kami tidak bertemu.
            “Gue,,baik banget!!! Loe sendiri gimana,kapan loe married!!??”
            “Justru itu sob..gue belom punya pacar neh!! Cariin lah buat gue!! Sepupu loe aja lah yang dulu pernah tinggal ma keluarga loe di Bandung???”
“Loe masih inget si Mita,hah??” kaget ku.
“ Ya gitu deh..hehe..dari awal gue emang suka ama dia, Btw loe sendiri gimana? Sekarang loe kerja dimana??” pertanyaan itu pun keluar dari mulutnya.
“Gue pun belom married Riz.. pekerjaan pun gue ga punya!! Gue di pecat kemarin-kemarin ini.” Lirihku.
“Kasihan banget sih nasib loe Bay.. gimana kalo loe ikut gue bisnis aja??”
“Bisnis apaan??”
“Loe suka banget fiksi kan,nah gue juga lagi merintis karir di bidang penjualan sepeda + spare part fiksi. Kebetulan order lagi banyak banget nih !!! Gimana?” rayu Rizky.
“Boleh..boleh..kebetulan banget gue kan doyan ama sepeda...!”
“Tapi..ada syaratnya..loe jodohin gue ama Mita ya? Gimana?”
“Argh..kampret loe.. tetep aja perhitungan ama kawan sendiri!!! Ya udah ntar gue usahain tu juga kalo Mita nya mau ama loe!!”
“iye..iye.. gue paham deh..”
***
            Ternyata pekerjaan berdasarkan hobi jauh lebih membuat hati menjadi terpanggil untuk kerja lebih semangat. Kecerobohan dan kemalasan aku selama ini berubah 180 derajat ketika nurani bersatu dengan kecintaan akan suatu hal.
Sudah hampir setengah tahun ini aku menekuni bisnis ini bersama Rizky,namun tidak dengan perjalanan cinta Rizky ke sepupuku sendiri. Seperti kurang beruntung nasibnya dalam hal percintaan,usaha ku menjodohkan nya dengan Mita pupuslah sudah. Karena aku dan Mita sudah lama tak bertemu, aku sendiri tak tahu kalo Mita juga ternyata sudah memiliki kekasih dan siap menikah tahun depan. Hal itu ku ketahui sendiri dari Rizky setelah hampir sepekan mereka telpon-telponan antara Bandung dan Jakarta.
            “Riz..sorry gue ga tau kalo Mita udah punya tunangan..”
            “Ga papa kok,yang penting loe udah usahain gue,toh juga yang ngejalani pendekatan gue sendiri! Kalo akhirnya sad ending gue terima kok” lirih Rizky.
            “Mas..PESENAN SEPEDA FIKSI PINK AKU MANA??!!” Suara lantang itu terdengar dari luar outlet kami berdua.
            Sejenak Rizky pun bergegas keluar dan pergi menuju halaman parkir. Aku pun mengikuti langkah Rizky. Seorang wanita pun turun dari mobil sedan berwarna hitam. Betisnya mulus,ramping dan begitu putih membuat bayangan dalam pikiranku tak karuan.
            “Iya..iya..ada Lin,,udah Mas siapin di gudang! Baru aja di anterin kurir tadi pagi!!!”
            Kacamata coklat pun di lepas dia perlahan,rambutnya terurai panjang sebahu,di sapu perlahan oleh angin tenang
            Aku pun kaget ketika orang yang ku gambarkan dalam pikiranku tadi adalah orang yang sudah memecatku dulu. Perasaan marah,sungkan,malu pun berkecamuk di dalam dadaku.
            “Bay..kenalin ni ade gue yang lama tinggal di Surabaya itu lho! Yang manja nya setengah mati” ujar Rizky
            “Kamu??” heran Evelin sambil menunjuk kearah muka ku.
            “Lho kalian sudah saling kenal??? Evelin,Bayu jawab???” heran Rizky.
            “Iya Riz..ini ibu Evelin terhormat yang dulu mecat gue!!!’ tegasku.
            “Apa iya Lin??”
            “Tapi kan Mas,Bayu ini tidak profesional waktu bekerja nya dulu!!!”
            “Iya,tapi kamu ga boleh seenaknya aja donk ngbuntuin rezekinya orang lain,apalagi Bayu ini sahabat Mas sendiri.
            “Tapi mas???”
            “Cukup Evelin!! Nanti malam sehabis pulang dari sini Mas mo ngomong sama kamu !!”
            “Udah..udah..kalian ini apa-apaan sih!!! Pake ributin aku segala,lagian aku juga udah maafin kamu kok Evelin..eh maksudku Ibu Evelin!” ujarku.
            “Iya..iya..aku minta maaf deh Bayu,,atas perlakuanku dulu sama kamu!!!”
            “Ok..ok sebagai permintaan maaf kamu terhadap Bayu,,Bayu harus makan malam di rumah kita nanti dan yang terpenting yang masak nya itu kamu,ga boleh mamah ataupun si mbak,ngerti?!” celoteh Rizky dengan nada keras.
            “Ya..ya Mas..kan aku,,a..aku..!!!”
            “Ga ada tapi tapian..pokoknya lakuin perintah Mas,,ya udah pulang sana biar Mas dan Bayu yang bawa sepeda kamu nanti. Sekarang tugas kam pulang dan masak yang enak enak!!!”
            Dengan sikap kesal yang di tunjukan Evelin terhadap ulah kakaknya sendiri membuat aku semakin kagum dan tertarik dengan dia. Dia pun kembali melaju dengan sedan hitamnya meninggalkan kami berdua.
            “Woi..kamu kenapa!! Seneng ya liat ade gue??” ujar Rizky sambil mengagetka aku dengan tepukan tangannya persis di depan mukaku.
            “Apaan sih loe..!!!” mukaku memerah malu.
            “Sorry ya atas perlakuan ade gue sama loe dulu,,jujur gue ga tau!!”
            “Ga papa,,gue juga udah lupa kok.. lagian kok loe ga pernah cerita kalo ade loe Evelin?”
            “Lah loe sendiri kan yang ga pernah mau tau ama ade gue,kalo gue lagi mo bicarain dia!!!”
“Hehe..iya sih..!!”
“Gue percayaain Evelin ama loe,,kalo loe suka nyatain aja,,jangan kayak cinta gue ke sepupu loe,yang akhirnya gue nyesel karena ga dari awal gue nyatain cinta ama Mita..”
“Maksud loe?? Lo setuju kalo gue nyatain cinta ke Evelin??”
“Go on boy.. eits itu juga dengan catatan kalo dia juga suka juga ama loe ya.??”
“iye..iye... gue ngerti deh.. thank’s ya Riz..
Aura bahagia pun menyelimuti hatiku,entah karena cinta yang awalnya tidak di pahami oleh logika atau karena perasaan yang tak kusadari sejak dulu. Kecantikannya melemahkan perasaanku. Orang yang awalnya aku tak suka malah justru aku idam-idamkn kini.
Kemeja panjang bersematkan jas hitam plus celana bahan formal bersandingkan sepatu kulit hitam,melapisi tubuhku sehingga membuat aku percaya diri.
                                                                      ***                                               
Malam itu begitu indah di dampingi bintang bintang yang bersinar berkelap kelip seolah pertanda senyum bahagia bagiku. Tak lupa fiksi pesanan Evelin tadi siang pun ku kendarai dengan kakiku sendiri.
Sesampainya di rumah Rizky dan Evelin, Rizky sahabatku sendiri yang menyambutku di depan halaman rumah.
            “Weyy..mo kemana loe?? Loe mo ngelamar ade gue,,pake pakaian rapi gitu!!”
            Aku pun Cuma tersenyum mendengar celotehan Rizky terhadap aku, Rizky pun langsung mempersilahkan aku untuk masuk ke rumahnya dan menyuruhku mencicipi hidangan buatan Evelin. Tak di sangka setelah beberapa jamuan makan malam yang di hidangkan pada malam itu,memang masakan Evelin tak kalah hebat dengan masakan di hotel berkelas. Pujian itu pun aku lontarkan jelas ke Evelin dan semua orang yang ada di meja makan,terlihat Evelin pun tersenyum malu mndengar pujian ku. Ayah,ibunya bahkan Rizky pun tak bosan menggoda aku dan Evelin.
            Jamuan makan malam pun selesai,tiba-tiba semua orang meninggalkan kami berdua,seolah olah Om,Tante bahkan Rizky pun mendadak punya kesibukan lain di luar meja makan. Atau mungkin ini akal-akalan mereka saja yang memerikan kesempatan buat aku untuk lebih dekat dengan Evelin.
            “Lho,mamah,papah ama mas Rizky kemana? Kok ninggalin kita berdua disini sih???”
            “Bu Evelin,maaf kalo saya lancang,maafin kesalahan saya dulu ya...saya ceroboh!!!”
            “Bay..kamu ga usah panggil aku dengan sebutan ibu,,panggil Evelin aja!! Mas Rizky juga udah cerita banyak soal kamu tadi sebelum kamu datang kesini kok.. aku juga minta maaf ya,,,??? Ujar Evelin.
            “i..i..iya Bu eh.. Evelin..aku juga udah maafin kamu kok.. ternyata sifat keras,arogan dan penuh wibawa yang aku lihat dulu selama aku kerja di bersama kamu malah berbanding terbalik dengan keseharianmu ini. Kamu sungguh istimewa,baik bahkan kamu manja juga ya orangnya???”
            “ih..apaan sih kamu,malah ngeledekin aku gini..”Evelin tertawa-tawa sambil mencubit lenganku.
            “adu..duh...sakit tau!!!”
            “Kamu orangnya asyik juga ya...??” rayu Evelin dengan senyum manis membuat lkedua lesung pipinya terlihat jelas.
            “tuh kan apa mas bilang,,Bayu tidak seburuk yang kamu pikirkan kan?! Seolah merekam semua perbincangan antara aku dan Evelin di meja makan.
            Kami berdua pun tersenyum..keakraban kami berdua tak bisa di gambarkan oleh apapun di dunia ini. Perasaan yang muncul berbaur karena ketidakcocokan yang kami milikki awalnya.

Minggu, 16 September 2012

Jilbab oh Hijab


Judgement for jilbab to agreement for hijab
Ketika terik matahari ini menyapa ubun-ubunku, membuat aku merasakan gatal di sekitar kepalaku. Mungkin karena hampir 4 hari ini aku belum keramas atau karena kerudung yang aku pakai akhir-akhir ini sehingga membuat kepalaku kepanasan dan berminyak akhirnya menyebabkan ketombe bersarang di balik rambutku.
Aku juga masih bingung dengan pilihanku ini, membuat aku semakin tak mengerti dengan jalan hidup yang aku jalani saat ini. Tidak sedikit teman-temanku yang mengejek dan menertawakan aku karena di anggap cupu memakai jilbab. Aku yang saat ini duduk di kelas 11 dan bersekolah di Sekolah Internasional yang kebanyakan di antara mereka adalah non muslim dan merupakan siswa pindahan dari luar negeri. Kadang aku merasa perbuatanku membingungkan dan berada pada level krisis percaya diri,tapi untungnya sekolahku juga sekolah yang demokratis dan tidak mempermasalahkan jilbab bagi siswinya.
               Tidak sedikit pula yang menganggap aku ini labil karena kadang sewaktu-waktu aku menggunakan jilbab ke sekolah tapi kadang aku memakai t-shirt dan jeans ketika jalan ke mall dengan teman-temanku.
Itu karena teman-temanku merasa risih dengan jilbabku,merasa canggung jika mereka ajak aku ke tempat-tempat hiburan malam. Orang tuaku juga seperti nya tidak begitu setuju dengan style ku saat ini karena kebetulan juga ibuku adalah seorang wanita karir yang fasionable dan mode on pula jadi menganggap aku  belum saatnya berjilbab.
Saat ini aku masih belajar untuk berjilbab,dengan segala resikonya,dengan segala pandangan buruk orang orang yang menjudge jilbab sebagai topeng bagi para penjahat atau kedok bagi para pelajar yang melakukan free seks. Sungguh ironis jika teman-temanku mengucapkan hal seperti itu, tidak sedikit pula di antara mereka yang berfikir “jilbabi dulu hatinya baru setelah itu tubuhnya”. Padahal kan tergantung niat nya,toh juga perbuatan baik pun bisa mengikuti.
Hampir 1 bulan belakangan ini aku memutuskan untuk berjilbab,meskipun aku memakai jilbab belum sempurna,kadang aku pakai tapi kadang aku buka. Sholatku juga masih bolong-bolong belum 100% full 5 waktu. Sebetulnya keputusan ini sudah ada dalam benakku setahun yang lalu,itu ketika ibuku kecelakaan parah dan aku bernazar untuk berjilbab. Dan alhamdulilah doa ku di dengar oleh Tuhan hingga akhirnya ibuku bisa sembuh sampai saat ini.
Pertanyaan pun sering aku lontarkan pada pamanku yang juga dia seorang ustad sekaligus pengajar di Pesantren di daerah Jawa timur. Kami sering kirim email,telpon,sms hanya untuk sharing tentang Islam, sharing tentang hijab bahkan tentang segala hal yang sifatnya kompleks dalam kehidupan sehari hari. Dan di antara semua orang terdekat aku cuma dia yang menyambut baik tindakan aku,mensupport aku habis-habisan. Meyakini aku tentang bernazar dan meyakini pula aku untuk berada di jalur ini. Bahkan ungkap nya,”Nazar adalah kewajiban dan kewajiban harus di penuhi,Cha!! Karena kamu adalah remaja labil tetep di jalanmu saat ini,ingat ya!”
                Aku sadar seharusnya aku mulai menata hidupku sejak dini,berusaha berfikir secara ilmiah dan hidup secara religius. Aku sudah bukan anak kecil lagi,sudah saatnya memantafkan hati untuk berjilbab.
                “Kring..kring..kring!!!”
                Tiba-tiba telponku berdering, ku  angkat cepat telponku.
                “Ocha..loe dimana?? Gw jemput ya.. ada yang mo kenalan ma loe,,anak kuliahan lho!!!”
                “Hah??? Guu..guuaa di rumah!! Temen loe? Kok bisa?!
”Ah..ntar lah gw jelasin,,pokoknya gw kesana.. O ya jangan pake jilbab ya?!” tegas Carrol.
                “Tap..tapii..!!” Tiba tiba terdengar “tut..tut..tutt!!”
                Handphone pun seketika di matikan oleh Carrol.
              Aku pun bingung,satu sisi aku merasa perlu bergaul dengan mereka tapi satu sisi mereka mengklaim gaya berbusanaku hingga aku tak bisa membuat keputusan berjilbab total.
Satu jam kemudian Carrol pun datang menjemput ke rumahku.
                “Tok..tok..tok!!” suara ketukan pintu itu terdengar keras dari kamarku.
Ku buka perlahan pintu rumahku dan sontak membuat Carrol terkejut.
“Loe mo kemana???? Loe kira kita mo ke pengajian,hah? Kan gw udah bilang ga usah pake jilbab” tegas Carrol.
“Ya udah kalo loe ga mau ajak gw,ga usah aja..!” Kututup kembali pintu perlahan.
             “Eit...eits..eitss..ok..ok.. kita pergi Cha!!!”
             Akhirnya aku pun pergi dengan Carrol,mengendarai mobil Lamborgini berwarna hitam terbaru milik Carrol. Sepanjang perjalanan Carrol bukannya mengendarai dengan benar mobilnya,ini malah terus memperhatikan pakaianku dari atas sampai bawah. Rok berwarna pink dengan kaos panjang berwarna kuning plus kerudung segi empat berwarna abu ku sematkan di kepalaku tanpa accesoris apa-apa hanya peniti sebagai simpul pengikat kerudungku.
“Loe kok jadi gini,Cha?! Norak tau!!! Ocha yang dulu gw kenal tuh fasionable,pinter nge match-in pakaian loe!!” tanya Carrol.
“He..he.. iya sih gw belum pinter nih soal nge mitch and match jilbab gw,maklum masih belajar!! Lagian belom punya stock baju muslim sih”
“Loe pikir gw bercanda?! Maksud gw,kenapa loe ga pakai dress yang minggu lalu kita beli,hah??”
“Lho.. kok loe jadi nyolot sih?”
“Gw bukan nyolot,Cha.. loe tau kan kita bakal kemana dan ketemu siapa?? Cwo yang gw mo kenalin ke loe ntu,,Mahasiswa terbaik se Asia Tenggara sekaligus ketua Senat di kampusnya.!!”
“Ya terserah lah.. loe mo ambil pun ga masalah buat gw,,!!!”
Obrolan pun malah semakin panas antara kami berdua,cek cok seperti ini hampir jarang terjadi antara kita,Carrol yang juga merupakan sahabat ku dari SMP ini pun seolah bukan Carrol yang aku kenal dan emang benar dia benci banget dengan gaya berbusanaku.
Kami pun tiba di tempat hang out favorit kami dan terlihat banyak banget teman-teman se sekolahku yang juga ada`di sana. Seketika ku buka pintu mobil Carrol, bak putri raja yang berada di red karpet semua mata tertuju padaku. Bukan tepuk tangan yang ku dapat ataupun sambutan meriah dari mereka yang ada di sana melainkan senyuman hambar dan seolah mengolok-olok penampilanku saja. Tak sedikit pula diantara mereke yang menertawakan aku.
           “Ocha,kita lagi bukan di acara pesantrenan kali dan kita ga butuh ustadzah buat pengajian ini?” teriak Edo yang juga merupakan sahabatku juga.
Sontak semua orang yang ada di sana menertawakan aku.
                “Diam loe Do!!!!” tegas Carrol  
                “Carr..gw balik aja deh,,kayaknya mereka semua ga suka ngeliat gw!!” jawabku.
                Namun Carrol menahan aku,dan menarik aku ke sebuah meja makan yang hanya ada 2 cowok yang duduk disana. Aku yang juga malu ketika mereka menertawakan aku,seolah tidak peduli lagi dengan apa yang akan Carrol tunjukan padaku. Pipiku memerah,dan mataku seolah ingin menangis tersedu-sedu,namun hanya linangan air mata yang jatuh ke permukaaan.
“Cha,,ini Raka dan ini temennya Faisal!!” Carrol mempersilahkan aku untuk duduk dan ngobrol dengan Raka.
Tapi seperti Raka pun kurang tertarik dengan aku,dia seolah acuh tak acuh denganku,hanya senyuman pada awal pertemuan ketika Carrol mengnalkan ku pada Raka. Pertemuan kami ternyata hanya membuat Raka tidak nyaman terhadapku. Mungkin karena penampilan ku yang membuat dia risih. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Hanya Faisal yang juga merupakan teman semeja kami berdua yang berusaha ngobrol denganku. Dia lebih terbuka dengan aku,membuat obrolan mulai mencair dan justru malah Faisal yang lebih membuat aku interest terhadap nya.
Dia bertanya tentang sekolahku,rumahku bahkan tentang penampilanku.
                “Cha,aku jarang deh liat cewek berjilbab ketempat seperti ini?! Apa orangtuamu ga marah??”
“Kebetulan aku lagi belajar pake jilbab,sebelumnya sih seperti mereka!”  sambil menunjuk kearah Carrol dan teman-teman yang ada di pojok cafe.
“Ouh..! Musik nya asyik kan?!” tanya Faisal.
“Iya,lebih asyik kalo gw gabung ama mereka! Sal.. gw cabut ke sana ya??!” Raka beranjak dari tempat kami bertiga ngobrol barusan.
“Sal.. gw juga kayaknya pulang aja deh..” tegasku.
“Cha,gw anterin deh.. Raka orangnya emang kayak gitu,jadi loe mesti maklumin dia ya..?!”
“Ga usah.. gw balik naek taksi aja..!!” aku pun beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Faisal sendiri.

***

Keesokan hari nya,ketika aku mau berangkat ke sekolah tiba-tiba Carrol menjemputku ke rumah. Dia menanyakan tentang penyebab aku pulang tanpa pamitan dulu ke temen-temen kemarin. Tanpa pamitan pula terhadap Raka yang sebelumnya mau di kenalkan Carrol ke aku.
                “Cha,kok loe balik duluan kemarin?? Gw kan nyariin loe kemarin.. ??”
                “Ya,udahlah Raka juga ga suka ma gw!!!” pasrahku.
                “Tapi Faisal nanyain loe!!”
                “Apa... Faisal???”
“Iya!!! Ya gini aja deh.. Cha lebih baik loe kembali ke Ocha yang dulu. Ocha yang cantik,yang fasionable dan ga cupu kayak gini deh.. biar Raka mau lagi ama loe!!” Rayu Carrol.
“Loe ngomong kayak gini itu karena loe ga tau,kenapa gw seperti ini,dan gw udah bener-bener ga bakal ngelepas jilbab gw ini lagi. Gw ga bakal dateng ke tempat hang out lagi,gw juga ga bakal mainin cowok lagi,dan gw juga mau jadi orang yang bener...!!!”
                “Cha..Cha.. sory kalo omongan gw barusan malah bikin loe marah!”
                “Ga..loe ga salah Carr..gw emang bener-bener mo berubah!!!”
                Carrol memang belum mengetahui penyebab awal aku berhijab,akhirnya aku jelasin mulai dari awal sampai akhir tentang nazar yang udah aku buat sendiri setahun yang lalu. Yang baru terealisasikan saat ini. Dan bukan karena soal itu saja tapi juga karena semalam setelah pulang dari cafe itu,aku melakukan sholat istikharah dan minta petunjuk pada sang Maha Kuasa, hingga ternyata pilihanku ini adalah benar. Aku seperi di beri cahaya luar biasa dari Tuhan dan jauh lebih memahami makna hidup dengan menutup aurat ini,jiwaku tenang dan damai,tak ada lagi yang menggodaku di jalan seperti dulu ketika aku memakai rok mini,atau jeans ketat.
                Penjelasanku juga ternyata membuka mata Carrol,membuat dia sadar dengan rayuannya selama ini. Bahkan matanya pun berkaca-kaca setelah sepenggal kisah tentang perjuangan nazarku untuk ibuku sendiri.
Seketika Carrol memelukku erat,dan meminta maaf atas kesalahannya selama ini karena telah menjudge ku habis-habisan. Tanpa di sadari aku pun meneteskan air mata,air mata kami berdua pun tumpah dan larut dalam keharuan. Dan dia pun memahami betul dengan sikap aku sekarang,tak akan ada lagi acara ke hiburan malam. Tak akan ada lagi kata kata perjodohan untuk di jadikan pacar untukku.
Hingga jika saatnya tiba,perjodohan itu terjadi ketika aku akan bersiap untuk menikah.
                “Cha..shopping yuk??” ajak Carrol
                “Kemana?”
                “Ke Hijab butik!!! Gw dukung loe 100% kemaren-kemaren gw juga browsing di internet tentang jilbab dan hijab. Kenapa loe ga berhijab aja..”
                “berhijab....? tapi kan?”
                “Ocha,gw udah mungutin semua informasi tentang hijab dan jilbab buat loe,,dan sama aja,keduanya menutupi aurat loe..! Bedanya hijab itu lebih fashonable dan ga kaku seperti ini..come on!! Loe masih muda jadi cewe muslim modern kan lebiih ok?! Kreasi nya banyak banget lho”
                “Ya udah..yuk liat liat..”
                Hampir sepuluh pasang busana muslim terbaru lengkap dengan kerudung beraneka motif dan bentuk mulai dari kerudung segi empat sampai  kerudung pashmiri na beraneka warna pun kami beli plus dengan segala accesoris di beli,mulai dari bros sampai kalung pelengkap busana muslim,untungnya di butik itu kami di kasih bonus CD Tutorial berhijab modern bagi pemula. Dan membuat aku semakin semangat untuk berhijab yang sebetulnya hampir sama maksudnya dengan berjilbab.
                Semakin hari aku menjadi semakin pintar dan terlihat modis dengan busana muslim,tanpa melepaskan kaidah islami dalam hatiku,auratku juga masih terjaga, teman-temanku juga kagum dengan penampilan ku saat ini bahkan ibuku yang awalnya tidak begitu setuju,kini mendukung aku seratus persen.
Sampa suatu ketika,pada saat aku jalan bareng dengan Carrol ke sebuan Mall,terlihat Raka juga berada di Mall yang sama bahkan tak lama berselang dia menghampiriku,”Kamu terlihat anggun,Cha!!” sambil memegang tanganku.
                Aku hanya tersenyum dan langsung melepaskan genggaman tangannya dari tanganku sambil beranjak dari hadapannya.
                “Apa kabar Raka yang dulu nyuekin aku,hah????”
                Carrol yang juga berada tepat di sampingku,sontak menertawakan tingkah Raka yang gigit jari setelah aku meninggalkannya.